Hubungan antara status gizi dengan KVP pada operator SPBU di

sehingga mempengaruhi kekenyalan jaringan paru Mengkidi, 2006; Budiono, 2007. Kondisi kesehatan saluran pernafasan dapat mempengaruhi KVP seseorang. Kekuatan otot-otot pernafasan dapat berkurang akibat sakit Ganong, 2002. Nilai kapasitas paru otomatis akan berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung yang menimbulkan kongesti paru dan pada kelemahan otot pernafasan Price, 1995. Selain itu juga, adanya riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan dengan menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja Suma’mur 1996. Dari data yang diperoleh mengenai variabel riwayat penyakit, didapatkan hasil pada operator SPBU yang pernah mempunyai riwayat penyakit berhubungan dengan KVP atau ada gangguan KVP sebesar 83,3 5 dari 6 responden, sedangkan pada operator SPBU yang tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan KVP namun ada gangguan KVP sebesar 69,4 25 dari 36 responden. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,665 yang ber arti bahwa pada α 5 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014. Tentunya hasil ini berbeda dengan teori penelitian yang telah di kemukakan sebelumnya. Tidak adanya hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP dimungkinkan karena prevalensi responden yang pernah mempunyai riwayat penyakit lebih sedikit, jika dibandingkan dengan prevalensi yang tidak mempunyai riwayat penyakit berkaitan dengan paru-paru sebesar 36 85,7. Hal ini jelas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiono, 2007, dari hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara riwayat penyakit paru dengan gangguan fungsi paru p = 0,015. Perhitungan rasio prevalensi menunjukkan besar risiko riwayat penyakit paru adalah 2,188 95 CI = 1,293 – 3,702. Ini terlihat dari data, bahwa proporsi subyek dengan riwayat penyakit yang mengalami gangguan fungsi paru lebih besar daripada proporsi subyek tanpa riwayat penyakit yang mengalami gangguan fungsi paru, yaitu sebesar 62,5. Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar oksigen dalam darah. Banyak ahli berkeyakinan bahwa penyakit emfisema kronik, pneumonia, asma bronkioli, tuberkulosis TBCflak paru dan sianosis akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang terpapar oleh debu organik dan anorganik Price, 1995. Dapat disimpulkan, bahwasanya riwayat penyakit memiliki potensi yang tidak cukup baik bagi kesehatan pekerja. Maka daripada itu, dengan kejadian ini sebaiknya perusahaan rutin memberikan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan berkala terhadap operator SPBU. Perusahaan juga wajib melakukan promosi kesehatan bagi para pekerja agar mengetahui potensi ataupun bahaya yang mereka terima selama bekerja.

6.3.4 Masa kerja

a. Hubungan antara masa kerja dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014 Masa kerja menurut Fahmi 1990 yang dikutip oleh Soleh 2001, mengkategorikannya menjadi dua macam, yaitu masa kerja baru 5 tahun dan masa kerja lama ≥ 5 tahun. Pajanan berbahaya di lingkungan kerja banyak mengandung bahan karsinogenik. Bahan karsinogen membutuhkan waktu yang lama untuk berdampak pada kesehatan pekerja. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut Suma’mur, 1988. Pada pekerja yang berada dilingkungan dengan kadar debu tinggi dalam waktu lama, memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru obstruktif. Masa kerja lama mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya obstruksi pada pekerja di industri yang berdebu. Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun lama sebanyak 19 responden dan yang ada gangguan KVP sebanyak 17 89,5. Sedangkan pada operator SPBU yang memiliki masa kerja 5 tahun baru berjumlah 23 56,5 responden dan ada gangguan KVP sebesar 13 56,5. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,019 yang berarti bahwa