Tirmīzī Kritik Sanad Hadis

Mubārakfūrī mengatakan bahwa Tirmizī adalah seorang imam yang terkenal siqah, hāfiz, muttaqīn, muttafaq ‘alayh. 66 Hampir seluruh ahli kritik hadīs memuji kualitas pribadi dan kemampuan intelektual Tir mizī. Satu-satunya kritikus yang mencela Tirmizī adalah Ibnu Hazm. Kritikan orang yang mencela seharusnya menjelaskan sebab-sebab alasan ketercelaannya. Akan tetapi Ibnu Hazm tidak melakukan hal itu. Justru para ulama membela Tirmizī. 67 Oleh karena itu, celaan Ibnu Hazm tidak mempengaruhi kedudukan Tirmizī sebagai seorang periwayat yang siqah. Imam Tirmizī sejak remajanya telah belajar dengan guru-guru di kampungnya. Di Khurasan ia berguru dengan Ishāq bin Rahawayh, di Naysabūr dengan Muhammad bin ‘Amr al-Sawaq, kemudian menuju ke ‘Irāq untuk belajar pada ulama hadīs dan para hafiz di sana, kemudian ke Hijaz untuk belajar lagi dengan ulama Hijaz, serta masih banyak lagi yang lain. 68 66 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 344-345. lihat juga al-Mubārakfurī, Tuhfat al-Ahwazī bi Syarh Jami’ al-Tirmizī, Bayrūt: Dār al-Fikr, 1979, h. 341-342. 67 Al- Asqalānī mengecam Ibnu Hazm dan menilai pernyataannya itu sebagai kesombongan belaka, sebab dia menilai negatif terhadap ulama yang ternama dan terpercaya. Al- Khalīlī mengatakan Ibnu Hazm itu tidak mengenal pribadi Tirmizī, kekuatan hafalannya, dan kitab-kitab yang disusunnya. Abū Syuhbah mengatakan bahwa ia belum pernah melihat orang yang merendahkan Tirmizī selain Ibnu Hazm. Akan tetapi, tidak seorang pun ulama yang menyetujui pendapatnya, bahkan Abū Syuhbah sendiri menilai negatif terhadap Ibnu Hazm. Demikian pula Ibnu Kasīr mengatakan bahwa sikap Ibnu Hazm tidak akan mengurangi kemuliaan Tirmizī. Sebaliknya, dapat merendahkan Ibnu Hazm sendiri di mata para ulama hadis. Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 355. 68 Al- Zahabī, Siyar, h. 271. Tidak ditemukan data secara tersurat bahwa Ahmad bin Muhammad bin Mūsā adalah gurunya, Akan tetapi, karena Tirmizī telah melawat ke berbagai kota dan mendengar riwayat hadis dari sejumlah guru, baik dari ulama-ulama Khurasan, Irak, Hijaz, ataupun selainnya, maka diperkirakan bahwa Tirmizī pun telah berguru kepada Ahmad bin Muhammadbin Mūsā. Hampir seluruh kritik hadīs memuji kualitas pribadi dan kemampuan intelektual Tirmizī. Jadi, walaupun nama Abū Kurayb tidak disebutkan secara tegas sebagai gurunya, tetapi penggunaan shīgat al-tahammul “haddasanā, semakin menambah kepercayaan bahwa Tirmizī benar-benar telah menerima riwayat dari Abū Kurayb. Itu berarti bahwa antara keduanya telah terjadi persambungan sanad.

