Ibnu ‘Abbās. Kritik Sanad Hadis

1. Tirmīzī

Nama lengkapnya adalah Abū ‘I Muhammad bin ‘I bin Sawrah bin al-Dahhāk al- Sulamī al-Būgī al-Tirmīzī. 61 Imam Tirmizī lahir pada tahun 208 H. ada pula yang mengatakan 209 H. Mengenai tahun wafat Imam Tirmizī, ada yang mengatakan bahwa dia wafat pada tahun 277 H. dalam usia 68 tahun, ada yang mengatakan 279 H. yakni dalam usia 70 tahun, adapula yang mengatakan bahwa Imam Tirmizī wafat pada bulan Rajab tanggal 13 tahun 279 H. 62 Pada masa Imam Tirmizī, perkembangan hadīs ditandai dengan penulisan, penyampaian, penerimaan, penghafalan dan majelis taklim pengkajian hadīs, periwayatan dan pembukuannya. Kajian pengembangan hadīs itu, oleh Imam Tirmizī sebagian besar telah dilakukannya dan berperan serta aktif, mulai dari menulis, menghafal, menyampaikan, menerima, menghadiri dan mengadakan majelis taklim, meriwayatkan dan sampai dengan pembukuannya. Imam Tirmizī sejak remajanya telah belajar dengan guru-guru di kampungnya. Di Khurasan ia berguru dengan Ishāq bin Rahawayh, di Naysabūr dengan Muhammad bin ‘Amr al-Sawaq, kemudian menuju ke ‘Irāq untuk belajar 61 Ahmad Sutarmadi, Al- Imām al-Tirmizī Peranannya dalam pengembangan Hadis dan Fiqh Cet. I; Jakarta: Logos, 1998, h. 49. 62 Ahmad Sutarmadi, Al- I ā al-Ti izī Pe a a ya dala pe ge ba ga Hadis da Fi h, h. 53. pada ulama hadīs dan para hafiz di sana, kemudian ke Hijaz untuk belajar lagi dengan ulama Hijaz, serta masih banyak lagi yang lain. 63 Diantara murid- murid Imam Tirmizī yang termashur ialah: Abū Bakr Ahmad bin ‘Ismā’īl bin ‘Amīr al-Samarkandī, Abū Hāmid Ahmad bin ‘Abdullāh bin Dāwud al- Marwazī al-Tājir, Ahmad bin ‘Alī al-Maqārī, Ahmad bin Yūsūf al-Nasāfī, dan lain-lain. 64 Penilaian para ahli kritik hadīs terhadap diri Tirmizī adalah Ibnu Hibbān menyebut Tirmizī dalam al-Siqah. Dia itu seorang penghimpun hadīs, penyusun kitab, penghafal hadīs, dan senantiasa berdiskusi dengan para ulama. Ibnu Hazm mengatakan bahwa Muhammad bin ‘I bin Sawrah adalah seorang yang majhūl. 65 Al- Idr isī mengatakan Tirmizī itu seorang pemimpin yang menguasai ilmu hadīs, penyusun kitab-kitab al- Jāmi’, al-Tārikh, dan al-Ilāl. ‘Umar bin ‘Allāk mengatakan bahwa al- Bukhārī wafat dan tidak meninggalkan pengganti di Khurasan seperti Abū ‘I, baik di bidang keilmuan, hafalan, wara’ maupun kezuhudannya. Sedangkan al- 63 Al- Zahābī, juz XIII, h. 271. Tidak ditemukan data secara tersurat bahwa Ahmad bin Muhammad bin Mūsā adalah gurunya, Akan tetapi, karena Tirmizī telah melawat ke berbagai kota dan mendengar riwayat hadis dari sejumlah guru, baik dari ulama-ulama Khurasan, Irak, Hijaz, ataupun selainnya, maka diperki rakan bahwa Tirmizī pun telah berguru kepada Abū Kurayb. 64 Al- As alā ī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 344. Al-Zahabi, Siyā , h. 271-272. 65 Majhūl ialah periwayat yang tidak diketahui diri atau kepribadiannya. Atau diketahui kepribadiannya, tetapi tidak diketahui sama sekali tentang sifat keadilan dan kecermatannya. Mubārakfūrī mengatakan bahwa Tirmizī adalah seorang imam yang terkenal siqah, hāfiz, muttaqīn, muttafaq ‘alayh. 66 Hampir seluruh ahli kritik hadīs memuji kualitas pribadi dan kemampuan intelektual Tir mizī. Satu-satunya kritikus yang mencela Tirmizī adalah Ibnu Hazm. Kritikan orang yang mencela seharusnya menjelaskan sebab-sebab alasan ketercelaannya. Akan tetapi Ibnu Hazm tidak melakukan hal itu. Justru para ulama membela Tirmizī. 67 Oleh karena itu, celaan Ibnu Hazm tidak mempengaruhi kedudukan Tirmizī sebagai seorang periwayat yang siqah. Imam Tirmizī sejak remajanya telah belajar dengan guru-guru di kampungnya. Di Khurasan ia berguru dengan Ishāq bin Rahawayh, di Naysabūr dengan Muhammad bin ‘Amr al-Sawaq, kemudian menuju ke ‘Irāq untuk belajar pada ulama hadīs dan para hafiz di sana, kemudian ke Hijaz untuk belajar lagi dengan ulama Hijaz, serta masih banyak lagi yang lain. 68 66 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 344-345. lihat juga al-Mubārakfurī, Tuhfat al-Ahwazī bi Syarh Jami’ al-Tirmizī, Bayrūt: Dār al-Fikr, 1979, h. 341-342. 67 Al- Asqalānī mengecam Ibnu Hazm dan menilai pernyataannya itu sebagai kesombongan belaka, sebab dia menilai negatif terhadap ulama yang ternama dan terpercaya. Al- Khalīlī mengatakan Ibnu Hazm itu tidak mengenal pribadi Tirmizī, kekuatan hafalannya, dan kitab-kitab yang disusunnya. Abū Syuhbah mengatakan bahwa ia belum pernah melihat orang yang merendahkan Tirmizī selain Ibnu Hazm. Akan tetapi, tidak seorang pun ulama yang menyetujui pendapatnya, bahkan Abū Syuhbah sendiri menilai negatif terhadap Ibnu Hazm. Demikian pula Ibnu Kasīr mengatakan bahwa sikap Ibnu Hazm tidak akan mengurangi kemuliaan Tirmizī. Sebaliknya, dapat merendahkan Ibnu Hazm sendiri di mata para ulama hadis. Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 355. 68 Al- Zahabī, Siyar, h. 271. Tidak ditemukan data secara tersurat bahwa Ahmad bin Muhammad bin Mūsā adalah gurunya, Akan tetapi, karena Tirmizī telah melawat ke berbagai kota dan mendengar riwayat hadis dari sejumlah guru, baik dari ulama-ulama Khurasan, Irak, Hijaz, ataupun selainnya, maka diperkirakan bahwa Tirmizī pun telah berguru kepada Ahmad bin Muhammadbin Mūsā.