234
menunjukkan bahwa dalah kurun waktu 10 tahun terakhir setelah perusahaan-perusahaan menggelar program CSR dan community
development, terjadi penurunan yang cukup tajam berkaitan dengan
jumlah dan intensitas konflik dengan perusahaan Prayogo, 2011: 14.
4. Tantangan dan Hambatan yang dihadapi dalam Pelaksanaan CSR
Hambatan yang sering ditemui oleh pihak PT. CGI dalam membangun relasi dengan masyarakat lokal dan pemerintahan setempat
melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan adalah pemahaman yang berbeda dari berbagai pihak mengenai konsep CSR. Di kalangan
pemerintah daerah, mereka memandang CSR yang dikeluarkan PT. CGI merupakan proyek bagi-bagi. Pemahaman pemerintah daerah yang
mengemuka atau muncul dalam kegiatan Musrenbang musyawarah perencanaan pembangunan yang diselenggarakan oleh Bappeda
kabupaten Garut sangat terbatas. Pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. CGI dianggap sebagai pembagian jatah. Sehingga setiap ada
kegiatan musrenbang yang diikuti selalu oleh PT. CGI, pihak perusahaan selalu khawatir dan sedih dengan kondisi pemahaman pihak
pemerintah daerah Garut. Pihak perusahaan selalu diposisikan sebagai ‘sapi perah’ saja. Dalam kesempatan tersebut pihak PT. CGI tidak
henti-hentinya menjelaskan siapa sebenarnya mereka, apa dan peran apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam rangka pengembangan masyarakat. Yang paling krusial adalah pemahaman konsep CSR yang
tidak sama dari berbagai pihak. ya mohon maaf ya, seringkali kalau bertemu berdiskusi dengan pihak pemerintah, saya harus
235
mengkritik mereka. kebetulan barusan saya mengikuti musrenbang. Itu konsep mengenai pemberdayaan saja tidak
sama. Bagi mereka konsep CSR adalah proyek‘bagi-bagi’ pembagian jatah, pemahamannya masih sagat terbatas. Saya
tidak melihat kendala, tetapi tantangan. Ini menurut saya yang paling krusial mengenai pemahaman CSR atau pemberdayaan .
Dan itu terjadi di semua lapisan, terdapat pemahaman yang berbeda mengenai permberdayaan CSR. Perkembangan atas
pemahaman CSR pemberdayaan masih memerlukan waktu. PP 2.
Pemahaman mengenai CSR dan pengembangan masyarakat yang berbeda tersebut terjadi di semula lapisan masyarakat. Sehingga,
bagi PT. CGI hambatan dan kendala tersebut sekaligus menjadi tantangan bagi mereka untuk tidak henti-hentinya menjelaskan apa
yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembangan masyarakat tersebut. Pihak PT. CGI tidak mau
mengambil posisi peran pemerintah daerah sebagai penangggung jawab pembangunan daerah, yang mana pemda sesungguhnya berkewajiban
dalam mensejahterakan masyarakatnya. PT. CGI tidak menginginkan ‘adanya negara dalam negara’. PT. CGI memandang pemerintah daerah
adalah partner
mitra dalam
kegiatan pembangunan
dan pengembangan masyarakat. Sebagai mitra, maka pemerintah daerah
diharapkan dapat bekerja sama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya warga masyarakat yang berada di
ring 1 wilayah kerja PT. CGI, yaitu Kecamatan Pasirwangi. PT. CGI memahami bahwa kehadiran mereka di Kecamatan
Pasirwangi, jika dibandingkan dengan kondisi pemerintah daerah jelas terdapat perbedaan secara budaya, yaitu budaya perusahaan yang
mencari keuntungan ekonomis, dan pemerintah sebagai pelayan
236
kegiatan masyarakat. Bahkan dalam pandangan peneliti, perbedaan ekonomi, pendidikan dan karakter juga menjadi jurang perbedaan yang
cukup dalam antara perusaan dengan pemerintah daerah. PT. CGI selalu berupaya jujur dan bersih dalam melakukan kegiatan tanggung
jawab sosial dan pengembangan masyarakat. Namun ketika bersentuhan dengan pemerintah daerah, sekedar untuk mengurus
perijinan kegiatan saja misalnya, seringkali dijumpai praktik-praktik yang cenderung menghambat kegiatan tersebut. Oknum aparat
pemerintah seringkali meminta jatah atas kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. CGI. Praktik-praktik semacam itu seringkali dijumpai
manakala akan melakukan kegiatan yang bersentuhan dengan pemerintah daerah. Apabila dikonfrontir dengan pihak pemerintah
setempat, jawaban mereka umumnya adalah sudah sewajarnya pihak perusahaan memberikan sebagian keuntungannya, karena tidak akan
bangkrut. Bagi PT. CGI sebenarnya bukan persoalan besarnya dana, tetapi praktik semacam itu tidak sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.
“Hambatan pemerintah atau tantangan kami. Kami, Chevron ada di sini. Dengan pemerintah itu beda budaya. Kalau kami
kan ‘clear’, kita tidak berani sugak-sogok. Kadang kami stress
menghadapi pemerintah. Ini memang ngakal, tapi masih sesuai. Kita bikin perijinan, kalau tidak dikasih ya..gak diproses.
