4. Kritik Sanad
Berikut ini dikemukakan kualitas sanad hadīs-hadīs tentang Ṣalāt tasbīh berdasarkan klasifikasi riwayat yang ada yang terkait dengan masalah tersebut yaitu
terdapat dalam enam riwayat dari tiga mukharrij , yaitu Abū Dāwud, al-Tirmizī dan
Ibnu Mājah.
Pada skema sanad hadīs tercantum ada lima nama sahabat Nabi yang meriwayatkan hadīs tersebut, yakni al-Ansārī, ‘Abdullāh bin ‘Amr, Ibnu ‘Abbās, ,
Abī Rāfi’ dan Anas bin Mālik. Itu berarti bahwa sanad yang dikritik mendapat dukungan berupa
syāhid, begitu pula pada periwayat-periwayat sesudahnya ditemukan dukungan berupa mutt
abi’.
13
Lambang periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat dalam beberapa sanad tersebut meliputi
haddasanā, akhbaranā,‘an, haddasanī, anna, dan qāla.
Sanad yang dipilih utuk diteliti langsung dalam penelitian sanad terhadap hadīs-hadīs yang termasuk klasifikasi pertama adalah salah satu sanad Abū Dāwud,
yakni melalui Muhammad bin Sufyān al-Ubullī. Akan tetapi jika ditemukan bahwa
13
Menurut istilah ulama hadis, syāhid ialah hadis yang diriwayatkan oleh seseorang sahabat
sama dengan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain, secara lafal atau secara makna. Sedangkan mutabi
’ ialah berserikatnya seorang periwayat dengan yang lain tentang suatu riwayat hadis dari seorang guru yang terdekat tetapi tidak sampai pada tingkat sahabat periwayat pertama.
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatīb, Ushūl al-Hadīs ‘Ulūmuhū wa Musthalahuhū Bayrūt: Dār al-Fikr, 1989, h. 366-367.
sanad dari jalur tersebut berkualitas dh aīf, maka penelitian sanad akan dipindahkan ke
jalur yang lain untuk mencari kemungkinan terdapatnya sanad hadīs yang yang kualitasnya lebih kuat.
Adapun kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadīs dimaksud adalah: a. ‘Abdullāh bin ‘Amr Periwayat I, sanad VII; b. Rajulun
Periwayat II, sanad VI; c. Abī al-Jawzāi Periwayat III, sanad V; d. ‘Amr bin Mālik Periwayat IV, sanad IV; e. Mahdī bin Maymūn Periwayat V, sanad III; f. Hubbāb
bin Hilāl periwayat VI, sanad II; g. Muhammad bin Sufyān al-Ubullī Periwayat VII , sanad I; h. Abū Dāwud Periwayat VIII, mukharrij.
1. Abū Dāwud.
Nama lengkapnya, menurut Ibnu Hātim adalah Sulaymān bin al-Asy’as bin Syidad bin ‘Amr bin ‘Amir.
14
Sedangkan menurut al- Khatīb al-Bagdadi, namanya
adalah Sulaymān bin al-Asy’as bin Syidad bin ‘Amr bin ‘Imrān. Dikatakan bahwa kakek kedua Imam Abū Dāwud yang bernama ‘Imrān adalah salah seorang yang
berjuang bersama ‘Alī bin Abī Thālib dalam perang shiffin.
Kelahirannya: Al- Zahabī berkata, “Ia lahir pada tahun 202 H.” Abū ‘Ubaīd
al- Ajari berkata: Aku telah mendengar Abū Dāwud berkata, “Aku dilahirkan pada
14
Abū Muhammad‘Abd al-Rahmān bin Abī Hātim Muhammadbin Idrīs bin al-Munzir al- Rāzī, Kitāb al-Jarh wa al-Ta’dīl, juz IV Cet. I; Hayderabat: Majlis Da’irat al-Ma’arif, 1987, h. 102.
tahun 202 H. dan aku turut menyalati ‘Affān yang meninggal pada tahun 220 H.”
15
Abū Dāwud meninggal pada tanggal 16 Syawal tahun 275 H.
16
Abū Dāwud meriwayatkan hadīs antara lain dari Abū Salamah al-Tabuzaki, Abū al-Walid al-Tayalisi, Muhammad bin Kasir al-‘Abdi, Muslim bin Ibrāhīm, Abū
‘Umar al-Haudi, Abū Tawbah al-Halabī, Sulaymān bin Abd al-Rahmān al-Dimasyqi dan masih banyak lagi, baik dari Iran, Khurasan, Syam, Mesir, Jazirah maupun dari
daerah lain. Sedangkan murid- muridnya antara lain: Abū Abd al-Rahmān al-Nasāī,
Abū ‘Isā al-Tirmizi, anak Abū Dāwud yang bernama Abū Bakr, Abū Bakr ‘Abdullah bin Muhammad bin Abī Dunyā, juga Ibrāhīm bin Humayd bin Ibrāhīm bin Yūnus al-
Aquli, Abū Hāmid Ahmad bin Ja’far al-Asfahayānī, Ahmad bin Ma’lā bin Yazīd ad- Dimasyqi, Ahmad bin Muhammad Yasin al-
Harawī, Al-Hasan bin Sahib al-Syasyi, Al-
Husayn bin Idrīs al-Ansāri, dan masih banyak lagi lainnya.
17
Abū Dāwud adalah periwayat hadīs yang terpuji kualitas pribadi dan intelektualnya. Terbukti dari pernyataan para kritikus hadīs tentang dirinya. Misalnya,
Mūsa bin Hārūn mengatakan bahwa Abū Dāwud diciptakan di dunia untuk hadīs dan di akhirat untuk surga. Ibrāhīm al-Harbī mengatakan bahwa hadīs telah dilembutkan
bagi Abū Dāwud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Daud. Abū Bakr al-Khilāli
15
Abū ‘Abdullāh Muhammad bin Ahmad bin ‘Usmān al-Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā, juz XIII Cet.VII; Bayrūt: Mu’assasat al-Risālah, 1990, h. 204.
16
Abū ‘Abdullāh Muhammad bin Ahmad bin ‘Usmān al-Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā, juz XIII., h. 221. Lihat pula Syaikh Ahmad Farid,
Min A’lam As-Salaf, yang diterjemahkan oleh Masturi Ilham dan Asmu’i Tamam dengan judul 60 Biografi Ulama Salaf Cet. I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2006, h. 537-538.
17
Ahmad ibn Alī ibn Hajar al-Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz IV Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994, h. 149-150.