198
2. Fokus dan Mekanisme Kegiatan CSR PT. CGI
Kehadiran PT.
CGI di
tengah-tengah masyarakat,
keberadaannya harus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, dimana pun mereka beroperasi. Kemanfaatan tersebut dapat dilakukan melalui
kegiatan yang terencana bersama para pemangku kepentingan lainnya, termasuk masyarakat. Juga melalui kegiatan secara perseorangan yang
dilakukan oleh setiap individu dari karyawan PT. CGI. Setiap karyawan PT. CGI harus berbaur dengan masyarakat sekitar. Setiap individu
harus membuat laporan individual mengenai kegiatan berbaur dan keterlibatan mereka dengan masyarakat sekitar.
“Kita bekerja dengan value, kita mengikuti Chevron di seluruh dunia lah. Salah satu panduannya adalah bahkan dimana pun
kita berada berusaha harus memberi manfaat kapada masyarakat sekitar dimana kita operasi. ...Value itu sudah ada
sebelum undang-undang tentang PT dan Energi di Indonesia, dan itu melekat pada diri setiap karyawan. Setiap karyawan
harus mendeliver diversity, dia harus ada engagement kepada masyarakat, dia harus berbaur dengan masyarakat sekitarnya.
Setiap pekerja Chevron harus berperilaku sesuai dengan nilai- nilai Chevron way. Ada rapport setiap individu.
” PP 1.
Dengan pernyataan tersebut, sudah merupakan kewajiban pihak PT. CGI untuk melakukan kegiatan pendampingan di wilayahnya.
Berdasarkan data lapangan menunjukkan bahwa prioritas wilayah yang memperoleh kegiatan dampingan dari PT. CGI adalah Kecamatan
Samarang. Padahal Kecamatan Samarang masuk dalam wilayah Ring 2, sedangkan Ring 1 adalah Kecamatan Pasirwangi dan Sukaresmi.
Desakan dari warga masyarakat dan kepala-kepala desa di Kecamatan
199
Samarang-lah yang membuat PT. CGI memprioritaskan kegiatan awal mereka di Kecamatan Samarang.
“ya sebenarnya itu sudah ada di ini baca:programnya nya Chevron Chevron way, apa namanya itu, hemm laporan
keseluruhan PGPA. Di sana dijelaskan bahwa Chevron harus melakukan CSR. Tapi dilaporan itu namanya bukan CSR tapi
apa ya, corporate responsibility kalau tidak salah ya itu tidak ada kata Sosialnya. Nah di laporan itu tertulis sudah kewajiban
pihak Chevron untuk melakukan itu di wilayah dampingannya. Kalau untuk Samarang itu sebenarnya Samarang termasuk
dalam ring dua, ring satunya Pasirwangi dan Sukaresmi. Cuma karena desakan dari Kepala-kepala Desa di Kecamatan
Samarang akhirnya diputuskan masuklah ke dalam program. Oh CE community engagement namanya bukan CR. Nah di
Kecamatan Samarang itu sebenarnya yang masuk wilayah rawan... yang letaknya paling ujung dan paling terkena dampak
dari jalan akses keluar masuk kendaraan Chevron makanya menjadi tanggung jawab perusahaan.... Tujuan Chevron
melakukan CSR itu pada intinya ingin membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar terutama daerah-daerah
yang disebut desa merah tadi...”. LS 1.
Di dalam PT. Chevron sendiri memang sudah ada komitmen, yaitu komitmen yang dibangun melalui kesepakatan dengan pihak para
kepala desa. Pihak perusahaan memahami bahwa daerah-daerah yang terkena dampak terutama akses jalan kendaraan yaitu Kecamatan
Samarang, Pasirwangi, dan Sukaresmi; akan memperoleh prioritas bantuan. Namun diantara ketiga kecamatan tesebut, hasil data lapangan
menunjukkan bahwa, Kecamatan Samarang merupakan daerah yang paling rawan dan keras dalam pandangan pihak perusahaan. Sehingga
daerah- daerah tersebut seringkali disebut daerah ‘merah’, karena sering
terjadi demo dan aksi tuntutan masyarakat kepada PT. CGI. Walaupun
200
Kecamatan Pasirwangi secara lokasi yang paling dekat dan berada dalam wilayahnya PT. CGI, namun bantuan yang paling pertama dan
utama adalah ke desa-desa wilayah Kecamatan Samarang.
Gambar 6. Program Community Engagement CGI, Sebuah Pendekatan Keberlanjutan Untuk Memberdayakan Komunitas. Sumber:
Chevron, 2010.
Mendukung operasi dan mempererat hubungan dengan para pemangku kepentingan untuk menjadikan Chevron sebagai mitra pilihan
Sasaran Bisnis
Tujuan Bisnis
Tujuan Sosial
Implementasi
Sasaran Sosial Meningkatkan reputasi
Chevron sebagai warga korporat yang baik
Meningkatkan pengelolaan lingkungan
Mengurangi ketergantungan
masyarakat sekitar terhadap Chevron
Pendidikan dan Pelatihan
- Meningkatkan akses
masyarakat terhadap fasilitas
pendidikan
- Meningkatkan kualitas
pendidikan dan lulusan siswa
Kebutuhan Pokok manusia
- Meningkatkan akses
masyarakat terhadap fasilitas
layanan kesehatan.
- Meningkatkan fasilitas umum
dan publik kesehatan
Konservasi lingkungan dan
keanekaragaman hayati
- Meningkatkan kesadaran publik
akan pentingnya lindung lingkungan
di sekitar daerah operasi
- Mendukung upaya konservasi
Pengembangan Keuangan Mikro
- Mendukung peningkatan
pendapatan masyarakat
- Meningkatkan kualitas UMK di
sekitar daerah operasi
- Program pengembangan
sekolah- SMK Pasirwangi
- Supercamp –
Bimbingan belajar intensif
masuk PTN untuk siswa
SMA kelas 3 - Membangun dan
melengkapi sarana IGD
- Pipanisasi air bersih sanitasi
lingkungan - Kampanye
pencegahan penyakit TBC
- Kampanye HIV AIDS
- Program reboisasi kawasan hutan
Darajat kerjasama Perhutani
- Kerjasama kawasan Cagar Alam dengan
BBKSDA - Pendampingan
usaha home industry
oleh PUPUK
- Program KUBE ternak domba
kerjasama Dinsos, Uniga,
CGI
1. Meningkatkan standar kehidupan masyarakat
2. Membangun kemandirian masyarakat
201
Tujuan utama dari semua bantuan yang diberikan oleh PT. Chevron kepada masyarakat, tidak lain adalah untuk membangun
hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. PT. CGI memandang bantuan yang diberikan kepada masyarakat tersebut sebagai social
investment, yang tidak semata-mata sebagai jaminan keamanan operasi
perusahaan. Investasi sosial yang dibangun oleh PT. CGI adalah yang berjangka panjang, dengan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku di
Indonesia. PT. CGI berpendapat, bahwa apa yang dilakukannya telah melebihi kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan, sesuai
peraturan dan perundangan yang berlaku. Artinya ada atau tidak regulasi, maka PT. CGI tetap akan melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai perusahaan yang peduli kepada masyarakat sebagaimana terlihat dalam tabel sebelumnya.
“Sebenarnya antisipasi kita adalah second by second. ... Memang kita sebagai part of bussiness, sehingga melihatnya
tidak semata-mata menjaga lokasi social investment, tetapi sebagai sebuah investasi jangka panjang. bukan sekedar
investasi 1-2 bulan tetapi investasi 5 tahun jangka panjang. Konsepnya kira-kira kita melihat sebagai social investment.
