Zayd bin Hubāb al-‘Uklī.

peringkat ketercelaannya rendah. Jadi bila dihadapkan dengan penilaian kritikus lainnya, maka Zayd tetap dinyatakan bersifat siqah. Itu berarti pengakuannya bahwa dia menerima riwayat di atas dari Mūsa bin ‘Ubaydah dengan lambang haddasanā tidak diragukan, bahkan diyakini pula bahwa keduanya dalam keadaan bersambung. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Zayd bin Hubāb al-‘Uklī adalah periwayat yang sahih karena telah memenuhi kaidah kesahihan sanad hadīs.

4. Mūsā bin ‘Ubaydah.

Nama lengkapnya adalah mūsā bin ‘Ubaydah bin Nasyīt bin ‘Amr bin al- Hāris al-Rabazī, Abū Abd al-‘Azīz al-Madanī. Dia meriwayatkan hadīs antara lain dari saudaranya ‘Abdullāh dan Muhammad, ‘Abdullāh bin Dīnār, Iyās bin Salamah al-Akwa’, Sa’īd bin Abī Sa’īd mawla Abī Bakr bin Hazm, dan Mus’ab bin Muhammad bin Syurahbil. Sedangkan orang yang meriwayatkan hadīs darinya, antara lain anak saudaranya yakni Bakar bin ‘Abdullāh, al-Sawrī, Ibnu Mubārak, ‘īsā bin Yūnus, Zayd bin al-Hubāb, dan ‘Abdullāh bin Mūsā. Adapun penilaian para ahli kritik terhadapnya, Ahmad mengatakan munkar al- hadīs, laysa bi syai’, dan bukan penghafal hadīs. Ahmad mengatakan dari Ibnu Ma’īn bahwa Mūsa bin ‘Ubaydah bukan pembohong, akan tetapi beliau meriwayatkan hadīs dari ‘Abdullāh bin Dīnar hadīs-hadīs yang mungkar. Ibnu Ma’īn mengatakan hadīsnya tidak dapat dijadikan hujjah, daīf, laysa bi syai’. Abū Zur’ah mengatakan hadīsnya tidak kuat. Ibnu Abī Hātim mengatakan munkar al-hadīs. Al- Nasāī mengatakan ḍa’īf, laysa bi siqah, Ibnu Sa’d mengatakan siqah banyak hadīsnya, akan tetapi tidak dapat dijadikan hujjah. Ya’qūb bin Syaybah mengatakan shadūq hadīsnya lemah sekali, Ibnu Qāni’ dan Ibnu Hibbān mengatakan ḍa’īf. Dari keterangan di atas dapat dinyatakan bahwa Mūsā bin ‘Ubaydah adalah periwayat hadīs yang dipermasalahkan kualitasnya. Pujian yang diberikan kepadanya sangat rendah. Sebaliknya celaan yang dilontarkan terhadap dirinya berperingkat tinggi, bahkan Ibnu Hibbān yang terkenal tasahul longgar dalam memberikan penilaian, menilainya sebagai orang yang ḍa’īf. Maka cukup kuat alasan untuk memenangkan ketercelaan yang bersangkutan dari pada keterpujiannya. Itu berimplikasi bahwa Mūsā bin ‘Ubaydah berkualitas ḍa’īf. 76 Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa Mūsā bin ‘Ubaydah adalah periwayat yang ḍa’īf karena tidak memenuhi kaidah kesahihan sanad hadīs. 76 Demikian pula dengan Sa’īd bin Abī Sa’īd mawlā Abī Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm Sa’īd bin Abī Sa’īd al-Ansārī al-Madīni yang diakui sebagai gurunya dinilai sebagai orang yang majhūl oleh Al-Zahābī dan Ibnu Hājar. Hanya Ibn Hibbān yang menilainya siqah. Akan tetapi penilaian Ibnu Hibbān tidak dapat dijadikan ukuran karena beliau terkenal tasahul. Oleh karena Mūsā bin ‘Ubaydah dikatakan sebagai periwayat yang berpredikat ḍa’īf, maka menjadikan pula sanad yang diteliti berkualitas ḍa’īf. Dengan demikan, kegiatan penelitian sanad dipindahkan ke jalur yang lain. Urutan periwayat, sanad, dan hasil penelitian mengenai kualitas dan kapasitasnya masing- msing adalah: a. Abū Rāfi’ Periwayat I, sanad V; b. Sa’īd bin Abī Sa’īd Periwayat II, sanad IV; c. Mūsābin ‘Ubaydah Periwayat III, sanad III; d. Zayd bin al- Hubbāb Periwayat IV, sanad II; e. Mūsā bin ‘Abd al-Rahmān Periwayat V, sanad I; f. Ibnu Mājah Periwayat VI, mukharrij. 1. Ibnu Mājah. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazīd al-Rabā’ī, Abū ‘Abdullāh ibn Mājah al-Qazwinī. 77 Dia meriwayatkan hadīs dari ‘Alī bin Muhammad al-Tanāfisī, Ibrāhīm bin Munzir, Muhammad bin ‘Abdullāh bin Numayr, dan yang lainnya. 78 Di sini tidak dicantumkan bahwa Mūsābin ‘Abd al-Rahmān adalah gurunya. Akan tetapi dikatakan bahwa untuk mengumpulkan hadīs beliau merantau ke beberapa negeri, antara lain Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Basrah, dan kota- kota lain untuk mendapatkan hadīs dari ulama setempat. 79 Dengan demikian dapat diyakini bahwa Ibnu Mājah telah 77 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid IX h 457. Al-Zahābī, Siyar A’lam al-Nubalā juz XIII, h. 277-278. 78 Al- Zahābī, juz XIII, h. 277-278. 79 ‘Ajjāj al-Khatīb, Ushūl al-Hadīs, h. 326.