Latar Belakang Salit tasbih dalam perspektif hadis (studi analisis sanad dan matan)
ahad.
4
Dalam proses periwayatan tersebut umumnya terjadi periwayatan secara makna, sehingga kemurniannya tidak mendapat jaminan dari Allah Swt. Sifatnya
yang tipikal itu tidak menjamin hadis dapat terhindar dari intervensi luar yang sifatnya destruktif, terutama adanya usaha-usaha untuk memalsukannya dalam
rentang waktu pengkodifikasian hadis yang cukup lama, sehingga hadis-hadis palsu muncul dengan berbagai motivasi dan kepentingan pribadi dan golongan.
5
Oleh sebab itu hadis tersebut perlu diteliti kembali kemurniannya agar ajaran yang disandarkan kepada Nabi Saw. dapat dipertanggung jawabkan hal ini
agar terhindar dari pernyataan Nabi Saw . “Barang siapa yang secara sengaja
berbohong atas namaku maka hendaknya ia bersiap-siap menempati tempat duduknya di
neraka”.
6
Sebab di dalam tubuh hadis tak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang mengakibatkan kualitas hadis menjadi
Ṣahīh, hasan, dhaif, dan bahkan maudu’. Pokok permasalahan hadis secara umum adalah
menyangkut kualitas hadis, pemahaman hadis sampai pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sentralnya adalah sanad dan matan hadis, keduanya
merupakan unsur penting yang saling berkaitan erat menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadis. Sehingga kekosongan salah satunya akan berpegaruh, dan
bahkan merusak eksistensi dan kualitas suatu hadis. Selain itu, dalam perjalanan sejarah telah terjadi pemalsuan hadis pada
peristiwa pergolakan politik antara kubu Muawiyah bin Abi Sufyan w. 60 H680 M dan kubu Ali bin Abi Thalib memerintah 35-40 H656-661 M. Masing-
masing ingin meligitimasi pendapatnya dengan al- Qur’an dan al-Sunnah sampai
4
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi. h. 3.
5
Harun Nasution, Teologi Islam Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia Press, 1992, h. 1-10.
6
Shahih Bukhari, Kitab ‘Ilm Bab dosa seorang yang berbohong atas Nabi SAW. Juz I. h.
31
melakukan pemalsuan hadis.
7
Sesunggguhnya Pemalsuan ini bukan saja dilakukan oleh umat muslim tetapi juga oleh non muslim. Motivasi orang-orang melakukan
pemalsuan hadis ialah untuk : Pertama, membela kepentingan politik. Kedua, menyesatkan umat Islam ; ketiga, membela ras, suku, negara dan imam ; keempat,
memikat hati orang yang mendengarkan kisah yang dikemukakannya ; kelima, menjadikan orang lain lebih zahid ; keenam, perbedaan Mazhab dan Teologi ;
ketujuh, memperoleh perhatian dari penguasa.
8
Dalam pemalsuan hadis tersebut ada yang bersifat sengaja dan ada yang bersifat tidak sengaja, meski demikian,
pemalsuan tetap merupakan perbuatan tercela.
9
Berdasarkan fenomena di atas, dalam rangka menetapkan hujjah yang benar-benar murni bersumber dari Nabi
Muhammad Saw. maka melakukan penelitian kemurnian hadis adalah suatu keniscayaan.
Dari gambaran tentang perjalanan panjang hadis Nabi tersebut, maka dituntut adanya penelitian hadis selanjutnya secara seksama sebagai kehati-hatian
untuk menghindarkan diri dari penggunaan hadis yang tidak dapat dipertanggungjawabkan validitas dan orisinalitasnya serta untuk menjaga
keutuhan dan kelestariannya sebagai sumber ajaran Islam. Demikian juga halnya dengan hadis yang dipahami oleh masyarakat
sebagai dalil yang mengajarkan tentang suatu alāt Sunnah yang disebut dengan
alāt tasbīh, istilah alāt tasbīh merupakan ibadah alāt sunnah yang tidak asing ditelinga umat muslim pada umumnya.