Tidak ada regulasi pun kita akan tetap menjaga lingkungan sekitar, yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup RI.
Sebelum ada Undang-undang pun kami sudah melaksanakan social investment
. Bagaimana pun kami basisnya adalah bisnis. Karena basisnya CSR itu sesungguhnya adalah voluntary basis.
Sedangkan undang-undang di Indonesia mewajibkan CSR. Sebenarnya apa yang kami lakukan sudah jauh melebihi
peraturan undang-undang. Sudah di atas ketaatan peraturan. ”
PP 2.
202
Dengan melihat perkembangan masyarakat lokal, relatif secara umum wilayah Pasirwangi masih belum banyak kemajuan dan masuk
dalam kategori daerah miskin. Sehingga tuntutan dan harapan masyarakat kepada PT. CGI begitu tinggi. Sehingga PT. CGI harus
selalu siap dan mengantisipasi perkembangan masyarakat setiap waktu. Selanjutnya program community engagement PT. CGI,
memiliki fokus berupa sasaran kegiatan bisnis, tujuan bisnis dan tujuan sosial. Program kegiatan ini nampaknya diharapkan merupakan sebuah
pendekatan yang
sustainable dalam
rangka memberdayakan
masyarakat lokal. Proses dan pelaksanaan program community engagement
dilakukan atas participatory based program dalam CE CGI, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1 Pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program
secara berkaa
bersama-sama dengan
stakeholder terkait.
2 Berdasarkan matriks kinerja 3 Fokus pada keberlanjutan program.
4 Rencana tindak lanjut dan umpan balik. 5 Hasil yang terdokumentasi dalam laporan:
a. Pemantauan dan evaluasi b. Kunjungan lapangan
c. Kemajuan proyek d. Laporan akhir
1 Program pendidikan dan pelatihan
Untuk meningkatkan reputasi bisnis PT. CGI sebagai warga korporat yang baik, mengeluarkan dua program tujuan sosial yaitu
203
program pendidikan dan pelatihan dan pemenuhan kebutuhan pokok manusia. Tujuan program pendidikan dan pelatihan adalah untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan siswa. Implementasi
untuk mencapai tujuan tersebut, maka diluncurkan dalam 2 dua program yaitu program pengembangan sekolah
—SMK Pasirwangi dan Supercamp
—bimbingan belajar intensif masuk PTN untuk siswa SMA kelas 3. Gambar 7. menunjukkan mekanisme implementasi dari
program pendidikan dan pelatihan.
Gambar 7. Program Education For Forestry Community - Ed4Comm 2009-2014
. Sumber: Chevron, 2010.
204
Hasil pelaksanaan program community engagement unggulan bidang pendikan dan pelatihan yaitu pengembangan kualitas sekolah
– SMK Pasirwangi dan pembelajaran intensif bagi siswa SMA kelas 3
masuk PTN, dapat dilihat dalam tabel 27 berikut: Tabel 27.
Deskripsi pelaksanaan program community engagement unggulan bidang pendidikan dan pelatihan
Deskripsi Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap
Layanan Pendidikan, Dengan Membuka Sekolah Menengah Kejuruan SLTA, di mana
sebelumnya belum ada sekolah setingkat SLTA.
Kemitraan dengan
Diknas, UNIGAUNINUS
Lokasi Pasirwangi
Keunggulan : Satu-satunya SLTA di Kec. Pasirwangi sebelumnya tidak ada
Fokus pada anak-anak keluarga fakir miskin Akses ke pendidikan SLTA lebih mudah sebelumnya harus ke Kec.
Lain Kemitraan multipihak CGI, UNIGA, Diknas, UNINUS
Dalam proses menjadi SMK Negeri Definitif Pasirwangi Proses dan mekanisme:
Pembelajaran secara intensif kepada lulusan SMP di Pasirwangi yang kesulitan dalam mengakses pendidikan
Diawali dengan study baseline bersama-sama dengan UNIGA, kemudian dilanjutkan dengan Program Paket C 1 kelas
Selain itu mengadopsi Kurikulum KTSP, KKM 6.1 Sampai saat ini sudah sampai di Kelas 2 dengan jumlah murid
sekitar 120 orang, didampingi sekitar 15 orang tutor Prestasi akademik siswa sebagian besar di atas rata-rata
Bekerjasama dengan Diknas Garut danUNIGA, mendororong
205
percepatan untuk menjadi SMK Negeri definitif, di mana Diknas menyediakan lahan, sementara secara bertahap akan membangun
fasilitas ruang belajar Adanya muatan lokal agrobisnis dan dilengkapi juga dengan mini
lab komputer Sumber: Diolah dari PGPA-CE Sumber: Chevron, 2012
2 Program kebutuhan dasar manusia
Program-program Chevron didasarkan pada kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, organisasi non pemerintah lokal dan
internasional. Sebagian
besar program
Chevron merupakan
implementasi dari tiga fokus utama yaitu kesehatan, pendidikan dan pembangunan ekonomi. Dalam bidang kesehatan: memperbaiki akses
kebutuhan dasar manusia seperti layanan kesehatan, gizi yang lebih baik, perbaikan sanitasi, pertanian, dan pengembangan infrastruktur
publik; sedangkan bidang pendidikan menciptakan kesempatan pendidikan dan pelatihan; dan bidang pembanguan ekonomi yaitu
mendukung peningkatan kualitas kehidupan kehidupan manusia yang berkelanjutan. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang informan,
“Chevron partners with host governments, nongovernmental organizations and aid agencies to assess and understand local
needs and the reasons behind them. Our three primary focus areas for outreach are:
Economic development – We invest in small and micro
enterprises and support programs that create sustainable employment opportunities. This promotes self-sufficiency,
stimulates job growth and economic development, and creates a higher standard of living for people in the areas
where we operate.
206
Health – In developing countries, we improve access to
preventive care and treatment and work to strengthen health care systems, because healthy people can create healthy
societies.
Education – Chevron promotes education—particularly in
the areas of science, technology, engineering and math STEM
—as well as career and vocational training to ensure people can help their communities thrive in the 21st century
economy. These areas of focus are the building blocks of strong
communities. ”
Updated: Chevron, April 2012 Dalam mewujudkan program kebutuhan pokok manusia
community engagement CE mengimplementasikannya dengan
membangun dan melengkapi sarana IGD puskesmas Pasirwangi; membangun pipanisasi air bersih dan sanitasi lingkungan; dan
kampanye pencegahan penyakit TBC dan HIVAIDS. Saat ini yang dilakukan adalah kampanye penyadaran perilaku hidup sehat,
memperbaiki akses pada fasilitas kesehatan masyarakat dan partisipasi perbaikan sarana fisik dan perlengkapan medis
Di Jawa Barat, Chevron menyadari bahwa HIVAIDS adalah ancaman yang mengerikan bagi dunia dengan dampak yang luar biasa
bagi manusia serta merupakan resiko nyata secara sosial, ekonomi dan politik yang memberikan pengaruh langsung kepada karyawan dan
bisnis kami. Dalam bidang kesehatan ini, Chevron bertekad untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh HIVAIDS terhadap bisnis
kami melalui kepemimpinan strategis di dalam industri kami dan di masyarakat dimana karyawan Chevron berada. Chevron menyediakan
pelayanan pencegahan voluntary counseling and testing VCT. Dasar
207
pelayanan VCT ini adalah policy 260 Chevron tentang pencegahan HIVAIDS di tempat kerja, yang intinya adalah:
Chevron menjamin kerahasiaan confidentiality pengidap HIVAIDS
Chveron mencegah diskriminasi terhadap pengidap HIVAIDS di tempat kerja non discriminative.
