Perlakuan Prapanen Persyaratan lahan Benih sumber

Tenik Pembenihan Tanaman 282 petani dan penangkar benih kedelai. Akibatnya, kedelai hanya sebagai tanaman sela, tanaman tumpang sari, atau sekedar tanaman rotasi. Meski permasalahan kedelai cukup komplek, tetapi pengusahaannya perlu terus ditingkatkan karena prospek yang sangat besar. Jika kebijakan Pemerintah telah berubah dan nilai produksi pertanian disejajarkan dengan produk industri non pertanian lainnya maka usaha produksi benih kedelai sangat menguntungkan karena belum ada industri benih yang mengusahakannya. Tentunya usaha yang dilakukan hendaknya diiringi dengan perbaikan- perbaikan, baik varietas tanaman, teknologi budi daya dan pascapanennya, pendekatan lingkungan, serta pengelolaan dan pemasarannya. Kedelai termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri sehingga isolasi jarak hanya 8 meter, sedangkan isolasi waktu hanya 15 hari agar tidak terjadi pencampuran benih antar-varietas. Adapun standar lapang untuk proses produksi benih kedelai bersertifikat dapat dilihat pada tabel 6.5.

7.1 Perlakuan Prapanen

Telah dijelaskan bahwa permasalahan produksi benih kedelai cukup kompleks, salah satunya adalah potensi hasilnya yg masih rendah. Agar penanganan produksi dan pascapanen benih kedelai tidak keliru, sifat-sifat benih kedelai seperti berikut perlu dipahami lebih dahulu. Gambar 7.1 Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai atas dan tanaman kedelai bawah y Pada kondisi suhu dan kelembapan yang relatif tinggi, viabilitas daya tumbuh dan kekuatan tumbuh benih kedelai mudah menurun akibat laju respirasi yang meningkat. y Benih bersifat higroskopis sehingga kadar airnya meng- ikuti kelembapan udara di sekitarnya. Di unduh dari : Bukupaket.com 283 Tabel 7.1 Standar Kondisi Lapangan Untuk Menghasilkan Benih Kedelai Bersertifikat Kelas Benih Isolasi Jarak m Varietas Lain dan Tipe Simpang Maksimum Benih dasar 8 0,1 Benih Pokok 8 0,2 Benih sebar x Berlabel biru x Berlabel hijau ES1 sd ES4 8 8 0,5 0,7 y Kulit benih kedelai amat tipis sehingga mudah terinfeksi oleh cendawan, bakteri dan virus, serta rentan terhadap kerusakan fisik dan mekanik y Saat di pertanaman, kedelai mudah terserang hama penggerek dan pengisap biji.

7.2 Persyaratan lahan

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih lahan untuk produksi benih kedelai sebagai berikut : y Lokasi penanaman mempunyai curah hujan sedang 150–200 mm perbulan pada saat pertumbuhan dan kurag dari 50 mm per bulanpada saat pematangan polong. Suhu harian lokasi penenaman tidak melebihi 35 O C dengan kelembaban nisbi yang relatif rendah sekitar 70. y Lahan tergolong subur dan cukup tersedia air. y Daerah pertanaman bebas dari gangguan hama maupun penyakit, terutama hama yang menyerang biji. y Lahan terbebas dari gangguan gulma. y Lahan pertanaman bukan bekas pertanaman kedelai varietas yang berbeda, kecuali bila telah diberakan selama 3 bulan. Adapun varietas-varietas kedelai yang direkomendasikan untuk diusahakan dapat dilihat pada tabel 12.

7.3 Benih sumber

Kebutuhan benih sumber berkelas lebih tinggi +40 kgha. Untuk produksi benih berlabel merah jambu BMJ, dapat digunakan benih sumber dari kelas benih sebar. Benih BMJ masih ditolerir beredar karena dua pertimbangan, yakni 1 sangat minimnya produsen benih kedelai, 2 sangat rendahnya indeks penangkaran benih sumber menjadi benih komersial, hanya berkisar angka 40. Di unduh dari : Bukupaket.com Tenik Pembenihan Tanaman 284 Tabel 7.2. Karakteristik Bebagai Varietas Kedelai dan Tahun Pelepasannya Nama Varietas Tahun Pelepasan Kisaran Hasil tonha Bobot 100 biji g Umur Panen hari

A. Umur Genjah

1. Lokon 1982 1,1 – 2.0 10.8 76 2. Guntur 1982 1,1 – 2,0 10,6 78 3. Tidar 1987 1,4 – 2,0 7 75 4. Petek 1989 1,0 – 1,5 8 80 5. Lumajang Bewok 1989 1,0 – 1,5 9,6 80 6. Lawu 1991 1,2 – 2,0 11 74 7. Dieng 1991 1,2 – 2,0 7,5 78 8. Tengger 1991 1,2 – 2,0 11 79 9. Malabar 1992 1,2 – 2,0 12 70

B. Umur Sedang

1. Wlis 1983 1,5 – 2,5 10 88 2. Kerinci 1985 1,5 – 2,5 9 87 3. Raung 1986 1,5 – 2,5 13 85 4. Rinjani 1989 1,5 – 2,5 10 88 5. Tambora 1989 1,5 – 2,0 14 85 6. Lampobatang 1989 1,5 – 2,5 10 86 7. Jayawijaya 1991 1,2 – 2,0 9 87 8. Krakatau 1992 1,6 – 2,7 8 85 9. Tampomas 1992 1,5 – 2,5 11 84 10. Cikuray 1992 1,4 – 2,2 12 85 11. Singgalang 1992 1,5 – 2,0 10 85 12. Pangrango 1995 1,7 – 2,2 10 88 13. Argomulyo 1998 1,5 – 2,0 20 82 14. Bromo 1998 1,5 – 2,5 16 85 15. Burangrang 1999 1,5 – 2,5 21 81

C. Umur Dalam

1. Dempo 1984 1,5 – 2,5 13 90 2. Merbabu 1986 1,5 – 2,5 10 90 3. Kipas Putih 1992 1,7 – 2,1 12 90

7.4 Waktu tanam