Kisah teladan Umar bin Khattab Ra

Akhlak Kurikulum 2013 171 171 Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah Saw. Lantas mereka ber- kumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, “Ada apa kalian?” Mereka menjawab, “Umar datang” Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, “Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kej- elekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya.” Kemudian Rasulullah Saw. menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya, “ Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab.” Dan dalam riwayat lain, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.” Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas’ud berkomentar, “Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam.”

b. Kisah teladan Umar bin Khattab Ra

1 Kisah Umar bin Khattab menangis karena rakyatnya kelaparan Saat menjabat sebagai Khalifah, Umar bin Khattab pernah menghadapi cobaan yang cukup berat. Saat itu, umat Islam dilanda paceklik karena masuk dalam tahun abu. Di tahun itu, semua bahan makanan sulit didapat. Hasil pertanian sebagian besar tidak dapat dikonsumsi, sehingga menyebabkan umat Islam menderita kelaparan. Suatu malam, Khalifah Umar bin Khattab mengajak seorang sahabat bernama Aslam menjalankan kebiasaannya menyisir kota. Dia hendak memastikan tidak ada warganya yang tidur dalam keadaan lapar. Sampai pada satu tempat, Umar dan Aslam berhenti. Dia mendengar tangisan seorang anak perempuan yang cukup keras. Umar kemudian memu- tuskan untuk mendekati sumber suara itu, yang berasal dari sebuah tenda kumuh. Setelah dekat, Umar mendapati seorang wanita tua terduduk di depan perapian sambil mengaduk panci menggunakan sendok kayu. Umar kemudian menyapa ibu tua itu dengan mengu- cap salam. Si ibu tua itu menoleh kepada Umar dan membalas salam tersebut. Tetapi, si ibu kemudian melanjutkan kegiatannya. “Siapakah yang menangis di dalam?” tanya Umar kepada ibu tua.”Dia anakku,” jawab ibu tua itu. “Mengapa dia menangis? Apakah dia sakit?” tanya Umar lagi.”Tidak. Dia kelaparan,” jawab si ibu.Umar dan Aslam kemu- dian tertegun. Setelah beberapa lama, keduanya merasa heran melihat si ibu tua tak juga selesai memasak. Untuk mengatasi rasa herannya, Umar kemudian bertanya, “Apa yang kau masak itu? Kenapa tidak matang juga?” Si ibu kemudian menoleh, “Silakan, kau lihat sendiri.” Umar dan Aslam kemudian menengok isi panci itu. Mereka seketika terkaget menjumpai isi panci yang tidak lain berupa air dan batu. “Apakah kau memasak batu?” tanya Umar Buku Guru Kelas X 172 dengan sangat kaget. Si ibu menjawab dengan menganggukkan kepala. “Untuk apa kau masak batu itu?” tanya Umar lagi. “Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku yang sedang kelaparan. Semua ini adalah dosa Khalifah Umar bin Khattab. Dia tidak mau memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sejak pagi aku dan anakku belum makan sejak pagi. Makanya kusuruh anakku berpuasa dan berharap ada rezeki ketika berbuka. Tapi, hingga saat ini pun rezeki yang kuharap belum juga datang. Kumasak batu ini untuk membohongi anakku sampai dia tertidur,” kata ibu tua itu. “Sungguh tak pantas jika Umar menjadi pemimpin. Dia telah menelantarkan kami,” sam- bung si ibu. Mendengar perkataan itu, Aslam berniat menegur si ibu dengan mengingat- kan bahwa yang ada di hadapannya adalah sang Khalifah. Namun, Umar kemudian me- nahan Aslam, dan segera mengajaknya kembali ke Madinah sambil meneteskan air mata. Sesampai di Madinah, tanpa beristirahat, Umar langsung mengambil sekarung gandum. Dipikulnya karung gandum itu untuk diserahkan kepada sang ibu. Melihat Umar dalam kondisi letih, Aslam segera meminta agar gandum itu diangkatnya. “Sebaiknya aku saja yang membawa gandum itu, ya Amirul Mukminin,” kata dia. Dengan nada keras, Umar menjawab, “Aslam, jangan kau jerumuskan aku ke dalam neraka. Kau bisa mengganti- kanku mengangkat karung gandum ini, tetapi apakah kau mau memikul beban di pun- dakku ini kelak di Hari Pembalasan?” Aslam pun tertegun mendengar jawaban itu. Dia tetap mendampingi Khalifah mengantarkan sekarung gandum itu kepada si ibu tua. 2 Kisah Umar bin Khattab menghukum putranya hingga mati Sebagai seorang Khalifah, Umar bin Khattab terkenal sangat tegas dan tidak mem- berikan toleransi terhadap segala bentuk pelanggaran. Dia menghukum semua pelaku pelanggaran tanpa pandang bulu, termasuk putranya sendiri, Abdurrahman. Abdurrahman merupakan salah satu putra Umar yang tinggal di