Kegiatan Takhrîj Kritik Sanad Hadis
2. Takhrīj al-hadis bi al-mawdū’i.
2
Mayoritas ulama hadis membagi dalam lima bagian metode takhrīj al-hadis yaitu:
1. Metode takhrīj melalui lafal pertama matan hadis. Di samping itu metode ini
juga mengkodifikasikan hadis-hadis yang lafal pertamanya sesuai dengan huruf-huruf hijaiyah.
2. Metode takhrīj melalui kata-kata dalam matan hadis. Metode ini digunakan
berdasarkan kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik itu berupa isim kata benda atau
fi’il kata kerja. Huruf-huruf tidak digunakan dalam matan hadis. Hadis-hadis yang dicantumkan hanyalah bagian hadis, diutamakan
kata-kata yang asing. Adapun ulama yang meriwayatkannya dan nama-nama kitab induknya dicantumkan di bawah potongan hadis-hadisnya.
3. Metode takhrīj melalui periwayat hadis pertama. Metode ini digunakan
berdasarkan periwayat hadis pertama yang didahului dengan meneliti sahabat bila sanad hadisnya bersambung kepada Nabi saw.
muttasīl atau tabi’i bila hadis itu mursal yang diriwayatkan hadis yang hendak di
takhrīj .
4. Metode takhrīj menurut tema hadis. Metode ini digunakan berdasarkan tema
atau topik masalah sebuah hadis.
2
T akhrīj al-hadīs bi al-lāfz ialah penelusuran hadis melalui lafal, sedangkan takhrīj al-hadis
bi al- mawdu’i ialah penelusuran hadis melalui tema atau topik pembahasan. Syuhudi Ismail,
Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 46-49.
5. Metode takhrīj berdasarkan status hadis, yakni bila akan mentakhrij suatu
hadis, maka dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu metode dari yang telah disebutkan. Namun metode kelima ini mengetengahkan suatu hal
yang baru berkenaan dengan upaya para ulama yang telah menyusun kumpulan hadis-hadis berdasarkan status hadis.
3
Dalam menelusuri hadis-hadis tentang Ṣalāt tasbīh, penulis menggunakan
metode kedua dari lima metode yang di atas, yakni takhrīj al-hadis melalui kata-kata
dalam matan hadis atau metode takhrīj bi al-lafz dengan upaya penelusuran hadis-
hadis pada kitab-kitab hadis dengan menelusuri matan hadis yang bersangkutan berdasarkan hal-hal yang terdapat dalam matan hadis tersebut.
Sengaja penulis memilih metode ini, karena kemudahan dan cepatnya pencarian hadis yang di
takhrīj khususnya hadis tentang Ṣalāt tasbīh, dengan merujuk pada kitab kamus yang terkenal dalam metode ini yaitu kamus al-
Mu’jam al- Mufahras li Alfāz al-Hadis al-Nabawī yang disusun oleh A.J. Wensinck.
Hadis yang mengemukakan tentang Ṣalāt tasbīh, setelah ditelusuri dengan
menggunakan kata kunci
ص حيبس
melalui kata dasarnya yaitu
حب
4
maka matan
3
Abū Muhammad Mahdi bin ‘Abd al-Qadīr bin ‘Abd al-Hadī, Turūq Takhrīj al-Hadīs Rasūlullah saw, diterjemahkan oleh H.S. Aqil Husain al-Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Mukhtar
dengan judul Metode Takhrij Hadis Cet. I; Semarang: Dina Utama, 1994, h. 16-195.
4
A. J. Wensinck, Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadīs al-Nabawī, juz II Leiden: E. J.
Brill, 1943, h. 392.
hadis tersebut secara lengkap beserta sanadnya dapat ditemukan dalam kamus al- Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadis al-Nabawī sebagai berikut:
حيبستلا ةاص باب
- د
: ّوط
١٤
- ا
: ر و
١
- هج
: ا ا
١
Setelah ditelusuri, ternyata data yang diperoleh menunjukkan bahwa hadis- hadis tentang
Ṣalāt tasbīh berada pada kitab dan bab yang berbeda dengan yang ditunjukkan di dalam al-
Mu’jam al-Mufahras li al-Fāz al-Hadis al-Nabawī. Adapun hadis-hadis tersebut berada pada:
1. Sunan Abī Dāwud, Kitāb taṭowu’, Nomor Hadis 14.
2.
Sunan al- Tirmizī, Kitāb witr, Nomor Hadis 19.