Ṣalāt ini secara umum sama dengan tata
7
Muhammad ‘Ajaj al-Khathib, Ushūl al-Hadis, Penerjemah Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007, Cet. IV. h. 353.
8
Muhammad ‘Ajaj al-Khathib, Ushūl al-Hadis, h. 354-362.
9
M.Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. 3. h. 111.
cara alāt yang lain, hanya saja ada tambahan bacaan tasbīh di dalamnya. banyak
buku pedoman alāt sunnah yang beredar di masyarakat yang didalamnya
menjelaskan mengenai alāt tersebut diantaranya mengenai keistimewaan atau
fadilah, tata cara mengerjakanya dan sebagainya. Dari alasan itulah alāt tasbīh ini
menjadi suatu rangkaian Ibadah alāt yang tidak asing ditelinga sebagian besar
umat Islam khususnya di Indonesia yang meyakini akan kebenaran dan kebolehanya. Mereka mengerjakanya secara rutin dengan beragam waktu, ada
yang mengerjakan setiap minggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali dan juga waktu-waktu khusus seperti Menjelang Ramadhan
Nisyfu Sya’ban dan sebagainya. Bahkan di beberapa daerah
Ṣalāt Tasbīh ini dikerjakan secara berjamaah di masjid.
K ekhusyu’an umat Islam yang menjalankan ibadah tersebut merasa
terganggu dengan munculnya buku yang menjadi gerakan provokatif dan bersifat menyudutkan yang menyatakan bahwa
alāt tasbīh ini hadisnya termasuk ke dalam hadis
mawdu’ palsu.
10
Serta ada juga yang menjelaskan tentang hukumnya yang diperselisihkan oleh para ulama. Ada yang berpendapat bahwa
Ṣalāt tasbīh hukumnya Sunnah karena didasarkan atas banyaknya hadis dari berbagai jalur periwayatan yang menjelaskan
Ṣalāt tasbīh dan ada pula yang menyatakan hadisnya
ḍa’if.
Diantara ulama yang mengatakan bahwa hadis tentang Ṣalāt tasbīh adalah
hadis palsu antara lain Ibn al-Jawzi. Beliau memiliki kitab khusus yang berisi
10
Karena di dalam hadis-hadis tersebut disebutkan bahwa pahala melaksanakannya tidak terhingga banyaknya, yaitu: segala dosa, baik yang besar maupun yang kecil, yang disengaja
maupun yang tidak, baik yang lalu maupun yang akan datang semuanya diampuni oleh Allah swt. Penyebutan pahala yang begitu besar merupakan salah satu dari ciri-ciri hadis palsu.
hadis palsu yang bernama al- Mawdū’āt, dan di dalamnya terdapat hadis tentang
Ṣalāt tasbīh.
11
Kemudian diantara contoh buku yang beredar di Masyarakat ditemukan dalam buku
“Menyingkap Perbedaan Ulama” buah karya Syaikh Mohammad bin Saleh Utsaimin di dalamnya menjelaskan bahwa
Ṣalāt Tasbīh adalah bidah dan hadits yang berkaitan dengannya tidak tsabit atau tidak dapat dipertanggung
jawabkan ke Ṣahīhan sumbernya dari Nabi Saw.
12
Kemudian hal serupa pula di dalam buku Pedoman Ṣalāt karya Hasbi Ash
shiddeqy dikatakan bahwa alāt tasbīh merupakan suatu Ṣalāt yang
diperselisihkan ulama. Ada yang menganggapnya sunnah dan ada pula yang membid’ahkan. Riwayat yang menerangkan kesunnatannya dicela oleh
sebahagian ahli hadis, oleh sebab itu menurutnya lebih utama meninggalkannya.
13
Tetapi sebaliknya banyak juga dari para ulama, baik klasik maupun kontemporer yang menegaskan bahwa hadis
Ṣalāt tasbīh ini Ṣahīh. Diantara para ulama klasik yang bependapat seperti itu adalah Ibn shalah, al-Mundzir
ī, al- Kh
ātīb al-Baghdadi, al-Zarkasyī, al-Suyutī, dan lain-lain.
