sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dengan nilai p = 0,011
Penelitian ini senada dengan hasil penelitian Yeti Rokhyani 2008 yang menyatakan Hasil penelitian ini menunjukkan baduta yang perkembangan
motorik kasarnya lambat pada periode tertentu sebanyak 34 anak 77,3 . Sedangkan jumlah baduta yang motorik kasarnya normal dari awal periode
perkembangan hanya 10 anak 22,7 . Sebagian besar status gizi anak baduta di Puskesmas Kampung Sawah baik, yaitu 90,9 , hanya 9,1 saja yang
kurang baik. Sedangkan untuk pola asuh juga cukup baik, yaitu 54,5 , dan kurang baik sebesar 45,5 . Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan perkembangan motorik kasar.
Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Darmawan dkk. 2010 yang menyatakan hasil penelitian menggambarkan
bahwa stimulus baik dengan gangguan perkembangan anak sebesar 0,6 dan stimulus buruk dengan gangguan perkembangan anak sebesar 9. Dengan p
value 0,188 tidak ada hubungan antara Stimulus dengan gangguan perkembangan anak.
Stimulasi dari orang tua merupakan pondasi awal untuk tumbuh kembang anak. Waktu yang berkualitas dengan keluarga merupakan kunci penting
terpenuhinya stimulsi yang baik bagi anak. Desa Pari merupakan Desa dengan mayoritas penduduk sebagai petani dan pedagang yang hampir sebagian besar
waktunya di habiskan di ladang dan pasar sehingga quality time dengan anak amat sedikit, sehingga anak lebih sering diasuh oleh orang lain yang belum
tentu memahami pentingnya stimulasi anak sejak dini seperti orang tua atau ibunya.
118
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status perkembangan motorik kasar menurut teori dan dijadikan sebagai variabel penelitian adalah status
perkembangan motorik kasar anak yang dijadikan variabel penelitian adalah status gizi, riwayat BBLR, umur, jenis kelamin, pengetahuan
ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, jumlah anak dalam keluarga, status ekonomi keluarga dan stimulus. 18,1 anak
usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar.
7.1.2. 2,1 anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari memiliki status gizi buruk, 4,3 gizi kurang dan 3,2 gizi lebih. 6,4 anak
usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari sebagian besar memiliki riwayat BBLR. 51,1 bahwa anak usia 6 sampai 24 bulan di
Posyandu Desa Pari sebagian besar memiliki status berjenis kelamin laki-laki. 45,7 anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari
sebagian besar pada rentangan umur 6 – 12 bulan
7.1.3. 25,5 anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari masih kurang stimulasi dari para pengasuhnya. 59,6 orang tua anak usia 6
sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari sebagian besar memiliki 3 anak atau lebih. 63,8 keluarga dengan anak usia 6 sampai 24 bulan
di Posyandu Desa Pari sebagian besar memiliki status ekonomi yang
tinggi. 56,4 ayah anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. 64,9
ibu anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah. 61,7 ibu anak usia 6
sampai 24 bulan di Posyandu Desa Pari sebagian besar memiliki pengetahuan yang tinggi terkait status perkembangan motorik kasar.
7.1.4. Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan motorik kasar pada anak usia 6 sampai 24 bulan di Posyandu Desa
Pari adalah, status gizi, riwayat BBLR, status ekonomi keluarga dan stimulus. Sedangkan yang tidak berhubungan umur, jenis kelamin,
pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, dan jumlah anak dalam keluarga.
7.2. Saran
7.2.1. Untuk menangulangi permasalahan gizi buruk bisa menggunakan program pemerintah memang telah disosialisasikan. Namun ada
beberapa upaya lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat tentunya dengan bimbingan pihak terkait, antara lain upaya penerapan positive
deviance pada anak dengan indikasi gizi buruk dan gizi kurang. penerapan positive deviance merupakan upaya untuk merubah
kebiasaan anak dengan gizi buruk menjadi seperti kebiasaan anak dengan gizi baik. Hal ini dinilai akan efektif mengingat interaksi
interpersonal di Desa Pari masih sangat kuat, dengan interaksi antar
warga yang masih terjalin baik ini proses perubahan prilaku dan kebiasaan ini dinilai akan lebih cepat.
Selain itu Desa Pari merupakan desa dengan tanah yang subur dan dengan pengairan yang baik, berbagai macam tumbuhan pangan dapat
tumbuh subur disana, hal ini dapat dimanfaatkan dengan memperkenalkan tumbuhan kaya gizi kepada penduduk pari untuk
dibudidaya maupun dikonsumsi demi menunjang kebutuhan asupan gizi.
7.2.2. Untuk memperbaiki perkembangan motorik kasar anak di Posyandu Desa maka terlebih dahulu harus memperbaiki angka kejadian BBLR
di desa Pari. Langkah awal untuk memperbaiki angka kejadiaan BBLR yaitu dengan melakukan deteksi dini terhadap ibu hamil,
deteksi dini terhadap ibu hamil dapat dilakukan pada saat pemeriksaan di Posyandu, permasalahannya mayoritas mata pencarian penduduk
Desa Pari merupakan petani dan pedagang yang aktifitasnya sebagian besar dimulai pada pagi hari yang mana juga biasanya bertepatan
dengan diselenggarakannya
jadwal Posyandu,
Jadi untuk
mendapatkan hasil yang maksimal pada deteksi dini BBLR pada ibu hamil sebaiknya waktu penyelenggaraan Posyandu diperpanjang
sampai sore atau disesuaikan dengan waktu istirahat warga biasanya menjelang tengah hari.
7.2.3. Untuk meningkatkan pemberian stimulasi yang baik pada baduta di Desa Pari bisa dengan pembekalan pengetahuan terkait perkembangan