terakhir yang diteliti dan ditemukan berkualitas ḍa’īf, sehingga seluruh sanad hadīs tentang Ṣalāt tasbīh juga berkualitas ḍa’īf.
B. KRITIK MATAN HADIS
Dilihat dari segi obyek penelitian, matan dan sana d hadīs memiliki
kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan kualitas hadīs. Oleh karena itu, menurut ulama hadīs bahwa
suatu hadīs barulah dinyatakan berkualitas sahih, dalam hal ini shahīh lizātih, apabila sanad
dan matan hadīs itu sama-sama berkualitas sahih.
Jadi, hadīs yang sanadnya sahih tetapi matannya tidak sahih, tidak dapat dinyatakan sebagai hadīs sahih. Meski begitu, dalam prakteknya, kegiatan
penelitian sanad didahulukan atas penelitian matan. Itu berarti bahwa penelitian matan dianggap penting setelah sanad bagi matan tersebut diketahui kualitasnya,
dalam hal ini memiliki kualitas sahih, atau minimal tidak termasuk parah berat keḍa’īfannya. Bagi sanad yang berat keḍa’īfannya maka matan yang sahih tidak
akan menjadikan hadīs yang bersangkutan berkualitas sahih.
Terhindar dari syāz. dan ‘illat merupakan dua unsur yang harus dipenuhi
untuk kesahihan matan. Meski begitu, dalam melakukan penelitian matan tidak secara ketat ditempuh langkah-langkah dengan membagi kegiatan penelitian
menurut kedua unsur tersebut. Maksudnya, tidak menekankan bahwa langkah pertama harus meneliti
syāz. dan langkah berikutnya meneliti ‘illat. Akan tetapi,
lebih mengacu pada tolok ukur penelitian matan yang telah dirumuskan oleh ul
ama hadīs. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Shalahuddīn al-Adabī bahwa matan hadīs yang maqbūl diterima sebagai hujjah haruslah: 1 tidak
bertentangan dengan petunjuk al- Qur’an; 2 tidak bertentangan dengan hadīs
yang lebih kuat; 3 tidak bertentangan dengan akal yang sehat, indera, dan sejarah; 4 susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.
86
Berikut ini ditelaah kualitas matan hadīs-hadīs tentang Ṣalāt tasbīh seperti yang ditempuh pada kajian kualitas sanad, yakni berdasarkan
klasifikasi hadīs yang ada.
1. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad
Suatu matan hadis tidak dianggap sahîh apabila sanadnya diragukan. Dari hasil penelitian sanad yang telah dilakukan, bahwa penulis telah mendapati
pada hadis di atas beserta mukharrij-nya telah diriwayatkan dalam keadaan bersambung, akan tetapi ada
periwayat hadīs yang dipermasalahkan kualitasnya. Pujian yang diberikan kepadanya sangat rendah. Sebaliknya celaan yang
dilontarkan terhadap dirinya berperingkat tinggi. Maka cukup kuat alasan untuk memenangkan ketercelaan yang bersangkutan dari pada keterpujiannya.
Sebagaimana Ibnu Shalah dan Jumhur Ushūliyyīn mengatakan bahwa jarh
didahulukan dari ta’dīl. Seandainya jumlah orang yang mena’dilkan lebih banyak
86
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 128-129.