Karena kualitas sanad yang diteliti adalah ḍa’īf, maka penelitian sanad dipindahkan ke jalur yang lain untuk mencari kemungkinan terdapatnya sanad yang
lebih kuat sahih. Adapun kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadīs
dimaksud adalah: a. Al- Ansārī Periwayat I, sanad IV; b. ‘Urwah bin Ruwaym
Periwayat II, sanad III; c. Muhammad bin Muhājir Periwayat III, sanad II; d. Abū Tawbah bin al-
Rabi’ bin Nāfi’ Periwayat IV, sanad I; e. Abū Dāwud Periwayat V, mukharrij.
1. Abū Dāwud.
Telah disebutkan pada halaman 46.
2.
Abū Tawbah al-Rabī’ bin Nāfi’.
Nama lengkapnya adalah al- Rabi’ bin Nāfi’, Abū Tawbah al-Halabī. Dia
meninggal pada tahun 241 H. Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari Abī Ishāq al-Fazārī, Abī al-Hasan bin
‘Umar al-Raqī, Mu’awiyah bin Salām, dan Muhammad bin Muhājir. Sedangkan orang yang meriwayatkan hadīs darinya antara lain dari Abū Dāwud.
33
Adapun penilaian terhadapnya, al- Nasaī mengatakan tidak apa-apa, Abū
‘Abdullāh mengatakan saya tidak mengetahuinya kecuali kebaikan, Abu Hātim
33
Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz III, h. 225.
mengatakan siqah, shadūq, hujjah. Demikian pula dengan Ya’qūb bin Syaybah
mengatakan siqah, shadūq. Ya’qūb bin Sufyān mengatakan lā ba’sa bih, Ibnu Hibbān
menyebutnya di dalam al-Siqah,
34
Ibnu ‘Asākir, al-Zahābī, Ibnu Hajar mengatakan siqah, dan al-
Fasawī mengatakan lā ba’sa bih.
35
Berdasarkan penilaian terhadap Abū Tawbah dapat dipahami bahwa dia tidak diragukan keadilan dan kedabitannya. Dengan begitu, pernyataannya bahwa dia
menerima riwayat tersebut dari Muhammad bin Muhājir dengan lambang haddasanā dapat dipercaya, dan sanad antara keduanya bersambung.
3. Muhammad bin Muhājir.
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhājir bin Abī Muslim Dīnār al- Ansārī al-Syāmī, saudara dari ‘Amr bin Muhājir mawlā Asmā binti Yazīd al-
Asyhaliyyah. Dia meninggal pada tahun 170 H.
36
Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari saudaranya yakni ‘Amr, ayahnya
Muhājir, dan ‘Urwah bin Ruwaym al-Lakhmī. Sedangkan salah seorang yang meriwayatkan hadīs darinya adalah Abū Tawbah al-Rabi’ bin Nāfi’ al-Halabī.
37
Adapun penilaian terhadapnya, Ahmad, Ibnu Ma’īn, Duhaym, Abū Zur’ah al- D
imasyqī, dan Abū Dāwud mengatakan siqah, demikian pula dengan al-Bazzār dan
34
Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 226.
35
Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid XXII, h. 22. Al-Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta’dīl. juz
III, h. 471. Al- Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā, jilid X h. 653-655.
36
Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IX, h. 411.
37
Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IX, h. 411.
Ibnu Hajar mengatakan siqah. Ya’qūb bin Sufyān dan al-‘Ajalī mengatakan
Muhammad bin Muhajir dan saudaranya ‘Amr siqah, al-Zahābī mengatakan siqah masyhūr, al-Nasāī mengatakan laysa bih ba’s, dan Ibnu Hibbān menyebutnya di
dalam al-Siqah.
38
Tidak seorangpun kritikus yang mencela Muhammad bin Muhājir. Dengan demikian, pengakuannya bahwa dia menerima riwayat tersebut dari Abū Tawbah
dengan lambang haddasanā dapat dipercaya, dan sanad antara keduanya bersambung.
3.
‘Urwah bin Ruwaym.
Nama lengkapnya adalah ‘Urwah bin Ruwaym al-Lakhmī, Abū Qāsim al- Urdunī.
39
Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari ‘Abdullāh al-Daylamī, Abī Idrīs al- Khawlānī, dan al-Ansārī
40
ada yang mengatakan bahwa beliau adalah Jābir bin ‘Abdullāh, dan salah seorang yang meriwayatkan hadīs darinya adalah Muhammad
bin Muhājir.
41
Ibnu Ma’īn, Duhaym, dan al-Nasāī menilainya siqat, Al-Dāruqutnī mengatakan
lā ba’sa bih, dan Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam al-Siqah. Riwayat ‘Urwah bin Ruwaym dari Jābir bin ‘Abdullāh, Sawbān, ‘Abd al-Rahmān bin al-
38
Al- Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta’dīl, jilid VIII, h. 91.
39
Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz VII h. 158. Al-Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā, juz VII,
h. 137-138.
40
Orang yang mempunyai gelar al- Anshārī ada beberapa orang, diantaranya adalah
Muhammad bin ‘Abdullāh, Abū Ishāq, dan Jābir. Setelah ditelusuri di dalam kitab Tahzīb al-Tahzīb, yang ditemukan bersambung sanadnya dengan Rasulullah saw adalah Jabir
bin ‘Abdullāh.
41
Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz VII h. 158. Al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid XX, h.
10-11. Al- Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā,juz VII, h. 137-138.