Chevron menyediakan akses ke fasilitas pencegahan, pengobatan dan perawatan HIV AIDS prevention, care and
treatment bagi pegawai dan keluarganya.
Program penyuluhan pencegahan bahaya HIV AIDS juga diberikan kepada sejumlah siswa di kabupaten Garut. Hasil penyuluhan tersebut
diharapkan para siswa yang telah memperoleh penyuluhan dapat menyebarluaskan bahaya HIVAIDS kepada khalayak luas.
3 Program Konservasi lingkungan dan keragaman hayati
Program ini diharapkan memberikan kontribusi untuk mendukung biodiversity
dan pelestarian di sekitar daerah operasi PT. CGI. Tujuan sosial yang ingin dicapa adalah meningkatkan kesadaran publik akan
pentingnya pelestrasian lingkungan di sekitar daerah operasi dan mendukung upaya konservasi alam. Sedangkan implementasi kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan reboisasi kawasan hutan lindung bekerja sama dengan perhutani, serta bantuan penyediaan tong-tong
sampah.
208
4 Pengembangan Keuangan Mikro dan UMK
Pengembangan keuangan mikro dan usaha mikro-kecil ditujukan untuk mendukung peningkatan pendapatan masyarakat dan
kualitas pengelolaan UMK di sekitar daerah operasi PT. CGI. Implementasi programnya adalah pendampingan usaha home industry,
dan program kelompok usaha bersama ternak domba bekerja sama dengan LSM PUPUK, dinas sosial, dan Universitas Garut UNIGA.
Salah satu kegiatan tersebut dikenal dengan pengembangan LED, yaitu local economic development
untuk kecamatan Samarang dan inisiative economic engagement and empowering
I3E untuk desa-desa di kecamatan Pasirwangi. Gambar 8 ditunjukkan disain proyek untuk
peningkatan pendekatan masyarakat khususnya para wanita dan buruh tani muda.
Gambar 8. Project Grand Design : Income Generation For Community IGP4Com and Beneficiaries Target: WomanYouth Farming
Labor. Sumber: Chevron, 2010
209
Hasil pelaksanaan program community engagement unggulan bidang usaha mikro kecil salah satunya adalah pengembangan ternak
domba terpadu. Dalam gambar 9 dan tabel 28, terlihat roadmap pengembangan ternak terpadu, yang dimulai sejak tahun 2008 hingga
tahun 2012, serta deskripsi singkat mengenai program unggulan ternak domba terpadu. Jika melihat roadmap tersebut nampak ideal dan secara
rasional dapat diwujudkan, namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa program tersebut tidak berlanjut dan tidak jelas pertanggung
jawabannya di masyarakat. Gambar 9. Roadmap
– Pengembangan Ternak Domba terpadu. Sumber: Chevron, 2010
Tahun 2008 Tahun 2009
Tahun 2010 Tahun 2011
Tahun 2012
Pola Kemitraan
CGI-Dinsos- Uniga
Pemanfaatan Limbah
Pakan ternak Pupuk
organik Pestisida
organik
Pengembangan ekonomi mikro
Produksi Pupuk Organik
biopestisida Uji coba
kandungan hara
Uji coba komoditas
kentang, kubis tomat
Penguatan ekonomi
Tabungan peternak
Corporate Farming
Pertanian organik
210
Tabel 28. Deskripsi
bidang unggulan
peningkatan ekonomi
masyarakat melalui pengembangan domba terpadu
Deskripsi
Mendorong Peningkatan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengembangan Ternak Domba Terpadu
– Pelatihan Teknis, Pendampingan Intensif dan Stimulan Usaha Ternak
Lokasi
Desa Barusari 2009, replikasi di Padaasih 2010, Pasirkiamis 2011
Keunggulan
Dilakukan berbagai pelatihan teknis penguatan kelompok ternak domba, komposting, bio pestisida pendampingan kelompok
secara intensif. Diharapkan terjadi peningkatan Pendapatan sekitar: 35, peningkatan jumlah domba : 75 ekor menjadi 230 ekor.
Melalui pembentukan Kelompok Usaha Bersama KUBE dan Tabungan Kelompok
Pretasi Juara ke 4 KUBE Prestasi Tingkat Nasional Dirjen Pemberdayaan Fakir miskin DEPSOS RI, dan Juara ke 3
Pendamping Berprestasi Tingkat Nasional. Pemberdayaan Fakir Miskin DEPSOS RI, Pembentukan Lembaga
Keuangan Mikro BMT “Berkah Darajat” Oct 2010 Produksi kompos sekitar 1.2 tonbulan
Direplikasi tahun 2010 di Desa Padaasih – 80 peternak Sumber: diolah dari PGPA-CE Sumber: Chevron, 2012.
Dalam melaksanakan kegiatan CSR-nya, CGI berupaya menggandeng organisasi atau lembaga swadaya masyarakat yang
memiliki keahlian di bidang pengorganisasian masyarakat atau pengembangan masyarakat. Kemudian pihak CGI memberi amanah
kepada LSM tersebut untuk melaksanakan kegiatan CSRnya, seperti pemberian amanah kepada LSM PUPUK Perkumpulan untuk
Peningkatan Usaha Kecil untuk membantu desa-desa di sekitarnya
211
yaitu diantaranya Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang menjadi desa Wisata. Fungsi CGI dalam kegiatan tersebut adalah:
Penyediaan dana untuk program tersebut, dengan pola penyaluran yang terbagi menjadi dua termin. Termin pertama
60 dan termin kedua sisanya 40. Fungsi pengawasan, pendampingan dan evaluasi program
bersama-sama dengan stakeholder terkait. Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang hingga
saat ini masih menjadi mitra dari PT. CGI dan masyarakat lokal adalah Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil PUPUK. PUPUK
merupakan organisasi non profit, independen dan bersifat non politis yang memposisikan fokus kegiatannya dalam bidang pengembangan
usaha kecil. Terkait dengan program pengembangan masyarakat, PUPUK berupaya mendorong usaha kecil dan menengah agar dapat
mengoptimalkan peranannya sehingga dari program pengembangan masyarakat tersebut dapat tercapai. Agar lebih dekat dengan lokasi
sasaran pengembangan
masyarakat, PUPUK
menempatkan perwakilannya di Perumahan Malayu Asri, Desa Mekarwangi
Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Pihak PT. CGI memahami bahwa bantuan yang bersifat
finansial semata akan menimbulkan ketergantungan di masyarakat dan pemerintah lokal. Bantuan yang bersifat finansial tersebut dilakukan
pada awal-awal PT. Chevron hadir di masyarakat, dimana bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat dan pemerintah lokal yang
mengajukan usulan. Dampaknya adalah munculnya ketergantungan
212
masyarakat lokal dan pemerintah yang menjadi semakin tinggi kepada PT. CGI.
