Ikrimah. Kritik Sanad Hadis

‘Usmān bin Hakīm bahwa dia mendengar Ibnu ‘Abbās mengatakan kepada Umāmah bin Sahl bahwa Apapun yang dikatakan Ikrimah itu benar dan dia tidak berbohong. Jadi, tuduhan Ibnu ‘Umar terhadap ‘Ikrimah tidak beralasan. Jadi pengakuan Ikrimah al- Barbarī bahwa dia menerima riwayat dari al-Hakam bin Abān dengan lambang ‘an tidak diragukan, bahkan diyakini pula bahwa keduanya dalam keadaan bersambung.

6. Ibnu ‘Abbās.

Nama lengkapnya adalah ‘Abdullāh bin ‘Abbās bin ‘Abd al-Mutthalib al- Hāsyimī, salah seorang sepupu Rasulullah saw. 58 Dia meriwayatkan hadīs dari Rasulullah saw., ayahnya ‘Abbās, Ibunya Ummu al-Fadhl Lu bābah al-Qubrā binti al-Hars al-Hilāliyah, bibinya Maymūnah istri Rasulullah saw., para tokoh sahabat seperti Abū Bakr, ‘Umar, ‘Usmān, ‘Alī, dan masih banyak lagi yang lain. Sedangkan yang meriwayatkan hadīs darinya antara lain ‘Atha’, Thāwus, ‘Ikrimah, serta masih banyak kelompok yang lain. 59 Dia mendapat julukan hibr al-ummah tinta umat dan pernah didoakan oleh Rasulullah: “Ya, Allāh pintarkanlah ‘Abdullāh dalam masalah al-Qur’an dan mahirkanlah dalam agama”. Atha’ mengatakan: “Saya tidak melihat suatu majelis yang lebih mulia daripada majelis Ibnu ‘Abbās, yang banyak menguasai ilmu dan paling besar rasa ketakwaannya kepada Allah swt. Ia menguasai fiqh, al- Qur’an dan 58 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz V, h. 245. 59 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, juz V, h. 246. sunnah”. Thāwus mengatakan: “Saya menjumpai lima puluh atau tujuh puluh orang sahabat yang jika mereka berselisih pendapat, maka mereka merujuk kepada pendapat Ibnu ‘Abbās”. Dan Asir mengatakan: “Tidak seorangpun yang lebih alim daripada Ibnu ‘Abbās tentang hadīs Rasulullah saw. dan yang lebih tahu tentang keputusan Abū Bakr, ‘Umar, dan ‘Usmān dari pada Ibnu ‘Abbās”. 60 Tidak seorangpun yang mencela pribadi Ibnu ‘Abbās. Dia adalah sahabat Nabi saw. yang tidak diragukan kejujuran dan kesahihannya dalam menyanpaikan hadīs Nabi. Itu berarti bahwa antara Nabi saw. dengan Ibnu ‘Abbās telah terjadi persambungan sanad. Memperhatikan rangkaian sanad yang diteliti, tampak bahwa tidak semua sanad dalam keadaan muttasīl mulai dari mukharrij sampai kepada Nabi saw. karena salah satu periwayat yang tergabung di dalamnya, yakni Mūsa bin ‘Abd al-‘Azīz dinilai mursal, maka sanad hadīs tersebut berkualitas ḍa’īf. Dengan demikian penilitian sanad dipindahkan ke jalur yang lain. Kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para per iwayat hadīs dimaksud adalah: a. Abū Rāfi’ Periwayat I, sanad V; b. Sa’īd bin Abī Sa’īd Periwayat II, sanad IV; c. Mūsā bin ‘Ubaydah Periwayat III, sanad III; d. Zayd bin al-Hubbāb Periwayat IV, sanad II; e. Abū Kurayb Periwayat V, sanad I; f. Tirmizī Periwayat VI, mukharrij. 60 Al- Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, h. 247-248.

1. Tirmīzī

Nama lengkapnya adalah Abū ‘I Muhammad bin ‘I bin Sawrah bin al-Dahhāk al- Sulamī al-Būgī al-Tirmīzī. 61 Imam Tirmizī lahir pada tahun 208 H. ada pula yang mengatakan 209 H. Mengenai tahun wafat Imam Tirmizī, ada yang mengatakan bahwa dia wafat pada tahun 277 H. dalam usia 68 tahun, ada yang mengatakan 279 H. yakni dalam usia 70 tahun, adapula yang mengatakan bahwa Imam Tirmizī wafat pada bulan Rajab tanggal 13 tahun 279 H. 62 Pada masa Imam Tirmizī, perkembangan hadīs ditandai dengan penulisan, penyampaian, penerimaan, penghafalan dan majelis taklim pengkajian hadīs, periwayatan dan pembukuannya. Kajian pengembangan hadīs itu, oleh Imam Tirmizī sebagian besar telah dilakukannya dan berperan serta aktif, mulai dari menulis, menghafal, menyampaikan, menerima, menghadiri dan mengadakan majelis taklim, meriwayatkan dan sampai dengan pembukuannya. Imam Tirmizī sejak remajanya telah belajar dengan guru-guru di kampungnya. Di Khurasan ia berguru dengan Ishāq bin Rahawayh, di Naysabūr dengan Muhammad bin ‘Amr al-Sawaq, kemudian menuju ke ‘Irāq untuk belajar 61 Ahmad Sutarmadi, Al- Imām al-Tirmizī Peranannya dalam pengembangan Hadis dan Fiqh Cet. I; Jakarta: Logos, 1998, h. 49. 62 Ahmad Sutarmadi, Al- I ā al-Ti izī Pe a a ya dala pe ge ba ga Hadis da Fi h, h. 53.