Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad
beberapa hal, yakni perkataan tasbīh yang dimaksud untuk diucapkan pada tiap gerakan di dalam Ṣalāt adalah tasbīh dalam arti zikir. Karena lafal yang
diucapkan bukan hanya lafal tasbīh ‘subhanallāh”, tetapi juga lafal hamdalah “al-hamdulillāh”, lafal tauhid “lā ilāha illāllāh”, dan lafal takbir “Allāhu
akbar”.
َرْ ا ُهاو ها ا َهلا و ِه ُدْمَ او ِها َناَ ْبُ
“Maka ucapkanlah subhānallāh, al-hamdulillāh, lā ilāha illallāh, dan allāhu akbar “
Di dalam hadīs yang sahih, dikatakan bahwa tasbīh yang dianjurkan untuk diucapkan di dalam Ṣalāt adalah ketika rukuk dan sujud, yakni hadīs Nabi saw. yang
diriwayatkan oleh ‘Uqbah bin ‘Amr:
مل وبا اا و نع رابما نبا انر أ ا يلما يعاما نب و و بو وبأ ان نب يبرلا انثّدح اا ر اع نب ب ع نع همع نع او ا نب و
: تل ن ام
،مي للا بر م اب حبس
88
اا َمَلَ َو ِهْيَلَع ُها َلَص ه و ر
: مكعو ر اهاوللجا
. تل نامل
، لع ا بر م اب حبس
89
اا :
م دوج اهوللجا
.
90
“Al-Rabi’ bin Nāfi’ Abū Tawbah dan Mūsābin ‘Ismāil menceritakan kepada kami, Ibnu al-
Mubārak memberitakan kepada kami, dari Mūsā, Abū Salamah Mūsābin Ayyūb berkata, dari pamannya dari ‘Uqbah bin ‘AFasabbih bismi
rabbika al- ‘Azīm” Maka bertasbīhlah kamu dengan nama Tuhanmu yang
Maha Besar Rasulullah saw besabda: “Jadikanlah tasbīh itu dalam sujudmu.” Dan ketika turun firman Allah “sabbihisma Rabbika al-a’lā”
88
Qs. Al- Wā i ah
: .
89
QS. Al- A lā
: 1.
90
Abī Dāwud Sulayman bin al-Asyas al-Sijistanī,. Sunan Abī Dāwud, kitab al-Azān bab mā Yaq
ūlu al-Rajul fī Rukū’ihī wa Sujū dihī, juz I Bayrūt: Dar al-Fikr, 1994, .h. 239.
Tasbīhkanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi, Rasulullah bersabda: Jadikanlah tasbīh itu dalam sujudmu.”
Hadīs yang senada juga terdapat dalam Shahīh Muslim dan Al-Musnad Ahmad ibn Hanbal:
ِلاَ نْب َنَأ نَع َ ْلَط يَأ نْب قَ ْ ِا ْنَع راَمَع نْب َ ِرْكِع يَث ْيِ َو انَث يَأ يَثّدَح ها دْبَع انثّدَح َااَ
: ااَ َن ِِِوُعْدُأ ااَمِلَ يْمِلَع ها اوُ َراَ تَلاَ َ َمَلَ َو ِهْيَلَع ُها َلَص َِنلا ِِا مْيَلُ ُأ ْا َءاَج
ْدَ َتلَلَ دَ اْوَ َ هّناَ َ َ َجاَح لَ َُُ اًرْشَع هن رِبْكَ و اًرْشَع هْنِ ْدِمَْا َو اًرْشَع َجوَ َع ها َِْْ ْيِبْسَ تْلَلَ
.
91
“’Abdullāh menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Waki’ mencertitakan kepada kami, ‘Ikrimah menceritakan kepadaku, dari
Ishāq bin Abī Thalhaṯ, dari Anas bin Mālik, ia berkata: Ummu Sulaym datang kepada Nabi saw dan berkata Ya Rasulullah ajarilah aku beberapa kalimat
yang dapat aku baca dalam doaku. Kemudian Rasulullah mengatakan
bertasbīhlah kepada Allah sepuluh kali, bertahmidlah sepuluh kali, dan bertakbirlah sepuluh kali kemudian bermohonlah kepada Allah apa saja yang
engkau kehendaki. L antas Rasulullah mengatakan kerjakanlah.”
Adapun mengenai matan hadīs tersebut terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Imām Tirmizi menganggap bahwa hadīs tersebut membahas tentang
Ṣalāt tasbīh sehingga beliau meletakkannya dalam bab Ṣalāt tasbīh. Akan tetapi, dalam
syarh Tirmīzī, al-Irāqī mengatakan bahwa hadīs tersebut hanya membicarakan
91
Muslim al- Naisabūrī, Al-Imām Abī Husaīn Muslim ibn al-Hajjāj al-Qushairi. Shahih
Muslim ,, juz I Bayrūt: Dar al- Kutub al-Ilmiyyah, 1992, h. 418. Al-Imām Ahmad ibn Ibn Hanbal,. Al-
Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid III Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994, h. 120.