“Bedanya perusahaan dengan NGO sama-sama concern dengan di bidang pengembangan masyarakat. Kalau perusahaan harus
mengawinkan antara tujuan bisnis dan tujuan sosial. Kalau yayasan gak punya tujuan bisnis. Nah kalau kami, suka tidak
suka kami ini bisnis perusahaan.....satu kaki kami berada di etika bisnis dan satu kaki lagi berada di tujuan sosial. LSM
tidak memperhitungkan untung dan rugi. Saya pikir konsep tadi sampai sekarang ini masih valid. Sasaran kami ini...partner of
choice
mitra pilihan. Kami ingin juga mendukung program Chevron Geotermal yang mendukung lingkungan, masyarakat,
perundang-undangan. Bukan
bantuan finansial...tetapi
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap Chevron. Suatu saat kami tidak tahu akan hengkang dari Darajat.
” PP 2.
Pihak PT. CGI menyadari bahwa ketergantungan masyarakat lokal dan pemerintah lokal yang terlalu tinggi akan berbahaya bagi
masyarakat. Kemandirian masyarakat tidak akan pernah tumbuh, sehingga kemajuan dan kesejahteraan masyarakat akan sulit tercapai.
Suatu saat PT. CGI akan hengkang dari wilayah kecamatan Pasirwangi, apabila joint contract tidak diperpanjang.
“Sasaran kedua, dimana pun Chevron berada, kita ingin meningkatkan standar kehidupan masyarakat. Yang ini kami
mix-
kan. Logical framework, pengembangan local economy development
LED untuk temen-temen UMKM tujuannya adalah menyiapkan kemandirian masyarakat. Kegiatannya ada
di Samarang, ada di Pasirwangi. Untuk kebutuhan dasar manusia
” PP 2.
213
Berdasarkan kondisi
perkembangan dan
munculnya ketergantungan masyarakat tersebut, maka sasaran kegiatan PT. CGI
adalah peningkatan standar kehidupan masyarakat. Program CSR dari PT. CGI mencoba fokus pada capacity building masyarakat, melalui
local economy development LED dan local business development
LBD, dengan sedikit demi sedikit mengurangi program yang bersifat bantuan sosial semata. Harapannya, tentu saja meningkatnya daya
kemandirian masyarakat sekitar. “Dalam diskusi dengan pihak pemda, seringkali kami coba
memberi pemahaman bahwa CSR itu tidak hanya semata pembangunan infrastruktur, tetapi juga capacity building. Kalau
bapak lihat ke atas Darajat kondisi infrastruktur relatif sudah memadai,
tetapi kalau
capacity building
economic development
masyarakat tidak dilakukan akan percuma. Sehingga dalam implementasinya seringkali kami berusaha
untuk menekankan pentingnya capacity building, walaupun ini memerlukan waktu dan proses yang bertahap. Tahun ini, ok
spending capacity building
besarnya 40 sisanya infrastruktur. Kemudian tahun depan capacity building terus meningkat
menjadi 50, 60 , dan 80, itu yang terus coba diupayakan. Memang saat ini belum bisa 100 ke arah pemberdayaan
masyarakat .Terkadang capai juga, hampir setiap tahun harus berjuang menjelaskan pemahaman tersebut. Kadang-kadang
beberapa pihak masih berfikir pembangunan infrastruktur lebih penting, namun pemahaman mengenai pentingnya peningkatas
kapasitas masyarakat terus kita lakukan.
” PP 2.
Penjelasan kepada masyarakat dan pemerintah oleh PT. CGI mengenai tujuan sasaran kegiatan tanggung jawab perusahaan harus
terus dilakukan. Saat ini memang kegiatan CSR PT. CGI, diakui oleh pihak perusahaan belum mencapai 100. Namun secara bertahap
alokasi dana yang diarahkan pada pengembangan masyarakat diupayakan harus terus meningkat setiap tahunnya. Dalam upaya
214
tersebut PT. CGI menggaet LSM PUPUK Perkumpulan Untuk Pengembangan Usaha Kecil Bandung, khususnya dalam peningkatan
usaha kecil dan menengah UKM. Ada komitmen PT. CGI untuk melibatkan beragam dan sebanyak mungkin stakeholder multi
stakeholder , dalam rangka kegiatan CSR kepada masyarakat lokal.
Pihak PUPUK pun mengakui kondisi yang dihadapi oleh PT. CGI, serta kondisi masyarakat sekitar wilayah kerja perusahaan tersebut.
Sebagaimana dikemukakan oleh koordinator PUPUK Garut, yaitu “mereka kan punya platform yang harus ditangani secara baik di
bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Untuk pendidikan sudah ada kerjasama dengan Asgar Muda dalam bidang super
camp
yang intinya kaya bimbel untuk anak-anak SMA khususnya bagi kelas 3 yang akan melanjutkan ke perguruan
tinggi. Lalu Chevron juga ada membuka beberapa sekolah, jadi untuk masalah pendidikan Chevron sudah ada concern di
kecamatan Pasirwangi khususnya terutama untuk fasilitas pendidikan. Kesehatan yang sampai sekarang juga masih
berjalan seperti donor darah, dulu tahun 2009 juga pernah ada survei di daerah Pasirwangi tentang masalah penyakit TBC,
dilakukan bekerjasama dengan NGO lain. Setelah dilakukan survei langsung dilakukan penanggulangan jumlah yang terkena
TBC menurun. Itu di kesehatan, nah ekonominya dulu Chevron itu memberikan bantuan berupa dana cash tapi dampaknya
kurang terasa di masyarakat, makanya setelah itu kita PUPUK diajak bergabung.
” LS 1.
Selain alasan itu, apabila dicermati kondisi sumber daya manusia PGPA PT. CGI, maka dapat dipahami tuntutan untuk bekerja
dengan berbagai pemangku kepentingan multi-stakeholder dalam rangka pengembangan masyarakat. kebutuhan akan tenaga ahli yang
memiliki kompetensi dan keterampilan khusus dalam bidang pengembangan masyarakat. Sejak saat itulah pola bantuan yang lebih
215
bersifat social asistance sedikit demi sedikit diubah ke arah pemberdayaan masyarakat, yang bersifat memandirikan masyarakat.
Tantangan lain yang dihadapi oleh PT. CGI dan mitra lainnya, termasuk LSM PUPUK, adalah banyak program-program sebelumnya
di luar PT. CGI, seperti kredit usaha tani KUT, inpres desa tertinggal IDT, dan program-program lainnya yang lebih bersifat charity.
Sehingga setiap ada program yang berasal dari PT. CGI Chevron Geothermal Indonesia, masyarakat menganggap program tersebut
sebagai hibah. Artinya, masyarakat bebas menentukan bantuan yang telah diterima untuk dipergunakan sesuka hati mereka. Pola tersebut
sudah berjalan cukup lama, sehingga memunculkan tingkat ketergantungan yang tinggi dari masyarakat kepada PT. CGI. Kondisi
tersebut diperparah dengan minimnya peran dan fungsi pemerintahan yaitu desa, kecamatan dan kabupaten dalam memberdayakan
masyarakat sekitar wilayah kerja PT. CGI. Hal tersebut dapat pula dipahami karena minimnya anggaran kegiatan serta kreativitas untuk
kesejahteraan masyarakat. “kalau yang dulu kan setiap ada program dari Chevron
anggapan masyarakat itu dananya hibah aja. Nah kita coba ubah polanya. Kita libatkan unsur msyarakat. Kalau dulu yang tahu
adanya dana bantuan cuma beberapa orang aja tapi setelah kita masuk, kita usahakan minimal RT RW tahu kalau ini ada dana
bantuan dari Chevron. LS 1. Kemudian tidak banyak masyarakat yang mengetahui mengenai
adanya dana untuk program pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh PT. CGI kepada masyarakat. Hanya segelintir orang saja yang
mengetahui adanya bantuan tersebut, bahkan pada beberapa desa
216
cenderung membatasi agar tidak banyak orang tahu tentang dana bantuan tersebut.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya diupayakan tidak hanya beberapa orang saja yang mengetahui adanya dana tersebut.
