Pengertian Salit tasbih dalam perspektif hadis (studi analisis sanad dan matan)

dengan takbir dan diakhiri dengan salam dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu. 3 Sedangkan kata “tasbīh” merupakan bentuk dasar masdar dari kata kerja حب - حبس yang artinya mensucikan dengan mengucapkan lafal tasbīh, atau menafikan Allah dari keserupaan dengan semua makhluk dari segala bentuk kekurangan, dengan ucapan subhānallāh Maha Suci Allah. 4 Lafal tasbīh seringkali diucapkan atau digandengkan dengan lafal-lafal tahmīd هدم ا , tahlīl ها ا هلا , dan takbīr ر ا ها . Jadi alāt tasbīh adalah suatu alāt yang dalam setiap perpindahan dari satu hay’ah gerakan kepada hay’ah lainnya mengandung pujian tasbīh, zikir kepada Allah swt yang berbunyi َرْ َأ َها َو ها ِا هلِا َ َو ه ُ دْمَ َا َو ها َنَا ْب Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. Adapun perintah-perintah untuk ber tasbīh terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi saw, diantaranya: 1. Qs al-Fath 48: 9:          3 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid V Cet. VI; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003, h. 1536. 4 Ahmad Warson al-Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Cet. XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 19970, h. 209. “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan agamaNya, membesarkan-Nya. dan ber tasbīh kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” 5 2. Qs. al-Hijr 15: 98:        “Maka bertasbīhlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud Ṣalāt.” 6 3. Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh ‘Uqbah bin ‘Amr: اا و نع رابما نبا انر أ ا يلما يعاما نب و و بو وبأ ان نب يبرلا انثّدح اا ر اع نب ب ع نع همع نع او ا نب و مل وبا : تل ن ام ،مي للا بر م اب حبس 7 ها او ر اا َمَلَ َو ِهْيَلَع ُها َلَص : مكعو ر اهاوللجا . تل نامل ، لع ا بر م اب حبس 8 اا : م دوج اهوللجا . 9 “Al-Rabi’ bin Nāfi’ Abū Tawbah dan Mūsā bin ‘Ismaīl menceritakan kepada kami, Ibnu al- Mubārak memberitakan kepada kami, dari Mūsā Abū Salamah Mūsā bin Ayyūb berkata, dari pamannya dari ‘Uqbah bin ‘āmr berkata Fasabbih bismi rabbika al-‘Azīm” Maka bertasbīhlah kamu dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar Rasulullah saw besabda: “Jadikanlah tasbīh itu dalam sujudmu.” Dan ketika turun firman Allah “sabbihisma Rabbika al-a’lā” Tasbīhkanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi, Rasulullah bersabda: Jadikanlah tasbīh itu dalam sujudmu.” 4. Qs. al- Wāqi’ah 56: 74 dan 96:      5 Al- Qur’an Al-Hadi 6 Al- Qur’an Al-Hadi 7 Qs. Al- Wāqi’ah 56: 74. 8 QS. Al- A’lā 87: 1. 9 Abī Dāwud Sulayman bin al-Asyas al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, kitab al-Azān bāb mā Yaqūlu al-Rajūl fī Rukū’ihī wa Sujūdihī, juz I Bayrūt: Dār al-Fikr, 1994, h. 239. “Maka bertasbīhlah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar.” 10 5. Qs. al- A’lā 87: 1:      “Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi.” 11 6. Qs. al-Nasr 110: 3:          “Maka bertasbīhlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat.” 12 7. Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah: ااض ٌ دَدَسُ انَثَدَح : ااَ نايْفُ ْنَع ََْ انَثَدَح : اع ْنَع قْوُرْسَ ْنَع مِلْسُ ْنَع رْوُ ْنَ ي َثَدَح ْتلاَ اَ َأ اهْنَع ها ِضَر َشِا : ِِّنلا ناَ َمَلَ َو ِهْيَلَع ُها َلَص ِ ِدُجُ َو ِهِعْوُ ُر َاوُ َ ّنّا ُرِ ْكُ : ِْرِفْغا َمهَللَا ،ِ ِدْمََِِو انَبَر َمُهللا َ َنا ْبُ 13 “Musaddad telah menceritakan kepada kami, Yahya telah menceritakan kepada kami dari Sufyan dia berkata: Mansūr telah menceritakan kepadaku, da ri Muslim, dari Masrūq, dari ‘A RA. Dia berkata: Bahwasanya Nabi saw. memperbanyak membaca dalam rukuk dan sujudnya; Maha suci engkau Ya Allah Tuhan kami dan segala puji bagi- Nya, Ya Allah ampunilah aku.” 10 Al- Qur’an Al-Hadi 11 Al- Qur’an Al-Hadi 12 Al- Qur’an Al-Hadi 13 Al- Imām Abī Abdillāh Muhammad ibn Ismāīl ibn Ibrāhīm ibn Mughīrah ibn Bardizbah al- Bukhārī al-Jāfī, Sahīh al-Bukhārī, juz I Bayrūt: Dār al-Kutūb al-Ilmiyyah, 1992, h. 246.

