Observasi Deskripsi Tindakan Siklus I
Adapun hasil pengamatan terhadap respon siswa yaitu : a.
Observasi Penggunaan Bahan Ajar Hasil kemampuan pemecahan masalah lisan juga dapat dilihat dari
hasil observasi yang dilakukan oleh observer kedua. Berikut hasil observasi penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan konstruktivisme
yang dilakukan oleh siswa. Pada pertemuan pertama perilaku siswa saat menggunakan bahan ajar cukup antusias sampai pada pertemuan keempat.
Pertanyaan yang diajukan siswa dari pertemuan pertama adalah kalimat yang sedikit sulit dipahami, begitupula pertemuan kedua. Kalimat yang
terdapat dalam bahan ajar mulai dimengerti siswa pada pertemuan ketiga dan keempat, karena siswa sudah mulai terbiasa mengerjakan bahan ajar
dan mengerti apa yang dimaksud bahan ajar. Kendala yang muncul secara umum pada setiap pertemuan adalah
ketidaksiapan siswa pada awal pembelajaran, materi yang dianggap terlalu sulit dimengerti, dan pengaktifan pengalaman yang terhambat dikarenakan
siswa lupa dengan pembelajaran yang telah dilaluinya. Kemudian observasi juga dilakukan seputar hal yang kurang dipahami dalam bahan
ajar. Pada pertemuan pertama hal yang kurang dipahami siswa adalah urutan mengerjakan bahan ajar dan bagaimana cara mengerjakannya.
Pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai memahami, hanya beberapa bagian diharuskan adanya tuntunan kecil.
Dari hasil observasi terlihat bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang cukup baik, karena pada setiap pertemuannya observer
menerangkan perubahan-perubahan yang positif dalam menggunakan bahan ajar. Siswa beradaptasi dengan bahan ajar dari yang belum
memahami sama sekali maksud dari bahan ajar tersebut dan sampai pada fase dimana siswa mampu memahami sendiri materi yang diajarkan pada
setiap pembelajaran dengan sedikit tuntunan dari peneliti.
b. Wawancara
Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa pada akhir siklus I untuk mengetahui tanggapan mereka
terhadap bahan ajar berbasis konstruktivisme sekaligus terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar tersebut. Melalui wawancara
peneliti juga dapat mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar berbasis konstruktivisme. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi hasil dari
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan dalam tindakan pelaksanaan tahap selanjutnya.
Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan pada siklus I : 1.
Sebagian besar siswa menyukai pembelajaran menggunakan bahan ajar berbasis konstruktivsme.
2. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keaktifan siswa untuk
mengerjakan bahan ajar sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah tersedia dalam bahan ajar. Sesekali siswa belajar dengan berdiskusi
kelompok yang membuat pembelajaran terasa lebih menyenangkan. 3.
Bahan ajar berbasis konstruktivisme membantu siswa merumuskan konsep, memahami dan mempraktikan konsep pada materi persamaan
lingkaran. 4.
Kesulitan yang dihadapi siswa saat mengingat kembali pembelajaran yang telah dilalui sebelumnya, karena pada umumnya siswa sudah lupa
dengan materi tersebut. 5.
Pada dasarnya pembelajaran ini disukai siswa, hanya saja mereka masih belum terbiasa mengerjakan bahan ajar dan belum terbiasa
melaksanakan pembelajaran yang mengaktifkan diri siswa masing- masing.
6. Sebagian besar siswa menyukai dan merespon positif terhadap bahan
ajar berbasis
konstruktivisme yang
digunakan sebagai
alat pembelajaran. Hanya saja terdapat beberapa hal yang kurang siswa
pahami seputar kalimat yang digunakan dalam bahan ajar.