2. Abū Kurayb.

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin al- ‘Alāī bin Kurayb al-Mahdānī, Abū Kurayb al-Kūfī al-Hāfiz. 69 Dia meninggal pada bulan Jumadil Akhir 248 H. dalam usia 87 tahun. 70 Dia menerima hadīs dari ‘Abdullāh bin Idrīs, Hafs bin Giyās, Abī Bakr bin ‘Iyās, Ibnu Mubārak, Zayd bin Hubāb, ‘Abdullāh bin Numayr, Ibnu Fudayl, Muhammad bin Abī ‘Ubaydah, ‘Abdah bin Sulaymān, dan yang lainnya. Sedangkan orang yang menerima hadīs darinya antara lain jamāah, 71 Abū Hātim, Abū Zur’ah, ‘Usmān bin Kharzād, serta masih banyak yang lain. 72 Abū Kurayb adalah periwayat hadīs yang terpuji kualitas pribadi sifat adil dan kapasitas intelektualnya sifat dhābitnya. Terbukti dari pernyataan para kritikus hadīs tentang dirinya: Husayn bin Sufyān mengatakan bahwa ia mendengar Ibnu 69 Al- As alā ī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 333. 70 Al- As alā ī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 334. 71 Menurut al- Syawkānī, bahwa yang termasuk jamaah adalah Ahmad, Bukhārī, Tirmīzī, Nasāī, dan Ibnu Mājah. Lihat Muhammad bin ‘Alī bin Muhammad al-Syawkānī, Nayl al-Awtār Syarh Muntaqā al-Akhbār min Ahādīs Sayyid al-Akhbār, juz I Bayrūt: Dār al-Fikr, 1992, h. أalif. 72 Al- As alā ī, Tahzīb al-Tahzīb h. 334. Numayr berkata tidak ada di Irak yang lebih banyak hadīsnya dari Abū Kurayb, Ibnu Abī Hātim bertanya pada ayahnya perihal Abū Kurayb dan ia mengatakan shadūq. Mūsā bin Ishāq mendengar dari Abū Kurayb 1100 hadīs. Al-Nasāī mengatakan lā ba’sa bih dan sekali lagi ia mengatakan siqah. Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam al-Siqah . Ibrāhīm bin Abī Thālib mengatakan bahwa tidak ada yang lebih hafiz setelah Ahmad bin Hanbal di Irak selain Abū Kurayb. 73 Tidak seorang pun yang mencela Abū Kurayb. Sebaliknya, hanya pujian yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pernyataan Abū Kurayb bahwa dia menerima hadīs dari Zayd bin Hubbāb dengan lambang haddasanā dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Abū Kurayb dan Zayd al-Hubbāb dalam keadaan bersambung. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Abū Kurayb adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah kesahihan sanad hadīs.

3. Zayd bin Hubāb al-‘Uklī.

Nama lengkapnya adalah Zayd bin al- Hubāb bin al-Rayyān. Ada yang mengatakan Rūman al-Tamīmī, Abū Husayn al’Uklī al-Kūfī. Dia wafat pada tahun 203 H. 73 Al- As alā ī, Tahzīb al-Tahzīb h. 334. Dia menerima hadīs dari Aymān bin Nābil, ‘Ikrimah bin ‘Ammār al-Yamāmī, Ubay bin ‘Abbās bin Sahl bin Sa’d al-Sā’idī, Mālik bin Anas, dan masih banyak yang lain. 74 Sedangkan orang yang menerima hadīs darinya adalah Ahmad, Abū Haysamah, Abū Kurayb, ‘Alī bin al-Madīnī, dan yang lainnya. Mengenai penilaian ulama terhadapnya, Abū Hātim mengatakan shadūq shālih. Abū Dāwud mengatakan bahwa saya mendengar Ahmad berkata bahwa Zayd bin al- Hubbāb shadūq, akan tetapi banyak kesalahan kasīr al-khata’. ‘Ubayd al- Qawārīrī mengatakan bahwa Abū al-Husayn al-‘Uklī zakiyyan, hāfizan, ‘āliman. Ibnu Hibban menyebutnya di dalam al- Siqāṯ, dan dikatakan bahwa hadīsnya dapat diambil sebagai pelajaran jika ia meriwayatkan dari orang-orang yang masyhūr. Akan tetapi jika ia meriwayatkan dari orang-orang yang majhūl maka di dalamnya terdapat hadīs yang mungkar. Ibnu Khalafūn mengatakan siqah, shadūq dan dikenal hadīsnya. Ibnu Qāni’ mengatakan dia adalah orang Kufah yang sālīh. Ibnu Yūnus mengatakan hadīsnya baik, dia adalah salah seorang syekh Kufah yang sabit dan tidak ada yang menyangkal bahwa dia sadūq. Sedangkan Ibnu Mākūlā, Ibnu Syāhayn, ‘Alī al- Madīnī dan al-‘Ajalī mengatakan siqah. 75 Umumnya ahli kritik hadīs memuji kualitas pribadi dan kemampuan intelektual Zayd. Mengenai penilaian Ahmad termasuk lafal ketercelaan, akan tetapi 74 Zayd tidak menyebutkan Mūsa bin ‘Ubaydah sebagai salah seorang gurunya, akan tetapi di akhir penyebutan nama-nama gurunya di katakan wa khuliqa kasīr, maka diperkirakan Mūsa bin ‘Ubaydah termasuk di dalamnya. 75 Al- As alā ī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IX h. 393-395.