Buku Guru Kelas X
178
4. Ali Bin Abi Thalib Ra a. Akhlak utama Ali bin Abi Thalib ra
Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam as- sabiqunal
awwalun, sepupu Rasullullah Saw., dan juga khalifah terakhir dalam kekhalifahan Ku- lafaur Rasyidin. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13
Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Mu-
hammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki dera-
jat yang tinggi di sisi Allah. Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat itu berusia 10 tahun. Na-
mun ia mempercayai Rasullullah Saw. dan menjadi orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasul-
lullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut.
Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat ti- durnya sehingga orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah
masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.
Ali tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai medan
perang.
b. Kisah teladan Ali bin Abi Thalib Ra.
Suatu hari, Ali bin Abi Thalib Ra terburu-buru keluar rumah untuk menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid Nabi. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan lelaki orang
Yahudi yang sudah berusia lanjut. Lelaki tua itu berjalan menuju arah yang sama dengan Ali ra. Karena keluhuran akhlaknya Ali ra tidak mau mendahului orang Yahudi tersebut
meski jalannya sangat lamban. Sementara itu, shalat berjamaah sudah dimulai. Rasulullah saat itu dalam keadaan
rukuk. Bahkan hamper berdiri untuk iktidal. Namun, Allah Swt. memerintahkan kepada
Jibril untuk meletakkan tangannya diatas bahu Rasulullah Saw. Jibril menyuruh beliau menahan rukuknya agar Ali ra. tidak sampai ketinggalan rakaat pertama.
Sampai didepan masjid, ternyata orang Yahudi itu berbelok arah. Tujuan orang Ya- hudi itu memang bukan ke masjid. Karena merasa telah, Ali ra segera memasuki masjid.
Begitu melihat Rasulullah Saw. dan para sahabat masih dalamkeadaan rukuk, ia ber- syukur kepada Allah Swt., Alhamdulillah segala puji bagi Allah.
Menurut sebuah riwayat, karena ucapan hamdalah dari lisan Ali ra inilah bacaan dari
Akhlak Kurikulum 2013
179
179 perpindahan rukuk ke iktidal berganti menjadi ‘sami’allahu liman hamidahu’ semoga
Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Dalam konteks tersebut, yang memuji adalah Ali bin Abi Thalib Ra.
Selesai shalat, Rasulullah Saw. berpaling kepada Jibril dan bertanya tentang penye- bab yang membuatnya harus memperpanjang rukuk. Jibril menjawab bahwa Allah Swt.
telah memerintahkannya untuk memegang pundak beliau ketika rukuk. Allah Swt. tidak menginginkan Ali bin Abi Thalib ra kehilangan pahala rakaat pertama dalam shalat sub-
uh, karena ia telah menghormati seorang orang Yahudi tua yang ditemuinya di tengah perjalanan menuju masjid.
c. Meneladani Akhlak utama Ali bin Abi Thalib ra
Ali bin Abi Thalib r.a adalah seorang pemimpin yang benar-benar zuhud dan taqwa kepada Allah Swt.. Hal ini terbukti saat beliau menduduki jabatan perbendaharaan neg-
ara. Beliau benar-benar teruji kejujurannya dalam mengelola, mengurus, dan menjaga perbendaharaan Negara.
Ketika Ali bin Abi Thalib meduduki jabatan Khalifah ke-4 menggantikan Usman bin Affan r.a, beliau oleh kaum Muslimin di kota Kufah diharapkan agar segera menempati
istana yang besar dan megah. Ketika Ali melihat istana itu ia berkata: “Aku tak mau menempati istana itu” Akan tetapi penduduk Kufah tetap mendesak Khalifah Ali bin
Abi Thalib agar mau menempati istananya karena Khalifah adalah jabatan yang dianggap mulia. Akan tetapi tetap saja Khalifah Ali menolaknya dengan keras.
“Terus terang aku tidak membutuhkan itu Umar bin Khatab sendiri pun tidak menyu- kainya” Jawab Khalifah Ali r.a.Meskipun Ali bin Abi Thalib menjadi seorang khalifah,
beliau tidak sombong, tidak memanfaatkan jabatannya untuk hidup bermewah-mewah di dalam istana. Beliau tetap hidup seperti rakyat biasa. Beliau benar-benar empati terhadap
kehidupan rakyat jelata. Demikian kepribadian dan perangai Ali bin Abi Thalib r.a yang demikian agung dan
mulia tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Perjuangannya, keberaniannya, kejujurannya dan keamanahannya dalam menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai
dengan ajaran Islam yang rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam.
Buku Guru Kelas X
180
Proses Pembelajaran
1. Pendahuluan