Nitrogen oksida NO Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014
darah ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, kapasitas vital paru bertambah, penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan
HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis. Secara umum semua cabang olahraga, permainan dan aktifitas fisik membantu meningkatkan
kebugaran fisik, namun tergantung dari jenis olahraga yang dilakukan Mengkidi, 2006
Kapasitas vital paru sangat dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang dalam melakukan aktivitas olahraga. Olahraga dapat
meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat ber difusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang
lebih besar atau maksimum. Menurut penelitian Adriskanda, dkk 1997, nilai kapasitas vital paru orang Indonesia yang tidak olahraga adalah
sebesar + 3,6 liter, sedangkan orang Indonesia yang olahraga adalah + 4,2 liter. Kapasitas vital paru pada seorang atlet akan lebih besar dari
pada yang tidak pernah berolahraga Guyton, 1997. Aktivitas olahraga akan meningkatkan kapasitas vital paru sebesar
30 - 40 Guyton, 1997. Itu juga ditunjang oleh penelitian yang dilakukan oleh Adi, 2007 terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga
dan KVP. Latihan fisik yang teratur atau olahraga yang rutin sesuai dengan
anjuran yang
diperbolehkan sesuai
kemampuan fisik
dapat meningkatkan faal paru. Olahraga yang teratur akan terjadi peningkatan
kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi
kerjasama berbagai otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan koordinasi gerakan dan daya tahan system kardiorespirasi. KVP dan
olahraga mempuyai hubungan yang timbal balik, gangguan KVP dapat
mempengaruhi kemampuan olahraga Hadi, 2003. b.
Aktivitas merokok
Merokok diketahui mengganggu efektifitas sebagian mekanisme pertahanan respirasi. Produk asap rokok diketahui merangsang produksi
mucus dan menurunkan pergerakan silia. Dengan demikian terjadi akumulasi ukus yang kental dan terperangkapnya partikel atau
mikroorganisme di jalan nafas, yang menurunkan pergerakan udara dan meningkatkan risiko pertumbuhan mikroorganisme. Batuk-batuk yang
terjadi pada para perokok smoker’s cough adalah usaha untuk
mengeluarkan ukus kental yang sulit didorong keluar dari saluran nafas. Infeksi saluran nafas bawah lebih sering terjadi pada perokok aktif dan
pasif Corwin, 2009. Beberapa hal lain yang mempengaruhi kebiasaan merokok dengan
fungsi paru adalah:
a Durasi merokok dalam tahun tidak sama kontribusinya dengan jumlah batang per hari, akan lebih berat risiko yang
diderita oleh seseorang jika merokok dalam usia yang lama dibanding dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya.
Sebagai contoh, akan lebih berisiko orang yang merokok dengan usia lama walaupun per harinya hanya menghisap
rokok yang sedikit dibanding orang yang baru saja merokok dengan jumlah batang rokok yang dikonsumsi perharinya
banyak. b Seseorang yang memulai merokok di waktu remaja lebih
berisiko dibandingkan merokok ketika di usia tua. Semakin muda rokok atau terpajan asap rokok, maka akan
meningkatkan risiko penyakit paru. Di Indonesia terjadi peningkatan pada perokok remaja, pada tahun 1995 diketahui
terdapat 7 perokok remaja, kemudian di tahun 2010 meningkat menjadi 19
c Seberapa dalam menghisap rokok dan jenis rokok yang digunakan kretek atau filter merupakan sub faktor lain
terkait rokok sebagai factor risiko gangguan fungsi paru. Ketika menghisap rokok dalam-dalam atau menghisap secara
biasa saja sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda sebagai faktor penyumbang dalam gangguan fungsi paru. Namun kedalaman
hisap rokok ini berhubungan dengan jenis kanker paru yang diderita. Menghisap lebih dalam berhubungan dengan kanker
paru jenis adenokarsinoma sedangkan menghisap secara biasa saja hubungannya dengan karsinoma sel skuamosa.
Bahaya merokok bagi kesehatan telah diakui dan dibicarakan secara luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata
adanya bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan bahkan pada
orang di sekitarnya. Para ahli dari WHO menyatakan bahwa Negara dengan kebiasaan merokok yang telah meluas, maka kebiasaan itu
mengakibatkan terjadinya 80-90 kematian akibat kanker paru di seluruh negara tersebut, 75 dari kematian akibat bronchitis, 40
kematian akibat kanker kandung kencing dan 25 kematian akibat penyakit jantung iskemik serta 18 kematian pada stroke Aditama,
1997. Kanker paru di Amerika Serikat pada sekitar 1996 menjadi
penyebab utama kematian akibat kanker dan termasuk jenis tumor yang umum ditemukan diseluruh dunia. Menurut data American Cancer
Society, lebih dari 419.000 orang mati akibat kanker paru, dan 85-90 persennya berhubungan dengan merokok kumpulan artikel kompas,
2004. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran pernafasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa
per tahun adalah 28,7 mL untuk non perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif Anshar, 2005.
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru,
bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu ada kanker mulut, tenggorok, pankreas dan kandung kencing,
penyakit pembuluh darah ulkus peptikum dan lain-lain. Satu-satunya
penyakit yang menunjukan asosiasi negative dengan kebiasaan merokok adalah kematian akibat penyakit Parkinson. Seorang ahli kesehatan dari
inggris telah melakukan penelitian tentang akibat lanjut rokok. Dari 1000 orang pemuda yang merokok setidaknya satu bungkus sehari,
maka 1 orang akan meninggal karena dibunuh, 6 orang akan meninggal karena kecelakaan lalu lintas dan 250 orang diantara mereka akan
meninggal akibat berbagai penyakit yang diakibatkan merokok. Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang rokok
dibakar maka ia akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hydrogen cyanide,
ammonia, acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, 4-ethylcatechol, ortocresol, perylene dan lain-lain
Aditama, 1997. Inhalasi asap tembakau baik premier maupun sekunder dapat
menyebabkan penyakit saluran pernafasan pada orang dewasa. Asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok
lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja Suyono, 2001.
Adapun untuk mengukur derajat berat merokok biasanya dilakukan dengan menghitung indeks Brinkman, yaitu perkalian antara
jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian dikalikan dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang dihasilkan dari
perhitungan tersebut akan dimasukkan ke dalam tiga kategori yaitu: ringan 0-200, sedang 200-600, dan berat 600.