Sebaiknya pekerja dapat menghentikan aktifitas merokok guna menjaga kesehatannya dengan menerapkan gaya hidup yang sehat untuk
kualitas hidup yang lebih berkualitas dan produktif. Perusahaan membuat program yang berkaitan dengan kesehatan, sehingga meningkatkan
kinerja dan produktifitas pekerja.
b. Hubungan antara aktifitas olahraga dengan KVP pada operator
SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014
Aktifitas olahraga akan mempengaruhi kapasitas vital paru. Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap sistem kembang pernafasan. Aktifitas
olahraga akan memberikan manfaat dalam meningkatkan kerja organ khususnya paru-paru, jantung dan pembuluh darah ditandai dengan
denyut nadi istirahat menurun, kapasitas vital paru bertambah, penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan High Density
Lipoprotein HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis. Secara umum semua cabang olahraga, permainan dan aktifitas fisik membantu
meningkatkan kebugaran fisik, namun tergantung dari jenis olahraga yang dilakukan Mengkidi, 2006.
Aktifitas olahraga akan meningkatkan kapasitas vital paru sebesar 30 - 40 Guyton, 1997. Latihan fisik yang teratur atau olahraga yang rutin
sesuai dengan anjuran yang diperbolehkan sesuai kemampuan fisik dapat meningkatkan faal paru. Olahraga yang teratur akan terjadi peningkatan
kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi kerjasama berbagai otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan
koordinasi gerakan dan daya tahan system kardiorespirasi. KVP dan olahraga mempuyai hubungan yang timbal balik, gangguan KVP dapat
mempengaruhi kemampuan olahraga Hadi, 2003. Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang tidak berolahraga
dan mengalami gangguan KVP sebesar 76,5 13 dari 17 responden, sedangkan operator SPBU yang berolahraga namun mengalami gangguan
KVP sebesar 68,0 17 dari 25 responden. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value
sebesar 0,731 yang berarti bahwa pada α 5 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas olahraga dengan
KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014. Pada penelitian ini aktifitas olahraga dicurigai sebagai salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi KVP pada operator SPBU. Berdasarkan tabel 5.8 secara persentase jumlah pekerja yang olahraga lebih banyak jika
dibandingkan dengan pekerja yang tidak rutin olahraga. Namun, di dalam penelitian kali ini tidak ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan
KVP. Hal ini diperkirakan karena prevalensi responden yang berolahraga, namun ada gangguan KVP lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak
berolahraga. Ini juga dapat dikarenakan kurangnya keakuratan instrumen dalam menggali informan, sehingga menimbulkan asumsi yang salah
dengan pertanyaan mengenai aktifitas olahraga. Padahal menurut Sahab 1997 faal paru dan olahraga mempunyai
hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga
dapat meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih
tinggi serta kapasitas paru yang meningkat.
c. Hubungan antara status gizi dengan KVP pada operator SPBU di
Kecamatan Ciputat tahun 2014
Penimbunan lemak dapat terjadi pada bagian tubuh manapun dari manusia. Penumpukan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di
dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan
aktifitas yang ringan. Semua otot termasuk otot diafragma dan otot-otot pernafasan lainnya, mengalami atrofi struktural dan fungsional yang
akhirnya menyebabkan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi serta kapasitas vital paru Harison, 1999.
Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang memiliki status gizi berisiko sebesar 18 42,9. Namun dari variabel status gizi berisiko
yang ada gangguan KVP, yaitu 66,7 12 dari 18 responden. Untuk operator SPBU yang memiliki status gizi normal sebesar 24 57,1.
Pada variabel status gizi normal yang mengalami gangguan KVP, yaitu 75,0 18 dari 24 responden. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
nilai P-value sebesar 0,554 yang berarti bahwa pada α 5 tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
Jika kita lihat dari distribusi data diatas dapat dipahami dan tersimpulkan bahwa sebanyak 24 responden dengan status gizi normal,
diantaranya sebanyak 18 responden ada gangguan KVP. Ini dapat terjadi di karenakan prevalensi dengan status gizi normal yang ada gangguan
KVP lebih besar dari status gizi berisiko yang ada gangguan KVP. Hal inilah yang mungkin menunjukkan bahwa status gizi tidak mempengaruhi
KVP operator SPBU. Ini juga bisa dikarenakan oleh operator SPBU yang memiliki status gizi normal mempunyai aktifitas merokok. Berdasarkan
data kuesioner terdapat 12 dari 24 operator SPBU yang memiliki status gizi normal melakukan aktifitas merokok.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Khumaidah 2009 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan nilai
KVP dibawah normal p value = 0.667. Hasil penelitian ini juga hampir serupa dengan penelitian Halvani 2008 yang dilakukan pada industri
keramik di Yadz Iran. Pada penelitian ini variabel penelitian bukanlah status gizi namun berupa tinggi badan dan berat badan pekerja. Hasil
penelitian Halvani 2008 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gangguan fungsi paru nilai KVP dibawah normal
dengan berat badan dan tinggi badan baik pada kasus maupun kontrol. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori bahwa
kekurangan makanan yang terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu dan dapat mengganggu kapasitas vital seseorang
Depkes RI, 1990. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi KVP.