14
Sementara diantara ahli-ahli hadis masa kini yang menyatakan bahwa Hadis
Ṣalāt tasbīh itu Ṣahīh, atau minimal hasan, adalah al-hafīdh Muhammad ‘Abd al-rahman al-Mubarakfūri w.1353 H, Mustafa Azami, Muhammad Fuad
11
Muhammad bin ‘Alī al-Syawkānī, Al-Fawāid al-Majmū’at fī al-Ahādīs al-Mawdū’ah Bayrūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995, h. 37-38.
12
Atoillah Wijayanto, Shalat Tasbih, Sunnah Rasul Yang Dianggap Bid’ah Malang:
Pustaka Basma, 2009, h. xii
13
Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997, h. 302.
14
Ali Mustafa Yaqub, Hadis hadis bermasalah Jakarta:Pustaka Firdaus, 2012, h. 131
abd al-Baqi, Nashir al-D īn al-Albāni, dan lain-lain. Bahkan Nashir al-Dīn al-
Alb āni menegaskan bahwa Hadis Ṣalāt tasbīh itu Ṣahīh. Karenanya, beliau
kemudian memasukkan Hadis tersebut dalam kitabnya Ṣahīh Sunan Abi daud,
sebuah kitab yang berisi hadis-hadis Ṣahīh.
15
Adapun hadis yang dimaksudkan dalam menjelaskan tentang Ṣalāt tasbīh
adalah sebagai berikut:
يْرْوُ باَسْيَ نلا ِمَكَ ا ِنْب ِرْشِب نْب ن َْْرلادْبَع اَنَ ثَدَح .
دح ِ ْ ِ َللا دْبَع نْب َ ْوُ اَنَ ث
. نب ُمَكَ ا اَنَ ثدح
،َناَبَا َااَ ساَبَع نبا ْنَع َ ِرْكِع ْنَع
: بِلط
ُ ما دْبَع نب ساَبَلْلل ِ َمَلَ َو ِهْيَلَع ُها َلَص ِها ُاوُ َر َاا
: اَمَعاَ ساَبَعاَ
, َ ْيِطْعُا َا
, َ ُ َنْ َا َا
, َ ْوُ بْحَا َا
, ٍااَ ِ َرْشَع َ ِب ُ َلْ َا َا
, َتْلَلَ َتْنَا اَذِا
ُ َرِ َاَو ُهَلَوَا َ َبْ نَذ َ َل ُها َرَفَغ َ ِلَذ ,
ُهَ ْ ِدَحَو ُهَْ ِدَ َو ,
ُ َرْ يِبَ َو ُ َرْ يِ َصَو ُ َدْمَعَو ُ َاَطَ َو ,
َعَو ُ َرِ ِ َو ُهَ َيِن
. ٍااَ ِ َرْشَع
: ٍ َرْوُ َو ِااَ كِلا ِ َِااَفِب ٍ َلْ َر ِ ُ ِ ُاَرْ َ ٍااَلَ َر َ َبْرَا َ ِلَ ُ ْنَا
. َنِ َتْغَرَ اَذِاَ
ٌمِااَ َتْنَاَو ْ ُ َ ٍ َلْ َر ِاَوَا ِ ِ َءاَر ِلا :
ِها َناَ ْبُ ,
ِه ُدْمَ او ,
ُها ِا َهلِا و َ ,
َ َْ ُرَ بْ َا ُهاَو ً رَ َ َ َرْشَع
, اًرْشَع ٌ ِ اَر َتْنَاَو ُاْوُ َ َ ُ َ ْرَ َُُ
, ِ ْوُ ُرلا َنِ َ َ ْاَر ُ َ ْرَ ُُّ
. اًرْشَع اَُُوُ َ َ
, يِوْهَ ُُّ
اًرْشَع ٌدِجاَ َتنَاَو ُاوُ َ َ اًدِجاَ ,
اًرْشَع اَُُْوُ َ َ ِدْوُجُسلا َنِ َ َ ْاَر ُ َ ْرَ ُُّ ,
اَُُوُ َ َ ُدُجْسَ ُُّ اًرْشَع اَُُوُ َ َ ِدْوُجُسلا َن ِ َ َ ْاَر ُ َ ْرَ ُُّ اًرْشَع
. ٍ َلْ َر ِ ُ ِ َنْوُلْ بَ َو ٌ َْ َ ِلَ َ
, ِ َ ِلَذ ُ َلْفَ
ٍااَلَ َر ِ َبْرَا ,
ً َرَ ٍ َلُُ ِ ُ ِفَ ِ َطْسَ َْ ْنِاَ ْ َلْ اَ ً رَ َ ٍ ْوَ ِ ُ ِ اَهْ يِلَ ُ ْنَا َتْلَطَ ْا ِنِاَو ,
ْنِاَ ً َرَ ٍرْهَ ُ ِفَ ْ َلْفَ َْ
, ٍ َرَ ٍ َنَ ِ ُ ِفَ ْ َلْفَ َْ ْنِاَ
, ً َر َ َ ِرُمُع ِفَ ْ َلْفَ َْ ْنِاَ
16
“Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Bisyr bin Hakam An Naisabury telah menceritakan kepada kami Musa bin Abdul Aziz telah
