Muhammad bin Muhājir.

Asy’arī, dan Abī Sa’labah adalah mursal. Abī Hātim berkata dari ayahnya bahwa secara umum hadīs-hadīsnya adalah mursal, demikian pula dengan penilaian Ibrāhīm bin Mahdī dan Abū Hātim. 42 Berdasarkan penilaian terhadap ‘Urwah bin Ruwaym terjadi perbedaan pendapat. Akan tetapi karena ‘Urwah menerima riwayat dari Jābir bin ‘Abdullāh, maka dinyatakan bahwa sanad ‘Urwah bin Ruwaym dinyatakan ḍa’īf. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa ‘Urwah bin Ruwaym adalah periwayat yang ḍa’īf karena tidak memenuhi kaidah kesahihan sanad hadīs. Oleh karena ‘Urwah bin Ruwaym dikatakan sebagai periwayat yang berpredikat ḍa’īf, maka menjadikan pula sanad yang diteliti berkualitas ḍa’īf. Dengan demikian penelitian ini dipindahkan ke jalur yang lain. Urutan periwayat, sanad, dan hasil penelitian mengenai kualitas dan kapasitasnya masing- masing adalah: a. Ibnu ‘Abbās periwayat I, sanad V; b. ‘Ikrimah periwayat II, sanad IV; c. al-Hakam bin Abān periwayat III, sanad III; d. Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz periwayat IV, sanad II; e. ‘Abd al-Rahmān bin Bisyr periwayat V, sanad I; f. Abū Dāwud periwayat I, mukharrij.

1. Abū Dāwud.

Telah disebutkan pada halaman 46. 42 Al- Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā, juz VII, h. 137-138.

2. ‘Abd al-Rahmān bin Bisyri.

Nama lengkapnpya adalah ‘Abd al-Rahmān bin Bisyri bin al-Hakam bin Habīb bin Mihrān al-‘Abdī, Abū Muhammad al-Naysabūrī. 43 Dia menerima hadīs dari Sufyān bin Uyainah, Mālik bin Sa’īr bin al-Khams, ‘Abd al-Razzāq bin Hamām, Bahz bin Asad, ‘Alī bin Husayn bin Wāqid, Yahyā bin Sa’īd al-Qattān, Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz al-Qinbārī, dan yang lainnya. Adapun yang menerima hadīs darinya antara lain adalah al-Bukhārī, Abū Dāwud bin Muhammad al-A sadī, Ibrāhīm al-Harbī Ahmad bin ‘Alī al-Abāri, Abū Bakr bin Abī Dāwud, Abū Hāmid Ahmad bin Muhammad bin Yahyā bin Bilāl al-Bazzār, dan yang lainnya. 44 Adapun penilaian kritikus hadīs terhadap ‘Abd al-Rahmān bin Bisyr, Salih bin Muhammad mengatakan bahwa ia sadūq, Ibnu Hibbān menyebutnya di dalam “al- Siqah ”, 45 Ibnu Hajar mengatakan siqah , Abī Hātim mengatakan shadūqan siqah. 46 Meskipun tidak banyak ditemukan penilaian terhadap ‘Abd al-Rahmān bin Bisyrī, akan tetapi hal tersebut sudah cukup sebagai alasan bahwa ia adalah siqah. Pada sisi lain, pengakuan ‘Abd al-Rahmān bin Bisyri bahwa dia menerima hadīs dari 43 Al- Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta’dīl, h. 215. 44 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 131. 45 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 132. 46 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,, jilid XVI h. 547-548. Al-Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā, juz XII h. 340. Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz al-Qinbārī dengan lambang sanā tidak diragukan bahkan keduanya terjadi persambungan sanad. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa ‘Abd al- Rahmān bin Bisyri adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah kesahihan sanad had īs.

3. Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz.

Nama lengkapnya adalah Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz al-Yamānī al-‘Adanī, Abū Syu’ayb al-Qinbārī. 47 Dia meriwayatkan hadīs dari al-Hakam bin Abān, dan yang meriwayatkan hadīs darinya adalah Muhammad bin Asad al-Khasyanī, Bisyri bin al-Hakam al- Naysabūrī, dan ‘Abd al-Rahman bin Bisyri. Adapun penilaian kritikus hadīs terhadapnya, al-Qinbāri mengatakan bahwa beliau sering melakukan kesalahan, Ibnu al- Madīnī mengatakan ḍa’īf, al-Sulaymānī mengatakan munkar al- hadīs, dan Ibnu al-Jawzi mengatakan Mūsā bin ‘Abd al-‘Azīz adalah majhūl. Berbeda dengan pernyataan ulama yang lain, ‘Abdullāh bin Ahmad dari Ibnu Ma’īn berkata bahwa saya tidak melihat apa-apa, dan al-Nasāī berkata “laisa bih ba’sin”, juga Bisyr bin Hakam, ‘Abd al-Rahmān bin Bisyr, Ishāq bin Abū Isrāīl, dan Zayd bin al-Mubārak mengatakan lā ba’sa bih, di dalam Bazl al-Majhūd fī 47 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz X, h. 318.