3 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Hasil kemampuan pemecahan masalah non lisan tertulis siswa siklus I dalam penelitian ini akan terlihat melalui hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematik siklus I. Tes kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan memiliki indikator mengidentifikasi bagian-bagian khusus dan memilih prosedur
serta data yang benar, memperkirakan dan menganalisis, mengevaluasi dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungannnya. Berikut adalah tabel
yang menunjukkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada siklus I:
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Siklus I
Nilai Frekuensi
31 - 40 2
2 5
41 - 50 2
4 10
51 - 60 4
8 20
61 - 70 16
24 60
71 - 80 7
31 77,5
81 - 90 7
38 95
91 - 100 2
40 100
Berdasarkan perhitungan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik diperoleh skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa siklus I sebesar 68.75. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I ini sebesar 100 dan nilai terendahnya yaitu 32.14. Pada siklus I persentase siswa yang
mencapai KKM mengalami peningkatan yaitu sebesar 37.50, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebesar 62.50 dari 40 orang peserta didik. Nilai
rata-rata yang diperoleh pada siklus ini adalah 68.75 dan belum mencapai
indikator yang ditentukan oleh peneliti yaitu rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah yaitu
75, sesuai dengan KKM yang ditentukan sekolah. Sedangkan kemampuan masing-masing indikator kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa dapat dilihat berdasarkan hasil persentase skor yang diperoleh pada siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.3 Persentase Skor Tiap Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Siklus I Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Persentase
Mengidentifikasi bagian-bagian khusus dan memilih prosedur serta data yang benar
84.00
Memperkirakan dan menganalisis 33.00
Mengevaluasi dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungannnya
76.00
Kemampuan pemecahan masalah siswa tiap indikator tergambar dalam tabel 4.3. Kemampuan siswa saat mengidentifikasi bagian-bagian khusus dan
memilih prosedur serta data yang benar yaitu 84.00, saat memperkirakan dan menganalisis
33.00, sedangkan
kemampuan mengevaluasi
dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungannnya sebesar 76.00. Dari
data di atas kemampuan pemecahan masalah siswa tidak merata, hal ini terlihat dari kemampuan memperkirakan dan menganalisis siswa yang masih rendah yaitu
33.00. Kemampuan indikator lainnya sudah cukup baik dan telah melampaui 70.00 siswa sebagai perwakilan minimal. Pada kemampuan memperkirakan dan
menganalisis siswa masih rendah dikarenakan siswa tidak terbiasa menganalisis soal, sebagian besar siswa hanya terbiasa mengerjakan soal yang tidak
mengarahkan pada kemampuan menganalisis dan memperkirakan.
Kemampuan pemecahan masalah tiap indikator dapat terlihat dari beberapa penjabaran pengerjaan hasil tes siswa pada siklus I kemampuan
pemecahan masalah matematik sebagai berikut : Diberikan persamaan sisi-sisi suatu persegi yaitu
. a.
Persamaan lingkaran yang melalui titik-titik sudut persegi dan
persamaan lingkaran yang menyinggung sisi-sisi persegi.
b. Luas
Luas Keliling
Keliling Jawaban Benar
Jawaban Kurang Tepat
Gambar 4.8 Jawaban Peserta Didik pada Indikator Mengidentifikasi Bagian-bagian
Khusus dan Memilih Prosedur Serta Data yang Benar Siklus I
Soal di atas mengarahkan siswa untuk mampu mengidentifikasi bagian- bagian khusus dan memilih prosedur serta data yang benar. Komponen penting
atau data yang benar yaitu pertama menentukan jari-jari lingkaran dan menentukan pusat lingkaran sebagai modal dasar menentukan persamaan
lingkaran yang dimaksud. Pada jawaban benar siswa menyertakan jari-jari dan pusat, sedangkan jawaban kurang tepat siswa tidak menyertakan itu. Kemudian
pada jawaban benar siswa mampu merumuskan persamaan lingkaran dengan jari- jari dan pusat yang dimiliki sebaliknya siswa kurang tepat tidak menyertakan itu.
Selain itu pada soal diminta menentukan perbandingan luas dan keliling kedua
lingkaran, pada jawaban benar mudah menentukannya sedangkan jawaban kurang tepat tidak dapat menentukan karena tidak memiliki jari-jari. Dari penjabaran
diatas terlihat bahwa dengan mengidentifikasi komponen serta data yang benar pada soal siswa mampu menyelesaikan masalah menggunakan data yang telah
ditentukan tersebut. Diketahui persamaan lingkaran
, di titik dan selidiki kedudukan titik
dan terhadap lingkaran tersebut. Jawaban Benar
Jawaban Kurang Tepat
Gambar 4.9 Jawaban Siswa pada Indikator Mengevaluasi dan Menginterpretasikan
Fakta Kuantitatif dan Hubungannya Siklus I
Soal pada gambar 4.9 mengarahkan siswa untuk mampu mengevaluasi dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungannya. siswa terlebih dahulu
memperhatikan persamaan lingkaran yang diketahui pada soal. Kemudian
evaluasi persamaan tersebut sehingga dapat ditentukan persamaan lingkaran yang sebenarnya dan sekaligus dapat menentukan jari-jari dan pusat lingkarannya.
Setelah itu siswa dapat menginterpretasikan fakta kuantitatif yang ada sekaligus hubungannya dengan pertanyaan selanjutnya.
Pada jawaban benar terlihat bahwa persaman lingkaran yang telah diketahui dievaluasi secara matang sampai pada mendapatkan persamaan
lingkaran yang sebenarnya dengan persamaan kuadrat sempurna. Kemudian dapat pula ditentukan jari-jari dan pusat lingkarannya. Setelah pusat dan jari-jari
persamaan lingkaran didapat, siswa dituntut untuk menentukan kedudukan titik A, B dan C dengan menggambar atau dengan mensubstitusi titik ke persamaan
lingkaran. Sehingga dapat ditentukan ketiga titik yang dimaksudkan oleh soal tersebut. Lain halnya dengan jawaban kurang tepat sebaliknya terlihat kekeliruan
terdapat pada pengevaluasian persamaan lingakaran. Pada jawaban tersebut tidak dapat menentukan persamaan lingkaran yang dimaksud. Hal ini akan
menyebabkan jari-jari dan pusat lingkaran keliru, apalagi titik A,B dan C yang tidak dapat ditentukan.