Setidaknya para pengurus RT dan RW sedesa juga mengetahui dana tersebut, agar merangsang warga masyarakat mengusulkan kegiatan.
Masyarakat mulai mengetahui tersedia dana bantuan untuk program untuk setiap desa di kecamatan Pasirwangi, dan kecamatan Samarang
yang diberikan oleh PT. CGI. Sehingga masyarakat dapat mengajukan permohonan penyaluran dana tersebut dengan mengajukan permohonan
kepada kepala desa. Artinya kepala desa lah yang seringkali menjadi penentu penyaluran dana tersebut kepada masyarakatnya. Persoalan
berikutnya yang muncul adalah sikap kepala desa dan aparat desa lainnya seperti LPM yang kurang jujur dan akuntabel dalam
mengelola dana bantuan program tersebut. Dalam beberapa kasus, jika kepala desa sifatnya keras kepala, maka dana untuk program tersebut
tidak akan turun. Bahkan dalam kasus tertentu timbul konflik internal pemerintahan desa yang juga mempengaruhi kelancaran bantuan yang
akan diberikan. “Kita kasih arahan minimal dikelompok binaan satu atau dua
ada yang jadi, ada yang jalan. Kalau di Sirnasari Samarang yang tahun ke duanya itu tidak jalan, iya-iya aja tapi tak
diberikan. Seperti yang untuk usaha pangan olahan ibu-ibu PKK kita sudah minta bantuan dana tidak dikasih padahal usaha itu
sudah memiliki pasaran yang bagus. Ibaratnya mereka produksi sudah ada tempat untuk memasarkan dan prospeknya bagus,
tapi ya itu masalahnya tidak disupport oleh kepala desa, hem bukan kepala desa aja sebenarnya ada seperti timlah di desa itu
termasuk LPM juga. LS 1.
217
Kepala desa memegang peranan penting dan menentukan besaran dana yang akan diberikan dari usuan yang diajukan oleh
masyarakat. Oleh karena itu bukanlah hal yang mengherankan jika kepala desa tertentu, akan sulit ditemui baik oleh warganya, apalagi
oleh tamu-tamu luar desa. Warga masyarakat hanya dapat menemui ‘pak ulis’ sekretaris desa untuk urusan pelayanan masayarakat.
Kondisi tersebut banyak dikeluhkan oleh warga masyarakatnya. Sehingga tidak jarang masyarakat berpendapat ‘miring’ kepada
pemerintahan lokalnya. “Jadi sebenarnya kepala desa tadi itu kaya yang ngerti
pemerintahan tapi sebenarnya tidak. Sebenarnya yang jadi otaknya itu LPM yang mengatur. Istilahnya LPMnya ini lincah
gitu, ngomong di depan iya tapi dibelakang beda. Sampai saat ini juga sekdes dengan kepala desa tidak akur. Rapat ada,
kegiatan ada tapi tidak pernah dilibatkan. Jadi sekdes ada, tapi seperti dianggap tidak ada oleh kepala desanya. Padahal
sekdesnya itu sudah PNS, nah makanya itu si kepala desa juga ga bisa memecat sekdesnya. Karena itu kan langsung
penunjukannya ya jadi ada konfliklah dipemerintahannya.
” LS 1.
Sebagaimana hasil wawancara dengan informan lainnya, bahwa
ternyata hambatan yang muncul justru dari pemerintahan lokal yang tidak siap dalam menjalankan program CSR yang disalurkan
pendanaannya melalui pemerintahan desa. Ketidaksiapan pemerintahan desa dalam mengelola dana CSR PT.CGI merupakan tantangan
tersendiri yang harus dihadapi oleh PGPA PT. CGI serta mitra kerjanya dalam memberdayakan masyarakat.
Demikian pula pemahaman yang berbeda mengenai CSR dari pemerintah daerah juga merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh
PT. CGI dan mitra pengembangan masyarakatnya PUPUK.
218
Sebagaimana dikemukakan oleh community engagement spesialist PT. CGI, sebagai berikut:
“Yang paling krusial adalah pemahaman konsep CSR yang belum sama dari berbagai pihak. ya mohon maaf ya, seringkali
kalau bertemu berdiskusi beberapa pihak terutama dengan pihak pemerintah saya seringkali mengkritik mereka. kebetulan
barusan saya mengikuti musrenbang. Itu konsep mengenai pemberdayaan saja tidak sama. Bagi beberapa pihak, makna
CSR adalah
“proyek” project based, sehingga terkesan sangat dangkal. Namun demikian, Saya tidak melihat ini sebagai
kendala, tetapi sebagai peluang dan tantangan. Ini menurut saya yang paling krusial. Dan itu terjadi di semua lapisan, terdapat
pemahaman yang berbeda mengenai permberdayaan CSR. Perkembangan atas pemahaman CSR pemberdayaan masih
memerlukan waktu.
” PP 2. Memang akan merupakan kendala sekaligus tantangan untuk
mendapatkan pemahamaan yang sama antara PT. CGI, masyarakat, dan pemerintah daerah kabupaten, kecamatan, dan desa dalam melihat
CSR. Dengan pemahaman yang berbeda antara masing-masing pihak, dapat diperkirakan bahwa sesungguhnya masing-masing pihak
memiliki harapan yang berbeda dengan adanya program CSR tersebut. Khususnya masyarakat memiliki sejarah perkembangan dan latar
belakang kondisi sosial ekomoni dan budaya yang sangat berbeda dengan perusahaan dan pemerintah. Demikian pula pemerintah daerah
Kabupaten Garut, dengan kondisi APBD yang tidak terlalu besar sekitar 1,4 triliun , yang sebagian besar 70 dialokasikan untuk
dana pengeluaran rutin dan belanja pegawai, maka tinggal tersisa 30 yang digunakan untuk pembangunan. Jelas, dengan anggaran
pemerintah daerah yang minim tersebut, sulit mengharapkan peran pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena
219
itu keterlibatan swasta, termasuk perusahaan multinasional, seringkali menjadi tumpuan masyarakat dan pemerintah daerah itu sendiri.
Muncul kesan bahwa pemerintah daerah membiarkan terhadap apa yang dilakukan oleh PT. CGI dan mitranya melalui program CSR.
Pihak pemerintah daerah cenderung membiarkan dan tidak turut campur bahkan lepas tangan dengan apa yang dilakukan oleh Chevron.
Ketidakberdayaan pemerintah ini terlalu nampak di hadapan masyarakat, manakala PT. CGI dan mitra LSMnya bekerja membantu
masyarakat melalui kegiatan pengembangan masyarakat. Dalam kesempatan tertentu, bahkan pemerintah daerah terkadang meminta
jatah dari kegiatan CSR dan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. CGI kepada masyarakat. Sesuatu yang sangat ironis, dimana
seharusnya pemerintah daerah yang paling bertanggung jawab terhadap pembangunan masyarakat di daerahnya, tetapi sebaliknya bertindak
sebagai peminta sumbangan atau jatah dari kegiatan CSR PT. CGI. “Sedangkan dengan pemerintah daerah, nampaknya pemda
Garut, relatif membiarkan. Masih banyak tantangan yang harus dicermati ketika berhadapan dengan pemerintah kabupaten.
