Hubungan antara umur dengan KVP pada operator SPBU di
meningkatkan risiko pertumbuhan mikroorganisme. Batuk-batuk yang terjadi pada para perokok
smoker’s cough adalah usaha untuk mengeluarkan ulkus kental yang sulit didorong keluar dari saluran nafas.
Infeksi saluran nafas bawah lebih sering terjadi pada perokok aktif dan pasif Corwin, 2009.
Bahaya merokok bagi kesehatan telah diakui dan dibicarakan secara luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata adanya
bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan bahkan pada orang di sekitarnya. Para ahli dari WHO menyatakan bahwa negara dengan
aktifitas merokok yang telah meluas, maka kebiasaan itu mengakibatkan terjadinya 80-90 kematian akibat kanker paru di seluruh negara
tersebut, 75 dari kematian akibat brokitis, 40 kematian akibat kanker kandung kencing dan 25 kematian akibat penyakit jantung iskemik
serta 18 kematian pada stroke Aditama, 1997. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernafasan dan jaringan paru. Aktifitas merokok akan mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa per tahun adalah
28,7 mL untuk non perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif Anshar, 2005.
Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang melakukan aktifitas merokok dan ada gangguan KVP sebesar 86,4 20 dari 23
responden, sedangkan operator SPBU yang tidak merokok namun ada gangguan KVP sebesar 55 10 dari 9 responden. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,035 yang artinya pada α 5
terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas merokok dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
Hal ini sejalan dengan penelitian Budiono 2007 tentang gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan mobil di Semarang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas merokok dengan kapasitas vital paru.
Menurut Suyono 2001 asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru
dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Depkes RI 2003 menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada
pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Hal tersebut terdapat pada tabel 5.8 dimana ada sebagian besar pekerja
yang tidak merokok tetapi mengalami gangguan, disini terbukti bahwa asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Hal ini disebabkan asap
rokok akan menghilangkan bulu-bulu silia di saluran pernafasan yang berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk dalam pernafasan
Faidawati, 2003. Perokok pasif atau second hand smoke SHS istilah pada orang lain bukan perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar
dari perokok aktif. Untuk menghindari gangguan kapasitas vital paru sebaiknya para pekerja yang merokok, untuk berhenti merokok karena
asap rokoknya juga memberikan efek negatif untuk dirinya dan bagi pekerja yang tidak merokok.