Buku Guru Kelas X
58 1. Mendapatkan doa dari para malaikat. Berikut adalah dalil dari hal ini yaitu: ”Barang
siapa yang mendatangi saudaranya muslim yang sakit untuk menjenguknya, ia berjalan di atas kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat Allah
Swt. akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari, tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia melakukannya di sore hari, tujuh
puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari.” HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah.
2. Mendapatkan banyak kebaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya :”Barangsiapa yang menjenguk orang
yang sakit, maka orang itu senantiasa berada dalam khurfah surga.” Beliau ditanya, “Apa itu khurfah surga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kebun yang penuh
degan buah-buahan yang dapat dipetiknya.” 3. Mengunjungi orang sakit adalah salah satu menuju jalan ke surga seperti yang terdapat
dalam sebuah hadis yang artinya sebagai berikut : ”Barangsiapa yang membesuk orang sakit atau saudaranya karena Allah, niscaya ada penyeru yang berseru, “Kamu
sungguh baik, dan sungguh baik perjalananmu, dan kamu telah menempatkan diri di suatu tempat di surga.” HR Muslim
3. Adab Takziyah
Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Ia memerlukan ber- gaul dengan orang lain. Ini merupakan itrah. Tidak mungkin ada yang bisa menghindarinya,
terlebih lagi pada era global sekarang ini, dunia layaknya sebuah kampung kecil saja. Ber- hubungan dengan orang lain, meski terkadang berefek negatif, manakala berlangsung tanpa
kendali, tetapi ia juga merupakan peluang yang bisa mendatangkan beragam kemaslahatan, sekaligus ladang amal untuk memproleh pahala.
Islam sangat responsif terhadap fenomena ini. Bukan sekedar komunikasi yang bertema dan berskala besar saja yang diperhatikannya, tetapi hubungan yang sangat kecil pun tak
luput dari pantauannya. Ini tiada lain karena demi kemaslahatan manusia, sebagai makhluk yang berkepribadian mulia. Islam telah memberikan peraturan dalam masalah muamalah
semacam ini, agar dalam pergaulan, manusia tidak melampui batas-batas koridor yang telah ditentukan syariat. Sehingga pergaulan tersebut tidak merugikan salah satu pihak. Salah satu
dari bentuk muamalah tersebut adalah takziyah, atau biasa disebut melayat.
a. Pengertian Takziyah
Kata takziyah, secara etimologi kata takziyah merupakan bentuk mashdar kata benda
turunan dari kata kerja ‘aza. Maknanya sama dengan al-azâu, yaitu sabar menghadapi
musibah kehilangan.
Akhlak Kurikulum 2013
59
59 Secara terminologi, takziyah dideinisikan dengan beragam redaksi, yang
substansinya tidak begitu berbeda dari makna kamusnya. Penulis kitab
Radd Al-Mukhtar berkata, “bertakziyahlah kepada ahlul mayyit kelu- arga yang ditinggal mati maksudnya ialah menghibur mereka supaya bisa bersabar, dan
sekaligus mendoakannya.” Imam Nawawi berkata,
takziyah adalah memotivasi orang yang tertimpa musibah agar bisa lebih bersabar, dan menghiburnya supaya bisa melupakannya, meringankan
tekanan kesedihan dan himpitan musibah yang menimpanya.
b. Hukum Takziyah
Berdasarkan kesepakatan para ulama, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Quda- mah, hukumnya adalah sunnah. Hal ini diperkuatkan oleh Hadis Rasulullah Saw.
Sabda Rasulullah, “Barangsiapa yang bertakziyah kepada orang yang tertimpa
musibah, maka baginya pahala seperti pahala yang didapat orang tersebut.” HR Tir- midzi.
c. Hikmah Takziyah
Di samping pahala, juga terdapat kemaslahatan bagi kedua belah pihak. Antara lain meringankan beban musibah yang diderita oleh orang yang dilayat, memotivasinya untuk
terus bersabar menghadapi musibah dan berharap pahala dari Allah Swt., memotivasinya untuk ridha dengan ketentuan atau qadar Allah dan menyerahkannya kepada Allah Swt.
Selain itu, hikmah takziyah juga untuk mendoakan keluarganya agar musibah tersebut
diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik.
d. Hal-hal yang bermanfaat bagi mayit :
1 Doa seorang muslim untuknya. Ini didasarkan pada irman Allah Swt.
ْل َع ْجـَت َاَو ِنا َمـيِإ ْا ِب� َن�وُقَب َس َن ي� ِذَلا اَنِناَو ْخِإِاَو اَنَل ْرِفْغا اَنَب َر َنوُلوُقَي ْ ِه ِدْعَب ْنِم اوُءا َج َن ي� ِذَلاَو
ٌ ي� ِحَر ٌفوُءَر َكَنِإ اَنَب َر اوُن َمآ َن ي� ِذ َلِل ًلِغ اَنِبوُلُق ي ِن�
Artinya; “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshor,
mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang tel- ah beriman lebih dahulu daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan keden-
gkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesung- guhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” Al-Hasyr [59] :10.
2 Membayar hutang mayit, oleh siapa saja. Berdasarkan Hadis pelunasan hutang
Buku Guru Kelas X
60 yang dilakukan oleh Abu Qatadah sebesar dua Dinar.
3 Membayarkan nadzar mayit, baik nadzar dalam bentuk berpuasa ataupun lainnya. 4 Apa-apa yang ditinggalkannya berupa amal jariyah dan amal shalih lainnya
yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
“Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal; pertama berupa amal jariyah, kedua
ilmu yang bermanfaat, atau ketiga anak shalih yang mendoakannya.” HR. Muslim,Tirmidzi dan Nasa’i.
e. Larangan ketika terjadi musibah kematian