Atau tidak turut campur dengan apa yang dilakukan oleh PUPUK bersama dengan Chevron. Belum ada regulasi yang
jelas dari pemda yang mengatur tentang kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Pemerintah kabupaten
cenderung ‘lepas tangan’ dengan apa yang dilakukan oleh Chevron dan PUPUK, bahkan cenderung pemerintah kabupaten
cenderung ‘minta bagian’ jatah, dari apa yang kita lakukan
bersama masyarakat.” LS 1 LS 2. Pemerintah daerah dapat saja berinisiatif mengembangkan
kerjasama dengan
PT. CGI.
Misalkan pemerintah
dapat mengembangkan peraturan atau kebijakan mengenai pengelolaan
bersama pengembangan masyarakat dengan PT. CGI. Bagi PT. CGI
220
ada atau tidaknya aturan mengenai CSR, maka pihak perusahaan akan tetap melakukan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.
Sementara itu pemerintah seharusnya dapat secara jeli dan cermat mengidentifikasi dana alokasi pembagian pusat dan daerah, yang
bersumber dari pajak perusahaan PT. CGI. Penggunaan dana tersebut dapat diprioritaskan untuk masyarakat sekitar wilayah PT. CGI, yang
paling terkena dampak dari operasional perusahaan. “Sesungguhnya, sudah menjadi tanggung jawab kami bergerak
dan melakukan
program pengembangan
masyarakat berdasarkan
“chevron way”. Memang terkadang masih ada beda persepsi, namun kami yakin bahwa suatu saat kami akan
memiliki pemahaman yang sama. Pemerintah sudah bisa memahami program, focus dan kondisi Chevron, demikian juga
masyarakat melalui komunikasi yang intensif menggunakan channel
yang ada. Yang penting bagi kami adalah tidak semata -mata output program, bukan sekedar berhasilnya program
tersebut, tetapi terdapat perubahan perilaku dari pemerintah dan masyarakat dari setiap program yang dijalankan. Sebelumnya
pengembangan masyarakat hanya infrastruktur saja, sedikit demi
sedikit mulai
ada perubahan.
Yaitu program
pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, berjangka panjang, yang sustain. Harapan kami, ketika suatu saat Chevron
tidak ada lagi di sini, masyarkat sudah siap dengan kondisi ini. Maaf ya.pak, kami ini perusahaan yang suatu saat tidak lagi
berada di sini karena sesuatu dan lain hal, sehingga yang diperlukan adalah mempersiapkan masyarakat.
” PP 2.
Pihak perusahaan akan terus mengembangkan dialog dan komunikasi dengan berbagai stakeholder khususnya pemerintah dan
masyarakat. PT. CGI menyadari bahwa kegiatan pengembangan masyarakat sudah menjadi tanggung jawab mereka, sesuai dengan etika
bisnisnya yaitu ‘chevron way’. Perbedaan persepsi yang muncul
diantara masyarakat dan pemerintah, pihak perusahaan berkeyakinan
221
suatu saat akan terdapat pemahaman yang sama mengenai program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. CGI. Dalam setiap
pertemuan dan dialog, diharapkan terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, terjadi peningkatan pemahaman yang terus meningkat, serta
perubahan perilaku yang lebih baik pula. Pola dan mekanisme yang dikembangkan oleg PT. CGI bersama
dengan mitra adalah pola pendampingan dana CSR yang disetor kepada desa-desa di kecamatan Pasirwangi dan kecamatan Samarang. Ada
kemungkinan bahwa dana yang disetor ke desa tersebut awalnya adalah untuk meredam gejolak dan aksi tuntutan masyarakat kepada PT.CGI.
Kemudian PT. CGI, sejak tahun 2009 menggandeng LSM PUPUK untuk melakukan pendampingan. Tujuan pendampingan adalah agar
dana yang diserahkan ke desa tidak hilang begitu saja, tanpa ada dampak perubahan yang positif di masyarakat. Peran yang dilakukan
oleh PUPUK sebagai mitra PT.CGI adalah mengarahkan agar dana tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat sasaran. Dana tersebut dapat
dipergunakan untuk permodalan usaha-usaha kecil yang kekurangan modal tetapi secara potensi sudah ada dan berkembang di masyarakat.
“kita PUPUK bertanggungjawab untuk melakukan pendampingan, Chevron sebagai pemberi dana. Untuk lebih
jelasnya seperti ini, Chevron itu memiliki dana untuk desa, nah gimana caranya dana tersebut jangan sampai masuk ke desa lalu
hilang tanpa adanya dampak sama sekali. Lalu peran PUPUK adalah untuk mengarahkan agar dana tersebut menjadi tepat
guna melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Jadi begitu masuk ke desa kita buat kesepakatan dengan pemerintah
desa dan tokoh-tokoh masyarakat baru setelah itu dana diturunkan. Dana untuk program sepenuhnya dikeluarkan oleh
Chevron 100 full langsung masuk ke desa. Kita PUPUK tidak mencampuri karena kita kan sudah ada dana sendiri untuk
222
pelaksanaan pendampingan atau istilahnya untuk jasa pendampingan yang kami lakukan. LS 1.
Sedangkan sumber dana pendampingan untuk LSM PUPUK
tidak berasal dari dana sumbangan CSR yang ada di desa. Kemudian dana pendampingan untuk PT. PUPUK bersumber secara khusus dari
PT. CGI tidak mencampuri dana yang ada di desa. Untuk program pendampingan yang dilakukan di desa-desa se-kecamatan Samarang
dikenal dengan LED, singkatan dari local economic development. Sedangkan untuk desa-desa di kecamatan Pasirwangi disebut dengan
I3E, yaitu initiative, economic, engagement and empowerment. Pola LED dan I3E yang berbeda, juga pola pendanaan serta maping
permasalahannya juga berbeda. Namun untuk kegiatan dan cara-cara pendampingannya tetap sama. Sebagaimana dikemukakan oleh
infoman sebagai berikut: “...emm sebenarnya itu judulnya saja sih, kalau diproposal sih
pendampingan untuk program pemberdayaan masyarakat di wilayah dampingan Chevron. LED itu muncul sekarang-
sekarang. Di Samarang disebut LED di Pasirwangi disebut I3E initiative, economic, engagement, empowerment dengan
sumber dana yang berbeda, kalau LED itu didanai oleh Chevron Darajat, kalau I3E didanai oleh Chevron pusat yang di Amerika.
Dan titik masuknyapun berbeda, kalau LED berdasarkan ajuan dari pihak kepala desa, kalau I3E dari temuan-temuan PUPUK
atau istilahnya murni dari mapping yang dilakukan PUPUK setelah itu dilaporkan ke Chevron pusat, lalu langsung
dieksekusi oleh PUPUK. Kalau LED kan diajukan oleh kepala desa, di-approve Chevron lalu diperintahkan kepada PUPUK
untuk mengecek di lapangan bener apa enggak, selanjutnya dari kami melaksanakan FGD setelah fix semua baru kita jalankan.
Sebenarnya kalau menurut prosedur bagusan yang pakai maping yang dari desa dulu, tapi kalau melihat dari pola bagusan yang
langsung dari PUPUK karena kegiatannya jelas, tapi
223
kekurangannya ya banyak kepala desa atau tokoh-tokoh yang tidak tahu kalau ada program.
