254
cleaner. Pada proses pembersihan, benih dapat saja dipilah untuk
peningkatan mutu fisik dan fisiologis berdasarkan panjang dan atau
berdasarkan ketebalan sehingga diperoleh benih yang bermutu tinggi
dan seragam.
Gambar 6.13. Benih padi yang seragam menghasilkan
benih yang bermutu tinggi.
Proses pengolahan benih merupakan proses yang cukup kritis.
Jika saat di lahan, orientasi produksi maksimal merupakan tujuan utama,
maka pada proses pengolahan benih, orientasi mutu maksimal
merupakan prioritasnya. Jika produksi di lapang harus lulus
standar lapang maka proses pengolahan benih pun harus lulus
standar laboratorium.
Gambar 6.14 Perkembangan biji padi pada bagian luar dan
bagian dalam, mulai dari biji muda sampai siap panen kiri dan Benih padi kanan
c. Penyimpanan
Benih yang telah kering dan bersih dikemas dalam karung atau
kemasan siap salur dan kemudian disimpan di dalam ruang
penyimpanan. Ruang penyimpan benih diusahakan mempunyai
ventilasi yang baik agar kualitas benih dapat terjaga. Benih dalam
karung dapat ditumpuk dan antara tumpukan karung diberi jarak untuk
memudahkan pemeriksaan atau pengontrolan dalam pengendalian
mutu benih oleh penangkar. Bagian bawah tumpukan karung diberi alas
berupa potongan kayu balok sehingga karung tidak berhubungan
langsung dengan tanah atau lantai yang memung-kinkan naiknya
kelembaban.
Pemberian jarak di antara tumpukan karung maupun dengan
alas lantai berguna untuk memperlancar sirkulasi udara. Lama
penyimpangan benih hendaknya memperhatikan masa berlakunya
label benih. Masa berlakunya label benih padi 6 bulan sejak selesainya
pengujian dan paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Sebelum
disimpan, pada umumnya benih diberi berbagai perlakuan pelapisan benih
seed coating,kemudian benih-benih tersebut akan diuji dengan berbagai
peralatan modern.
Di unduh dari : Bukupaket.com
255
Gambar 6.15 Rotary Batch Lab treater, yang digunakan untuk
meberi perlakuan pada benih seperti pelapisan benih dengan pestisida ataupun bahan
perlakuan benih yang lainnya.
Gambar 6.16 Plantability Checks yang digunakan untuk
menguji daya tumbuh benih.
Gambar 6.17. Dust Off Test yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi debu pada benih tanaman. Gambar 6.18
Germination Test yang digunakan untuk menguji daya kecambah benih
6.3 Pra-panen produksi benih
padi hibrida Sejalan dengan pertambahan
penduduk di Indonesia maka kebutuhan beras dari tahun ke tahun
selalu meningkat. Jika produksi beras diharapkan meningkat, maka
kebutuhan benih padi pun akan meningkat.
Di unduh dari : Bukupaket.com
256
Gambar 6.19 Treatment Analysis yang digunakan adalah GC
Gas Chromatography dan HPLC Hight Performance Liquid Chromatography. Kedua
alat ini digunakan untuk menganalisis berbagai bahan yang digunakan untuk perlakuan benih
.
Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup
untuk mengatasi hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru
yaitu produksi benih padi hibrida.
Pada prinsip rangkian proses produksi benih padi hibrida sama
dengan produksi benih padi bersetifikat. Perbedaan terdapat
pada tahapan penyiapan galur induk jantan dan betina yang beasal dari
jenis yang berbeda sifat genetiknya. Sebagai contoh adalah jantan
mempunyai sifat genetik produksinya tinggi diatas 5 ton per hektar
sedangkan induk betina mempunyai sifat genetik enak rasanya. Pada
umumnya persilangan kedua galur jantan dan betina ini sudah diuji
berulang kali melalui penelitian yang panjang. Teknologi produksi benih
hibrida sangat berbeda dari varietas non hibrida. Benih hibrida harus
diproduksi setiap musim tanam, dan dipertahankan kemurnian
genetiknya hingga lebih dari 98 agar dicapai hasil yang
memuaskan.
Sebagai contoh kasus produksi benih hibrida akan disampaikan
berdasarkan hasil penelitian IRRI International Rice Research
Institute yang berlokasi di Filipina yaitu varietas Magat PSB Rc26H,
lama penanaman 110 hari dengan rata-rata produksi 5.6 tonha,
Metsizo PSB Rc72H dengan waktu penanaman 123 hari dan rata-rata
hasil 5.4 tha dan Panay PSB Rc76H dengan waktu penanaman
selama 106 hari dan hasil produksi rata-rata 4.8 tha.
Benih padi hibrida dihasilkan ketika sel telur dari induk betina
dibuahi oleh serbuksari dari anther varietas yang berbeda atau galur
yang digunakan sebagai induk jantan. Hasil persilangan kedua
induk tersebut disebut sebagai First Generation atau turunan generasi
pertama atau first filial generation dan dikenal dengan istilah F1
yang merupakan hasil penyilangan antara dua varietas padi yang
berbeda secara genetik. Padi hibrida pada umumnya memberi
peluang hasil produksi yang lebih tinggi. Meurut IRRI 2006 Benih
padi hibrida F1 menghasilkan keuntungannya sekitar 10-15
dibandingkan dengan varietas yang dihasilkan melalui persilangan
sendiri. Menghadapi kondisi lahan budidaya padi yang semakin
menyempit, maka penggunaan
Di unduh dari : Bukupaket.com
257
varietas hibrida merupakan salah satu solusi yang tepat.
Sebelum melakukan serangkaian proses produksi benih padi hibrida,
sebaiknya dianalis terlebih dahulu standar benih padi hibrida yang telah
ditetapkan. Penguasaan
informasi tentang standar kualitas benih dapat
memudahkan pengelolaan proses kegiatan di lapangan budidaya.
Sebagai contoh untuk standar kemurnian benih padi hibrida adalah
98, artinya penangkar benih harus melakukan roguing dengan sangat
seksama jangan sampai ada varietas lain yang tumbuh selain 2 varietas
induk jantan dan induk betina yang direncanakan untuk disilangkan agar
menghasilkan benih padi hibrida.
Contoh kedua adalah tentang standar kadar air maksimal 14.
Dengan adanya pengetahuan tentang informasi standar benih padi
tersebut, maka penangkar benih akan melakukan kegiatan
pengeringan benih sampai dengan kadar airnya
14.
Tabel 6.1 Ukuran standar benih padi F1 STANDAR BENIH
FAKTOR F1 Seed Kemurnian benih min. 98
Benih lain atau biji gulma max. 10 Bahan lain yang terbawa max. 2
Biji beras merah 500 gr max. 2 Biji varietas lain500 gr max. 20
Daya kecambah min. 85 Kadar air max. 14
a. Membibitkan galur induk