Mesir. Dia telah melakukan pelanggaran dengan meminum khamr bersama dengan temannya hingga ma- buk. Abdurrahman kemudian menghadap ke Gubernur Mesir waktu itu, Amr bin Ash, meminta agar dihukum atas perbuatan yang telah dilakukannya. Amr bin Ash pun meng- hukum Abdurahman dan temannya dengan hukuman cambuk. Tetapi, Amr bin Ash ternyata memberikan perlakuan yang berbeda. Jika teman Ab- durrahman dihukum di hadapan umum, maka si putra Khalifah ini dihukum di ruang tengah rumahnya. Umar bin Khattab pun mendengar kabar itu. Dia kemudian mengirim surat kepada Amr bin Ash agar memerintahkan Abdurrahman kembali ke Madinah dengan membung- kuk, dengan maksud agar si anak dapat merasakan bagaimana menempuh perjalanan dengan kondisi yang sulit. Amr bin Ash kemudian melaksanakan isi surat itu dan men- girim kembali surat balasan yang berisi permohonan maaf karena telah menghukum Ab- durrahman tidak di hadapan umum. Umar tidak mau menerima cara itu. Akhlak Kurikulum 2013 173 173 Mendapat perintah itu, Abdurrahman kemudian kembali ke Madinah sesuai perintah, yaitu dengan berjalan membungkuk. Dia begitu kelelahan ketika sampai di Madinah. Tanpa memperhatikan kondisi putranya, Umar bin Khattab langsung menyuruh algojo untuk melaksanakan hukuman cambuk kepada putranya. Seorang sahabat sepuh, Abdur- rahman bin Auf pun mengingatkan agar Umar tak melakukan hal itu. “Wahai Amirul Mukminin, Abdurrahman telah menjalani hukumannya di Mesir. Apakah perlu diulangi lagi?” kata Abdurrahman bin Auf. Umar pun tidak mau menghiraukan perkataan Abdurrahman bin Auf. Dia meminta Algojo segera melaksanakan penghukuman itu. Kemudian, Umar mengingatkan kepada seluruh kaum muslim akan hadis Rasulullah tentang kewajiban menegakkan hukum, “Sesungguhnya umat sebelum kamu telah dibinasakan oleh Allah karena apabila di an- tara mereka ada orang besar bersalah, dibiarkannya, tetapi jika orang kecil yang ber- salah, dia dijatuhi hukuman seberat-beratnya.” Abdurrahman lalu dicambuk berkali-kali di hadapan Umar. Dia pun merontaronta meminta tolong agar ayahnya mengurangi hukuman itu, tetapi Umar sama sekali ti- dak menghiraukan. Bahkan, teriakan Abdurrahman semakin menjadi, dan mengatakan, “Ayah membunuh saya.” Sekali lagi, Umar tidak menghiraukan perkataan anaknya. Hu- kuman itu terus dijalankan sampai Abdurrahman dalam kondisi sangat kritis. Melihat hal itu, Umar hanya berkata, “Jika kau bertemu Rasulullah Saw., beritahukan bahwa ayahmu melaksanakan hukuman.” Akhirnya, Abdurrahman pun meninggal dalam hukuman. Umar sama sekali tidak menunjukkan kesedihan. Usai hukuman terhadap Abdurrahman dijalankan, Umar melakukan pelacakan ter- hadap siapa saja penyebar khamr. Tidak hanya peminum, bahkan sampai penjual khamr pun mendapat hukuman yang berat. 3 Kisah Umar bin Khattab tolak kenaikan gaji sebagai khalifah Umar bin Khattab merupakan sahabat yang menjadi pemimpin umat Islam usai me- ninggalnya Rasulullah Muhammad Saw. Dia ditunjuk oleh Khalifah sebelumnya, Abu Bakar As Shiddiq untuk menggantikannya. Dalam menjalankan tugasnya, Umar terkenal sangat disiplin dan benar-benar men- contoh perilaku Rasulullah. Dia sama sekali tidak ingin melakukan hal yang menyim- pang dari ajaran Rasulullah, baik sebagai pribadi maupun sebagai seorang khalifah. Saat menjabat sebagai Khalifah, Umar sama sekali tidak pernah meminta kenaikan gaji. Dia pun tidak memanfaatkan uang dari Baitul Maal yang berada di bawah kekuasaannya, kecuali hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, serta untuk bekal haji dan umroh. Pernah suatu ketika, Ali bin Abi Thalib memiliki usulan untuk menaikkan gaji Khali- Buku Guru Kelas X 174 fah. Ini lantaran melihat kondisi setiap kali menerima tamu negara, Umar tidak pernah berpakaian yang mewah. Ide itu diusulkan ke dewan sahabat dan mendapat dukungan, salah satunya dari Usman bin Affan. Tetapi, usulan itu sulit diwujudkan lantaran jika Umar akan marah jika mendengar secara langsung. Akhirnya, dewan sahabat memutuskan untuk meminta putri Umar bin Khattab yang juga merupakan salah satu istri Rasulullah, Hafsah, untuk menyampaikan usulan itu ke ayahnya. Hafsah pun menyampaikan usulan itu kepada Umar. Perkataan Hafsah membuat muka Umar merah padam. Dia kemudian bertanya siapa yang mengusulkan kenaikan gaji itu, tetapi Hafsah tidak menjawab. “Kalau aku tahu siapa nama-nama di balik pikiran kotor itu, akan aku datangi mereka satu per satu dan kutampar mereka dengan tanganku,” kata Umar.

c. Meneladani Akhlak Utama Umar bin Khattab Ra