” LS 1. Melalui pola LED, maka usulan kegiatan berasal dari usulan
para kepala desa sekecamatan Samarang yang bersumber dari pelaku usaha dan tokoh masyarakat masing-masing, kemudian sumber
pendanaannya berasal dari Chevron Darajat langsung. Sedangkan pola I3E yang di kecamatan Pasirwangi, sumber pendanaan berasal dari
kantor pusat Chevron di Amerika Serikat, kemudian usulan kegiatan berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh PUPUK di setiap desa di
kecamatan Pasirwangi. Kelebihannya dengan menggunakan jalur LED, adalah bahwa secara prosedur lebih baik dan diketahui oleh masyarakat
pengusul dan kepala desa. Sedangkan kekurangannya adalah, seringkali kegiatannya tidak jelas.
Kemudian dengan menggunakan I3E, secara prosedur tidak melalui desa. LSM PUPUK langsung turun ke desa-desa melakukan
pemetaan kelompok-kelompok usaha potensial. Hasil dari pemetaan tersebut kemudian dilakukan kajian tetang kelaikan usaha dari produksi
hingga pemasarannya, serta manajemen keuangannya. Setelah dipastikan laik, kemudian PUPUK mengajukan pendanaan kepada PT.
CGI. Keunggulan pemetaan oleh PUPUK adalah kegiatan usahanya jelas dan terukur. Kelemahannya adalah, kegiatan usaha kecil kurang
tersosialisasi dengan baik di tingkat desa. Tidak banyak masyarakat yang tahu tentang program I3E tersebut di desa-desa kecamatan
Pasirwangi. Tentu kondisi tersebut tidak menguntungkan dari sisi pemahaman masyarakat lokal dan pemerintah lokal tentang program
CSR dari PT. CGI.
224
Kemudian dalam pengembangan ekonomi masyarakat lokal sekitar wilayah operasi, PT. CGI melakukan kerjasama dengan LSM
PUPUK. Setiap kegiatan yang ada dalam alur perusahaan akan bersinggungan dengan masyarakat yang ada di lokasi PT. CGI.
Kehadiran perusahaan di suatu wilayah dimana dampak ini dapat positif atau negatif. Sehingga banyak persoalan yang muncul untuk
membangun daya saing. Pengembangan ekonomi yang berhasil adalah proses perbaikan terus-menerus, sehingga lingkungan usaha meningkat,
memungkinkan bertambahnya kecanggihan cara bersaing. Untuk itu perlu pergeseran atau penambahan peran dunia usaha
terhadap isu sosial CSR antara lain : Mempertimbangkan kepentingan bersama perusahaan dan
masyarakat Memberikan dampak sosial yang paling besar
Memadukan strategi perusahaan dan masyarakat Serta fokus pada kegiatan atau program yang memberikan
dampak strategis
Program kerjasama yang dibangun antara PUPUK dan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. CGI di Kabupaten Garut adalah
memfasilitasi program CSR CGI bagi masyarakat yang berada di sekitar areal operasi CGI. Daerah-daerah sebagai wilayah dampingan
tersebut, selanjutnya merupakan titik masuk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tempatan serta daya saing Kabupaten Garut.
Bagi pihak CGI sendiri, peningkatan kemakmuran masyarakat yang ada di sekitar wilayah operasi CGI tentunya akan meredam ‘tekanan sosial’
masyarakat kepada perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan
225
daya saing perusahaan karena dapat beroperasi dengan aman tanpa hambatan-hambatan sosial dari masyarakat setempat.
Program bantuan CSR CGI yang bersifat charity dan tidak sustainable
, sedikit demi sedikit mulai dikurangi dan tidak menutup kemungkinan akan ditinggalkan. Namun demikian dalam prakteknya
relatif sulit dan masih membutuhkan waktu, agar masyarakat yang berada di wilayah dampingan siap untuk beralih pada program-program
pemberdayaan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Di lain pihak, agar seluruh masyarakat yang berada di wilayah
dampingan CGI tergerak untuk terlibat dalam program CSR di bidang ekonomi membutuhkan keberadaan desa-desa pionir pelopor yang
dapat dijadikan contoh bagi desa-desa lainnya khususnya dalam wilayah kerja Ring Satu CGI untuk melihat bukti-bukti keberhasilan
success story. Pada tahun 2008 hingga 2009, CSR CGI bekerjasama dengan
PUPUK Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Bandung telah memfasilitasi 2 desa Sukalaksana dan Sukakarya untuk bergerak
dalam program pengembangan ekonomi, dan berlanjut pada tahun 2009 hingga pertengahan 2010 terhadap 4 desa di Kecamatan Samarang
yaitu Sukalaksana, Sukarasa, Sirnasari dan Cisarua. Selanjutnya pada pertengahan 2010 hingga akhir 2010 akan melanjutkan perkuatan dan
inisiasi program ekonomi pada 4 desa terdahulu dan beberapa desa baru lainnya dalam konteks Program Pengembangan Ekonomi Lokal CSR
CGI. Program pengembangan ekonomi lokal yang telah dilaksanakan
mulai pertengahan tahun 2008 hingga akhir tahun 2010 kembali akan digulirkan oleh CSR CGI bekerjasama dengan PUPUK Bandung di
226
beberapa desa di Kecamatan Samarang. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal PEL ini sebagian merupakan program penguatan
lanjutan dan memunculkan prakarsa inovatif lainnya serta inisiasi pengembangan ekonomi lokal baru untuk beberapa desa. Namun
demikian, dalam konteks lebih besar khususnya dalam upaya meningkatkan daya saing lokal tidak terlepas dari wilayah sekitarnya
regionalisasi. Kegiatan inovatif yang akan dilakukan oleh PUPUK akan memperkuat titik masuk entry point serta titik ungkit leverage
effect yang memberikan multiplier effect dalam bidang ekonomi secara
lebih luas lagi. Hal strategis lainnya khususnya bagi agenda meningkatkan daya saing jangka panjang sustainable development.
Selain itu, membangun agenda kolaboratif multi stakeholder tetap dijalankan karena modal sosial yang sudah dibangun selama ini
menjadi investasi yang krusial dan menjadi dasar kolaborasi dan sinergi semua pihak baik pelaku usaha, perusahaan, pemerintah, serta lainnya.
Program kolaboratif multi stakeholder ini nantinya akan mengusung tema besar yang spesifik serta menjadi ‘daya ikat’ para
pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya. Tema yang menjadi isu ekonomi strategis dan prakarsa kolaboratif sebagai titik masuk
program akan dituangkan dalam Pendekatan Klaster Industri. Sejauh ini dari proses interaktif yang dilakukan oleh Tim PUPUK tema klaster
industri spesifik yaitu eco-tourism atau wisata lingkungan yang terdiri dari belanja, alam, kerajinan, pertunjukan, pangan olahan, seni dan
budaya yang menonjolkan keunikan atau daya saing lokal dengan pendekatan industri kreatif. Tema wisata akan menjadi perekat bagi
aktivitas-aktivitas ekonomi produktif di wilayah sasaran.
