Hubungan antara masa kerja dengan KVP pada operator SPBU di

97

BAB VII KESIMPULAN dan SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: a. Kapasitas Vital Paru KVP pada operator SPBU dari 42 responden di Kecamatan Ciputat Tahun 2014 yang mengalami gangguan KVP sebanyak 30 responden dengan persentase 71,4. b. Debu total di SPBU Kecamatan Ciputat bahwa operator SPBU yang lingkungan tempat kerjanya tidak memenuhi syarat NAB 0,035 mgm 3 adalah 29 orang dengan persentase sebesar 69, 0. c. Gambaran distribusi karakteristik individu umur dan jenis kelamin pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat : - Variabel umur dari total 42 responden didapatkan hasil bahwasanya operator SPBU yang berusia 30 sebanyak 7 responden dengan persentase 16, 7, sedangkan yang berusia 30 sebanyak 35 dengan persentase 83, 3. - Variabel jenis kelamin dari 42 responden operator SPBU berjenis kelamin laki-laki yang terbanyak diantara perempuan yaitu dengan jumlah 29 69,0 . d. Gambaran karakteristik Gaya hidup aktifitas merokok, aktifitas olahraga, status gizi dan riwayat penyakit pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat: - Operator SPBU yang merokok sebesar 23 54,8. - Operator SPBU yang melakukan aktifitas olahraga sebesar 25 59,5. - Operator SPBU yang yang status gizi berisiko sebesar 24 57,1. - Operator SPBU yang tidak mempunyai riwayat penyakit berhubungan Variabel riwayat penyakit yang tidak memiliki riwayat penyakit sebesar 36 85,7. e. Operator dengan masa kerja lama sebesar 19 45,2,, sedangkan masa kerja baru sebesar 23 54,8. f. Ada hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat dengan P-value 0,000. g. Hubungan antara karakteristik individu umur, jenis kelamin dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat: - Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan KVP P-value 1,000 - Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan KVP P- value 0,008 h. Hubungan antara Karakteristik Gaya Hidup aktifitas merokok, aktifitas olahraga, status gizi, riwayat penyakit dengan KVP pada Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014. - Terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas merokok dengan KVP P-value 0,035 - Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas olahraga dengan KVP P-value 0,731. - Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan KVP P- value 0,554. - Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan KVP P-value 0,665. i. Terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan KVP P-value 0,019

7.2 Saran

7.2.1 Bagi pekerja

a. Pekerja dapat menghentikan aktifitas merokok dan menerapkan gaya hidup sehat guna kehidupan yang berkualitas dan produktif. b. Pekerja lebih rajin dalam berolahraga minimal 3-5 kali seminggu dengan durasi 20-60 menit per hari, agar tubuh dalam kondisi bugar dan mendapatkan nilai KPV dalam kondisi normal. c. Pekerja wajib menggunakan APD selama berada di lingkungan kerja agar dapat meminimalisir pajanan berbahaya yang ada di lingkungan kerja. 7.2.2 Bagi perusahaan a. Melakukan upaya promosi kesehatan dengan memberikan penyuluhan mengenai informasi tentang dampak akibat paparan debu bagi pekerja untuk meminimalkan risiko terjadinya penurunan nilai KVP hingga dibawah normal pada pekerja. b. Larangan merokok pada area kerja dan tidak memberikan ruangan untuk merokok kepada pekerja. c. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik dan teratur untuk memantau kondisi kesehatan fisik para pekerja industri dan melihat tren ataupun kecenderungan penyakit yang terjadi tiap tahunnya. d. Melakukan kegiatan senam bersama setiap hari Jum’at bagi pekerja untuk meningkatkan KVP. e. Membuat program perekrutan pekerja pada umur dibawah 30 tahun, mengingat nilai KVP Akan mengalami penurunan secara alamiah ketika umur memasuki diatas 30 tahun.

7.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

a. Sebaiknya dapat melanjutkan analisis sampai multivariat, sehingga diketahui faktor yang paling berhubungan dengan KVP. b. Sebaiknya menganalisis aktifitas olahraga berdasarkan jenis, frekuensi dan durasinya. c. Sebaiknya melakukan kalibrasi alat disetiap akan melakukan pengukuran, sehingga tidak menimbulkan bias pada hasil pengukuran. d. Sebaiknya pengukuran dilakukan dengan menggunakan Personal Dust Sampler PDS ini dilakukan agar paparan debu total yang diterima setiap individu lebih akurat hasilnya.