Bidang Penyakit Paru Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

b. Nitrogen oksida NO

x Gas Nitrogen oksida NOx terdiri dari dua macam; NO dan NO2, keseimbangannya tergantung dari flame temperature, tekanan, konsentrasi masing-masing gas, waktu retensi di dalam berbagai temperature dan laju pendinginan. Keseimbangan berbagai konsentrasi campuran NOx merupakan fungsi dari variable-variabel yang dihadapi selama proses pembakaran dan ekstrasi panas. Kedua macam gas ini mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara fisis umum sulit diamati karena tidak berbau dan tidak berwarna. Sementara gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang menyengat dan warnanya cokelat kemerahan Nadapdap. 2003; Perkins H.C, 1994, Shaw J.T, 1985 c. Hidrokarbon HC Pencemaran hidrokarbon HC pada umumnya berasal dari pembakaran yang tidak efisien, terutama dari bahan bakar yang lebih volatile seperti gasoline dari aktivitas manusia, hidrokarbon juga dihasilkan dari proses-proses biologis yang terjadi pada tumbuhan. HC terdiri dari senyawa alifatik, aromatic, dan alisiklik. Pada suku rendah HC dapat berupa gas pada suku sedang berupa cairan serta berupa padatan pada suku tinggi. HC yang berupa gas akan tercampur dengan zat atau senyawa pencemar lainnya, dalam bentuk cairan maka hc akan membentuk kabut minyak droplet sedangkan dalam bentuk padatan akan tampak seperti asap hitam, ketiganya sering timbul dalam pencemaran udara serta sangat mengganggu kesehatan-lingkungan Nadapdap. 2003, Ahlvik P., 2001. d. Oksidan fotokimia Parameter fisik dan kimiawi yang menyebabkan pembentukan oksidan fotokimia sukar untuk diketahui dengan pasti karena kompleksnya masalah. Namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa jika CO2, NOx, SO2 dan HC yang di emisikan ke atmosfir melalui proses pembakaran dapat bereaksi secara kimiawi menghasilkan kontaminan lain yang sifatnya berbeda. 2 Karakteristik individu a. Umur Faal paru seseorang dipengaruhi oleh umur. Meningkatnya umur seseorang maka ketahanan terhadap penyakit akan bertambah, salah satunya yaitu fungsi paru Mengkidi, 2006. Faal paru pada tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh usia tenaga kerja itu sendiri. Meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, khususnya gangguan saluran pernafasan pada tenaga kerja Yunus, 2006. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari 2001 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kelainan faal paru pada tenaga kerja. Umur berhubungan dengan siklus jaringan yang ada di tubuh manusia. Semakin bertambahnya umur akan terjadi yang dinamakan sebagai proses penuaan. Semakin tua umur manusia maka akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya penurunan pada fungsi paru Suyono, 2001. Penurunan KVP dapat terjadi setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan KVP akan cepat setelah usia 40 tahun. Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah volumenya dan akan mencapai nilai maksimum pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai faal paru akan terus menurun sesuai dengan pertambahan usia Budiono, 2007. b. Jenis kelamin Pada umumnya, laki-laki banyak membutuhkan energi lebih besar. Oleh karena itu, laki-laki memerlukan oksigen yang lebih banyak dari pada perempuan Aryulina, dkk., 2006. Pada seorang laki-laki, kebutuhan oksigen normal sebesar 4-5 liter dan pada perempuan, 3-4 liter Pearce, 2009. Arus ekspirasi lebih besar pada laki-laki dan sebanding dengan kapasitas total paru-parunya Hibbert, dkk., 1995 dalam Marpaung, 2012. 3 Karakteristik gaya hidup a. Aktivitas olahraga Aktivitas olahraga akan mempengaruhi kapasitas vital paru. Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap sistem kembang pernafasan. Aktivitas olahraga yang rutin akan memberikan manfaat dalam meningkatkan kerja organ khususnya paru-paru, jantung dan pembuluh