227
Program kolaboratif multi stakeholder ini dengan kata lain akan mengintegrasikan potensi-potensi ekonomi dari desa-desa wilayah
dampingan CGI yang lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal yang berkelanjutan sekaligus upaya
awal untuk meningkatkan daya saing wilayah di Kabupaten Garut. Sejumlah kegiatan CSR dan pengembangan masyarakat telah
dan sedang berikut capaiannya yang dilakukan oleh PT. Chevron
dengan mitranya LSM PUPUK, antara lain:
1. Munculnya potensi produk unggulan yang inovatif di setiap desa yang sekaligus menjadi produk unggulan dan menjadi kebanggaan
wilayahnya, yaitu: a. Desa Sukakarya: Tenun akar wangi, Kerajinan dari
pemanfaatan limbah akar wangi dan Desa Wisata b. Desa Sukalaksana: Kerajinan akar wangi dan Desa Wisata
c. Desa Cisarua: Pangan olahan dodol waluh dan sale kesemek d. Desa Sukarasa: Pangan olahan rangginang, sabun aroma
therapy akar wangi dan besek unik
e. Desa Sirnasari: Pangan olahan kerupuk belut, padi jepang dan paper bag
2. Terbukanya akses pasar bagi seluruh produk unggulan seperti: a. Kerajinan handycraft akar wangi bekerjasama dengan
Lufapak dari Jerman dan Toko Astiga dari Garut. b. Produk pangan olahan bekerjasama dengan Toko Primarasa
dari Garut. c. Kerajinan besek unik bekerjasama dengan Chocodot dari
Garut.
228
d. Paper bag bekerjasama dengan Chocodot, Kampung Sampireun serta beberapa perusahaan lainnya dari Garut.
e. Sabun akar wangi sudah dinantikan produknya oleh pihak hotel yang ada di Cipanas dan Kampung Sampireun, Garut.
f. Padi Jepang bekerjasama dengan Koperasi Satoro dari Bogor.
g. Desa Wisata bekerjasama dengan Kampung Sampireun. 3. Tumbuhnya transaksi sebagai dampak dari terbukanya akses pasar.
Beberapa produk sudah menunjukkan transaksi yang sustainable dan menunjukkan kecenderungan peningkatan seperti paper bag
dan besek cantik. 4. Munculnya kelembagaan ekonomi lokal di setiap desa, dalam
bentuk Koperasi Warga Desa merupakan potensi penting untuk menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat di desa.
5. Munculnya wirausaha baru terutama dari generasi muda yang menjadi salah satu harapan untuk mengungkit tumbuh dan
berkembangnya industri kreatif di wilayah dampingan. Bahkan, dua wirausaha muda sebagai wakil dari Samarang menjadi
pemenang Program Technopreneurship dari Kementrian Pemuda dan Olahraga, Jakarta.
6. Munculnya prakarsa inovatif lokal untuk membangun kolaborasi dalam konteks kelembagaan. Hadirnya kelembagaan yang
dipelopori generasi muda lokal, yaitu SCC Samarang Creative Community
menjadi embrio untuk membangun kolaborasi semua stakeholder untuk mengembangkan industri kreatif di Kecamatan
Samarang dan Kabupaten Garut. 7. Tumbuhnya prakarsa inovatif lokal untuk menggali potensi
keunikan dan kearifan lokalnya sebagai daya tarik wisata. Gagasan
229
Desa Wisata merupakan inovasi penting dari Desa Sukalaksana yang akhirnya menjadi tema sentral program.
8. Terbukanya kolaborasi dari beragam stakeholder. Tercatat mulai dari instansi pemerintah Pemda, Dinas, Kementrian, dll, lembaga
bisnis Chocodot, Kampung Sampireun, Primarasa, dll, lembaga lokal-internasional Kadin Kota Tasik, Lufapak, dll. Semuanya
merupakan potensi kolaborasi yang menjadi kekuatan untuk turut mengembangkan kegiatan ekonomi di wilayah dampingan CGI.
9. Munculnya tema Desa Wisata dan Industri Kraetif merupakan proses belajar social yang melibatkan stakeholder yang ada di
desa-desa di wilayah dampingan. Pemilihan tema ini terbukti dapat mengikat beragam produk unggulan yang ada di setiap desa dan
memungkinkan terjadinya business linkage yang melibatkan semua desa binaan dari CSR Chevron GI, Ltd.
10. Munculnya dukungan dari kelembagaan pemerintah, baik dari Kabupaten, Provinsi hingga pusat Jakarta. Beberapa program
yang sedang dikembangkan di wilayah dampingan ternyata menjadi perhatian penting pemerintah seperti; pangan olahan
kesemek Wk.
Bupati Garut
sangat concern
terhadap pengembangan produk kesemek, desa wisata, paper bag hingga
pemanfaatan akar wangi minyak, tenun, handycraf dan pemanfaatan limbah.
230
Tabel 29. Deskripsi bidang unggulan local economic development
LED dan initiatives economic engagement and empowering
I3E
Deskripsi Mendorong Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Melalui Pengembangan UMKM Tempatan –
Pelatihan Teknis, Pendampingan Intensif dan Stimulan Usaha
Lokasi Kec. Samarang 2008
– sekarang dan Pasirwangi 2010
– sekarang Keunggulan dan proses kegiatan
Munculnya berbagai produk UMKM, total sekitar 50 produk. Upaya yang dilakukan adalah pelatihan teknis diversifikasi produk, kualitas,
desain, kemasan, manajemen usaha, Sertifikasi IRT, Depkes, Akses Pemasaran pameran, temu bisnis, pemberian stimulus usaha serta
Pendampingan Intensif di Lapangan oleh tenaga ahli.
Peningkatan pendapatan sekitar 40-50 dari produk UMKM, yaitu handyraft
akar wangi dan program desa wisata di desa Sukalaksana, dodol waluhnangka dan sale kesemek di desa Cisarua, sabun aroma
therapy akar wa ngi, ranggicok, dan ‘besek’ unik di desa Sukarasa
dan paper bagpackaging house, padi jepang dan kerupuk belut di desa Sirnasari. Dengan demikian diharapkan membuka lapangan
kerja baru dan menciptakan wirausaha Memperluas jaringan pemasaran, baik lokal dan Garut beberapa
outlet oleh-oleh – Primarasa, Chocodot, serta luar daerah
Jabodetabek, Batam Sumber: Diolah dari PGPA-CE Sumber: Chevron, 2012.
Dengan demikian, maka untuk mengembangkan potensi yang telah dibangun oleh program sejak tahun 2008 serta kemungkinan
bertambahnya desa binaan, maka program yang akan dilaksanakan pada tahun 2010 ini akan focus pada beberapa aspek strategis, yaitu:
231
1. Mempertahankan dan meningkatkan nilai transaksi untuk beberapa produk yang telah terjalin business linkage dengan cukup baik.
2. Memfasilitasi dan memperkuat business linkage untuk beberapa produk yang masih berada pada tahap awal perintisan transaksi.
3. Menumbuhkan dan memperkuat kolaborasi kelembagaan dengan beragam stakeholder lokal dan regional.
4. Menumbuhkan dan memperkuat prakarsa inovatif lokal, baik di tingkat
pelaku usaha
individu maupun
kelembagaan KoperasiKowades sebagai potensi pelaku ekonomi di wilayah
dampingan. 5. Tema Wisata dan Industri Kreatif menjadi tema sentral kegiatan
sebagai titik masuk program di setiap desa binaan. Sebagaimana yang dilakukan oleh PT. Chevron Geotermal Indonesia
bersama beberapa mitra LSM lokalnya, Frynas 2009: 109 juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memang
secara khusus mendukung kegiatan-kegiatan kesehatan, pendidikan dan peningkatan usaha kecil dan menengah small and medium enterprises
bagi wirausaha lokal. Diantara perusahaan tersebut berdasarkan data tahun 2006 Frynas, 2009: 107 adalah Petrobras Brasil, Total
Perancis, Exxon USA, Shell UK, BP UK, ENI Itali dan Chevron USA.
3. Respon Perusahaan Menghadapi Masyarakat