Tujuan Penelitian Sistematika Penulisan

4. Melakukan penelitian sanad kritik sanad dari data yang diambil dari kitab-

kitab Rijal al-Hadis seperti Tahdz īb al-Kamal, Tahdzīb al-Tahdzīb, al-Jarh at- Ta’dīl, dan lain-lain. Dan penelitian sanad ini yaitu menelesuri data setiap periwayat dengan menilai keadaannya, hubungan guru dan murid, tahun kelahiran dan tahun wafat, hingga penilaian para ulama tentang kredibilitas perawi tersebut. Untuk kemudian menentukan kedudukan hadis dari semua jalur. 5. Jika terdapat kontradiktif antara jarh dan ta’dīl, maka dalam hal ini Mendahulukan jarh atas ta’dīl secara mutlak دل لا لع د حر ا

6. Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian sanad di atas.

7. Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian di atas dan pesan penting dari hadis tersebut. Sedang dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis, yakni melalui pengumpulan data dan pendapat para ulama dan pakar untuk kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang ilmiah. Penulis memakai metode penelitian dalam skripsi ini adalah metode penelitian pustakaan library research artinya data-datanya berasal dari sumber keperpustakaan, baik berupa buku-buku, ensiklopedi, dan sebagainya, termasuk juga data primer seperti kitab-kitab hadis, maupun data sekunder, seperti data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Selain itu juga metode penulisan ini penulis juga mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi yang disusun oleh tim CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengklasifikasi menjadi lima bab dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-sub yang setiap sub saling berkaitan. Sistematika penulisan tersebut berikut ini : bab I pertama sebagai pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan dan batasan masalah, metode penelitian, tinjauan pustaka, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II kedua, merupakan tinjauan umum mengenai alāt tasbīh yang berisi pengertian alāt tasbīh, tujuan alāt tasbīh, tata cara atau praktek pelaksanaan alāt tasbīh. Bab III ketiga. berisi kegiatan takhrij, Yang terdiri dari Kegiatan Takhrij Hadis, Klasifikasi hadis tentang Ṣalāt tasbīh, Kegiatan I’tibar. bab IV keempat, kegiatan Penelitian Kritik Sanad dan Matan. Bab V kelima, yang merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ṢALᾹT TASBῙH

A. Pengertian

Ṣalāt Tasb īh Istilah alāt tasbīh terdiri atas dua kata, yakni “ alāt” dan “tasbīh”. Kata “ alāt” pada dasarnya berakar dari kata ص berasal dari kata kerja لص – ل . Kata “Ṣalāt” menurut bahasa mengandung dua pengertian, yaitu “berdoa” 1 dan “bersalawat”. Ini berarti bahwa ungkapan “saya alāt” dapat berarti “saya berdoa” atau “saya bersalawat”. Berdoa yang dimaksud dalam pengertian ialah berdoa atau memohon hal-hal yang baik, nikmat dan rezeki. Sedangkan “bersalawat” berarti meminta keselamatan, kedamaian, keamanan, dan pelimpahan rahmat Allah swt. 2 Ṣalāt dalam pengertian di atas adalah doa yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Untuk meminta pengampunan dari segala dosa, untuk mensyukuri nikmat dan karunia Allah swt. Untuk menolak kezaliman, dan untuk menegakkan suatu kewajiban ibadah dalam agama. Secara istilah “ alāt” diartikan sebagai suatu ibadah kepada Allah swt. Dengan gerakan-gerakan tertentu dan perkataan-perkataan tertentu yang diawali 1 Ṣalāt dalam pengertian “doa” antara lain terdapat dalam QS. al-Tawbah 9: 103. 2 Abī Husayn Ahmad bin Fāris bin Zakariyyah, Mu’jām Maqayis al-Lugah, juz III Mesir: Maktabah Matbāh Mustafa al-Bābi al-Halabi wa Awlāduh, 1972, h. 300-301. dengan takbir dan diakhiri dengan salam dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu. 3 Sedangkan kata “tasbīh” merupakan bentuk dasar masdar dari kata kerja حب - حبس yang artinya mensucikan dengan mengucapkan lafal tasbīh, atau menafikan Allah dari keserupaan dengan semua makhluk dari segala bentuk kekurangan, dengan ucapan subhānallāh Maha Suci Allah. 4 Lafal tasbīh seringkali diucapkan atau digandengkan dengan lafal-lafal tahmīd هدم ا , tahlīl ها ا هلا , dan takbīr ر ا ها . Jadi alāt tasbīh adalah suatu alāt yang dalam setiap perpindahan dari satu hay’ah gerakan kepada hay’ah lainnya mengandung pujian tasbīh, zikir kepada Allah swt yang berbunyi َرْ َأ َها َو ها ِا هلِا َ َو ه ُ دْمَ َا َو ها َنَا ْب Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. Adapun perintah-perintah untuk ber tasbīh terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi saw, diantaranya: 1. Qs al-Fath 48: 9:          3 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid V Cet. VI; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003, h. 1536. 4 Ahmad Warson al-Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Cet. XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 19970, h. 209.