Indikator pemecahan masalah yang diukur selanjutnya
adalah memperkirakan dan menganalisis. Pada indikator ini siswa dituntut untuk
memperkirakan unsur apa yang harus ada dalam mengerjakan soal kemudian menganalisis bagaimana cara menyelesaikan soal dengan unsur yang telah
diperkirakan tadi. Pada soal ini kebanyakan siswa mengalami kesulian saat mengerjakannya, karena soal memperkirakan dan menganalisis jarang dibahas
dalam latihan soal di kelas. Hal ini dapat dilihat dalam soal tes siklus I untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Diberikan sebuah lingkaran yang melalui titik-titik .
a. Tentukan persamaan lingkaran yang melalui titik-titik tersebut.
b. Tentukan titik-titik pada garis yang konsiklis selingkaran
letaknya dengan P,Q dan R Jawaban Benar
Jawaban Kurang Tepat
Gambar 4.10 Jawaban Siswa pada Indikator Memperkirakan dan Menganalisis
Pada soal di atas mengarahkan siswa mampu mengidentifikasi bagian- bagian khusus dan memilih prosedur serta data yang benar serta mampu
memperkirakan dan menganalisis. Jawaban benar di atas siswa terlebih dahulu mengidentifikasi bagian-bagiannya serta menentukan prosedur data yang tepat
untuk menyelesaikan soal tersebut. Kemudian siswa A memperkirakan dan menganalisis titik yang konsiklis terhadap titik yang telah ditentukan. Sebaliknya
pada jawaban kurang tepat siswa B hanya mengidentifikasi bagian-bagian khusus yang akan digunakan, pada saat pemilihan prosedur data yang tepat, terdapat
kekeliruan yang terjadi, sehingga menyebabkan soal tersebut tidak lagi dapat diperkirakan maupun dianalisis untuk menjawab pertanyaan yang selanjutnya
dalam soal yang sama. Penjelasan gambar 4.10 telah menjabarkan bahwa rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa cukup baik dan secara umum masing-masing indikator kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat.
4 Refleksi
Tahap refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan observer setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis pada observasi, wawancara dan
tes akhir siklus I yaitu tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa ditemukan beberapa kekurangankendala pada siklus I sebagai berikut:
1. Pada instrumen bahan ajar berbasis konstruktivisme terdapat beberapa
ketidaktepatan pemilihan kata yang membuat siswa tidak memahami, selain itu menurut guru mata pelajaran soal latihan yang terdapat dalam bahan ajar
terlalu banyak sehingga tidak memberikan kesempatan siswa untuk mngerjakan latihan soal pada sumber lainnya. Perbaikan yang dilakukan yaitu
memilih kata yang lebih dipahami siswa dan mengurangi latihan soal. 2.
Berdasarkan hasil observasi penggunaan bahan ajar siswa kurang terbiasa mengerjakan bahan ajar berbasis konstruktivisme, sehingga kesulitan
mengerti maksud dari bahan ajar tersebut. Perbaikan yang akan dilakukan yaitu membiasakan siswa mengerjakan bahan ajar.
3. Siswa juga tidak terbiasa mengerjakan soal yang mengarahkan siswa pada
kemampuan pemecahan masalah, sehingga pada saat membahas soal siswa lebih banyak bertanya. Perbaikan yang dilakukan yaitu membiasakan siswa
mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. 4.
Rasa percaya diri yang terbentuk pada kelas ini cukup baik, namun masih terdapat beberapa siswa yang malu untuk mengemukakan pendapat dalam
bahan ajar apalagi mempresentasikan pekerjaannya ke depan kelas. Perbaikan yang dilakukan yaitu peneliti lebih sering meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil jawabannya. 5.
Indikator kemampuan pemecahan masalah memperkirakan dan menganalisis masih rendah yaitu 33.00. dilakukan perbaikan melalui latihan soal-soal
yang mempunyai karakteristik memperkirakan dan menganalisis.
6. Pada hasil observasi aktivitas belajar siswa aspek paling rendah yaitu saat
siswa mengerjakan tugas dan memecahkan atau menjawab masalah dalam soal. Perbaikan yang dilakukan adalah meminta siswa mengerjakan tugas dan
mempresentasikannya di depan kelas. 7.
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil tes siklus I yaitu 68.75 yang masih di bawah
minimal nilai yang ditentukan oleh peneliti.