Mūsā bin ‘Abd al-Rahmān.

terakhir yang diteliti dan ditemukan berkualitas ḍa’īf, sehingga seluruh sanad hadīs tentang Ṣalāt tasbīh juga berkualitas ḍa’īf.

B. KRITIK MATAN HADIS

Dilihat dari segi obyek penelitian, matan dan sana d hadīs memiliki kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan kualitas hadīs. Oleh karena itu, menurut ulama hadīs bahwa suatu hadīs barulah dinyatakan berkualitas sahih, dalam hal ini shahīh lizātih, apabila sanad dan matan hadīs itu sama-sama berkualitas sahih. Jadi, hadīs yang sanadnya sahih tetapi matannya tidak sahih, tidak dapat dinyatakan sebagai hadīs sahih. Meski begitu, dalam prakteknya, kegiatan penelitian sanad didahulukan atas penelitian matan. Itu berarti bahwa penelitian matan dianggap penting setelah sanad bagi matan tersebut diketahui kualitasnya, dalam hal ini memiliki kualitas sahih, atau minimal tidak termasuk parah berat keḍa’īfannya. Bagi sanad yang berat keḍa’īfannya maka matan yang sahih tidak akan menjadikan hadīs yang bersangkutan berkualitas sahih. Terhindar dari syāz. dan ‘illat merupakan dua unsur yang harus dipenuhi untuk kesahihan matan. Meski begitu, dalam melakukan penelitian matan tidak secara ketat ditempuh langkah-langkah dengan membagi kegiatan penelitian menurut kedua unsur tersebut. Maksudnya, tidak menekankan bahwa langkah pertama harus meneliti syāz. dan langkah berikutnya meneliti ‘illat. Akan tetapi, lebih mengacu pada tolok ukur penelitian matan yang telah dirumuskan oleh ul ama hadīs. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Shalahuddīn al-Adabī bahwa matan hadīs yang maqbūl diterima sebagai hujjah haruslah: 1 tidak bertentangan dengan petunjuk al- Qur’an; 2 tidak bertentangan dengan hadīs yang lebih kuat; 3 tidak bertentangan dengan akal yang sehat, indera, dan sejarah; 4 susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian. 86 Berikut ini ditelaah kualitas matan hadīs-hadīs tentang Ṣalāt tasbīh seperti yang ditempuh pada kajian kualitas sanad, yakni berdasarkan klasifikasi hadīs yang ada.

1. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad

Suatu matan hadis tidak dianggap sahîh apabila sanadnya diragukan. Dari hasil penelitian sanad yang telah dilakukan, bahwa penulis telah mendapati pada hadis di atas beserta mukharrij-nya telah diriwayatkan dalam keadaan bersambung, akan tetapi ada periwayat hadīs yang dipermasalahkan kualitasnya. Pujian yang diberikan kepadanya sangat rendah. Sebaliknya celaan yang dilontarkan terhadap dirinya berperingkat tinggi. Maka cukup kuat alasan untuk memenangkan ketercelaan yang bersangkutan dari pada keterpujiannya. Sebagaimana Ibnu Shalah dan Jumhur Ushūliyyīn mengatakan bahwa jarh didahulukan dari ta’dīl. Seandainya jumlah orang yang mena’dilkan lebih banyak 86 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 128-129.