menceritakan kepada kami Al Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada
Abbas bin Abdul Mutthalib: Wahai Abbas, wahai pamanku, sukakah paman, aku beri, aku karuniai, aku beri hadiah istimewa, aku ajari
sepuluh macam kebaikan yang dapat menghapus sepuluh macam dosa? Jika paman mengerjakan ha itu, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa
paman, baik yang awal dan yang akhir, baik yang telah lalu atau yang akan datang, yang di sengaja ataupun tidak, yang kecil maupun yang
besar, yang samar-samar maupun yang terang-terangan. Sepuluh macam
15
Ali Mustafa Yaqub, Hadis hadis bermasalah, h.131.
16
Abi Dawud Sulayman bin al-Asas al-Sijistany, Sunan Abi Dāwud, kitab al-Salat bāb
alāt al-Tasbīh, juz I Bayrūt: Dar al-Fikr, 1994, h. 483-484.
kebaikan itu ialah; Paman mengerjakan Ṣalāt empat rakaat, dan setiap
rakaat membaca AL Fatihah dan surat, apabila selesai membaca itu, dalam rakaat pertama dan masih berdiri, bacalah; Subhanallah wal
hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada ilah selain Allah dan Allah Maha besar
sebanyak lima belas kali, lalu ruku, dan dalam ruku membaca bacaan seperti itu sebanyak sepuluh kali, kemudian mengangkat kepala dari ruku
itidal juga membaca seperti itu sebanyak sepuluh kali, lalu sujud juga membaca sepuluh kali, setelah itu mengangkat kepala dari sujud duduk di
antara dua sujud juga membaca sepuluh kali, lalu sujud juga membaca sepuluh kali, kemudian mengangkat kepala dan membaca sepuluh kali,
Salim bin Abul Jad jumlahnya ada tujuh puluh lama kali dalam setiap rakaat, paman dapat melakukannya dalam empat rakaat. jika paman
sanggup mengerjakannya sekali dalam sehari, kerjakanlah. Jika tidak mampu, kerjakanlah setiap jumat, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap
bulan, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap tahun sekali. Dan jika masih tidak mampu, kerjakanlah sekali dalam seumur hidup.
Berangkat dari adanya kontroversi mengenai hadis tentang Ṣalāt tasbīh
tersebut, maka untuk itu perlu adanya penelitian dalam rangka menjelaskan pemahaman kepada masyarakat tentang berbagai ibadah, dengan melihat kualitas
tersebut, sehingga dapat atau tidaknya diamalkan. penulis tertarik untuk meneliti hadis tentang
Ṣalāt tasbīh tersebut karena betapa pentingnya melakukan penelitian hadis baik sanad maupun matan dengan tujuan untuk mengetahui otentisitas dan
validitas hadis tersebut juga bagaimana memahami kandungannya. oleh karena itu, Maka penulis menetapkan judul :
ṢALĀT TASBĪH DALAM PERSPEKTIF HADIS STUDI ANALISIS SANAD DAN MATAN