C. Tujuan

Ṣalāt Tasbīh Tujuan dari alāt adalah pengakuan hati bahwa Allah Swt. Sebagai pencipta yang Maha besar dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas kebesaran serta kemuliaan-Nya yang kekal dan abadi. Bagi seseorang yang telah melaksanakan alāt dengan penuh rasa takwa dan keimanan kepada penciptanya, hubungannya dengan Allah swt. akan kuat, istiqamah teguh dalam beribadah kepada-Nya, dan menjaga ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh-Nya. 14 Ṣalāt yang dilaksanakan dengan hati yang penuh takwa dan mengharap keridaan Allah swt. akan mempunyai pengaruh yang mendalam dalam jiwa dan menopang manusia untuk berakhlak mulia. Dengan demikian Ṣalāt dapat berperan sebagai alat penangkal yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana yang telah disebutkan dalam Qs. al- Ankabūt 29: 45:                          “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab al- Qur’an dan dirikanlah Ṣalāt. Sesungguhnya Ṣalātitu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah Ṣalāt adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain dan Allah mengetahui a pa yang kamu kerjakan”. 15 Ṣalāt tidak hanya merupakan perwujudan dan rasa terima kasih terhadap nikmat yang dianugerahkan Allah swt. tetapi juga mempunyai dampak positif bagi yang melaksanakannya. Dampak tersebut antara lain adalah selalu terjadinya 14 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid IV Cet. IV; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, h. 208. 15 Al- Qur’an Al-Hadi hubungan yang kuat antara seorang hamba dan pencipta yang membawa kenikmatan, keamanan, ketenangan, dan keselamatan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan diri dan penghambaan diri kepada Allah swt. alāt juga merupakan sarana untuk mencapai kemenangan, keberuntungan, 16 dan alāt yang dilakukan lima kali sehari semalam dapat menghapus dosa seperti air dipakai mandi dapat menghapus daki yang ada di badan sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadis: ااَ َ َ َْْ ُنب ُميِهارْبا انثَدح : يأ نع َمْيهارْبا ِنب ٍدمُ ْنع َد ِ َ ْنَع ُيدْرَواردلاو ٍ ِزاح يَأ ُنبا يَث َدَح ها او َر َ َِم هّنَأ َ ر َرُه يا نع ِنَْرلا دْبَع نب َ مَلَ َمَلَ َو ِهْيَلَع ُها َلَص ُاوُ َ : ّنَأ ْول ْمُ اَرَأ اولا ؟ِهِنَرَد ن ْبُ لذ ُتْ َ ا اسَْ ٍ ْوَ َ ُ ِهيِ ُ ِسَ ْ َ مُ دَحَا ِاابِب اًرْهَ ن : ِهِنَرَد ن ْبُ ًا ْيَ . اا : ا اطَ ا هب هاو ِ مَ ا ِااولَ لا ُ َ َ َ ل َ . 17 “Seandainya ada sebuah sungai di depan rumah salah seorang dari kamu dan ia mandi di sana lima kali sehari, apakah menurutmu masih akan ada daki kotoran yang tersisa ditubuhnya? Mereka berkata: “Tidak akan ada sedikitpun kotoran yang tersisa ditubuhnya.” Nabi saw. menambahkan, ini adalah ibarat mengerjakan Ṣalāt lima waktu menghapus perbuatan jahat dosa.” Dengan alāt akan tercipta hubungan yang amat dekat antara pelaku dan Allah swt. Sehingga terasa adanya pengawasan dari Allah swt. Terhadap segala tindakan yang pada akhirnya akan memberikan ketenangan yang besar dalam jiwa dan menjauhkan dari kelalaian yang dapat memalingkan seseorang dari ketentuannya kepada Allah swt. Qs. al- Zāriyat 51: 56. Adapun tujuan atau manfaat melaksanakan Ṣalāt tasbīh, bagi para ulama yang tidak menerima kehujjahan Hadis tentang Ṣalāt tasbīh tentu saja Ṣalāt tasbīh 16 Lihat Qs. al- Mukminūn 23: 1, QS. al-Ma’ārij 70: 19 17 Al- Bukhārī al-Jafī, juz I kitāb Mawāqīt al-Shalat Bāb al-Shalāwat al-Khamsu Kaffārat, h. 167.