Akhirnya gimana caranya. Misalnya seharusnya 2000 mereka minta 5000, ya gak bisa. Makanya kita bisa melakukan
pembayaran kalau ada justifikasi yang jelas, misalnya ada rapat. Ya sudah kalau begitu dibuat saja rapat, rapat aja, baru kita
dapat danai. Tetapi nilai-nilai kami tetap kami sampaikan,
misalkan “pak kalau seharusnya. Contoh kami katakan “pak kalau bapak seharusnya 1000 kemudian minta 2000, itu tidak
bisa. Tapi kalau ada pekerjaannya, misalnya rapat, berapa jam, walaupun tak bertema. Tapi ada yaitu rapat. Dengan meeting itu
kita jadi tahu ....Jadi itu lah cara ngigeulanana disamping kita tetap menjaga nilai-nilai kita. Nanti mereka sadar, bagi mereka
237
mungkin sesuatu yang luar biasa, tetapi bagi kami itu hal biasa, bahwa kalau berhubungan dengan Chevron harus begitu. “PP
1. Bahkan beberapa kasus, konflik kepentingan terjadi di dalam
aparat pemerintahan itu sendiri. Seperti penyaluran dana CSR yang besarnya telah disepakati melalui FGD dengan anggota masyarakat di
suatu desa. Kemudian PT. CGI menyalurkan dana CSR sesuai dengan kebutuhan kegiatan dan besarnya dana yang telah disepakati melalui
rembug desa tersebut. Saat dana CSR tersebut telah disalurkan melalui kepala desa, tahap berikutnya adalah kelompok-kelompok usaha kecil
dan menengah KUKM mengajukan proposal kegiatan kepada kepala desa untuk pencairan dananya. Seringkali terjadi proses tersebut
menjadi hambatan, karena kepala desa menjadi sulit ditemui oleh warganya, atau kalau sudah ditemui pencairan dana menjadi sulit dan
berbelit. Kondisi tersebut banyak dikeluhkan hampir setiap warga di desa-desa yang memperoleh bantuan dana CSR yang penyalurannya
melalui kepala desa. “ .. tidak ada konflik, jadi konflik itu hanya ada di
pemerintahannya aja. Bahkan ada bayangan kalau tahun ini sirnasari tidak akan mengajukan CSR. Saya juga bingung
kenapa bisa begitu, padahal masyarakat juga tahu Chevron itu memiliki dana untuk membantu masyarakat. Ya kalau dari kami
PUPUK dan Chevron membiarkan saja, mungkin mau cari- cari masalah biar dana langsung turun dari Chevron, istilahnya
jalan pintaslah gitu padahal Chevron sekarang udah beda lebih tegas. Sekarang sudah tau peta wilayah khususnya yang rawan
konflik, jd kalau hanya Sirnasari aja ga sama desa-desa yang lain Chevron ya membiarkan saja.
” LS 1. Tantangan lainnya yang harus dihadapi oleh PT. CGI adalah
bagaimana memberikan pola pikir yang baik kepada masyarakat, serta
238
mira kerja lainnya. Pola pikir mindset tersebut terdiri dari keamanan, kejujuran, menghormati hak-hak asasi manusia, dapat dilakukan saat
para kontraktor-kontraktor lokal bekerja sama dengan PT. CGI. Jadi perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih mandiri dan maju
tersebut tidak hanya melalui program-program kegiatan CSR dan pengembangan masyarakat. Tetapi juga melalui interaksi-interaksi yang
terjadi antara antara pihak PT. CGI dengan berbagai pihak yang berkepentingan. Teladan dan contoh-contoh yang dilakukan oleh
seluruh karyawan, dan cara penerimaan pihak PT. CGI dan cara-cara kerja sama yang dilakukan; diharapkan dapat memberikan pengertian
dan pemahaman semua pihak yang bekerja sama dengan pihak perusahaan. Dampak lanjutannya adalah perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik dari masyarakat dan pemerintah. “Tantangannya adalah bagaimana memberikan pola pikir yang
baik kepada masyarakat. Juga kita menjalankan misi-misi kita bahwa CSR kita itu luas, tidak hanya sifatnya karitas saja.
Misalnya begini, di Chevron ini kan terkenal dengan savety- nya, banyak kontraktor lokal atau pengusaha lokal di sini
bekerja sebagai driver yang harus aman, pasti paham. Itu juga sama dengan menjelaskan tentang nilai-nilai yang kita anut. Itu
juga bagian dari CSR kita. Salah satunya karena perusahaan tersebut mengedepankan faktor keamanan, sehingga menang.
Ini juga mendeliver nilai-nilai kita, dan secara tidak langsung
akan menular kepada lainnya.” PP 1 Demikian
pula bagi
kontraktor-kontraktor lokal
yang memperoleh pekerjaan skala kecil dan sedang dari PT. CGI. Bagi
perusahaan kontraktor yang mengikuti tender yang diselenggarakan oleh PT. CGI, mereka harus mengikuti peraturan dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh peserta tender tersebut. Salah satu hal yang membuat para kontraktor lokal tersebut memenangkan tender adalah,
239
adanya jaminan akan keselamatan terhadap tenaga kerja yang sesuai dengan standar yang dimiliki oleh PT. CGI. Berdasarkan hal tersebut,
maka perusahan-perusahaan lokal lainnya pun berupaya memastikan adanya jaminan keselamatan dan keamanan tenaga kerjanya.
Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi transfer pengetahuan dan pemahaman diantara para perusahaan lokal, yang
berasal dari PT. CGI. Tantangan berikutnya adalah komitmen masyarakat atau
kelompok usaha kecil menengah yang masih belum terbangun dengan baik. Masyarakat masih memandang bahwa bantuan yang diperoleh
dari PT. CGI tersebut merupakan hibah. Jadi masyarakat atau kelompok usaha penerima bantuan merasa tidak berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut. “Hambatan atau tantangan yang kami pupuk hadapi adalah
komitmen masyarakat yang masih rendah. Mereka masih bertindak semaunya. Mereka masih berfikir apapun kegiatan
yang diberikan oleh Chevron adalah bantuan yang tidak perlu dipertanggung jawabkan. Kalau ingin maju, mari kita maju
bersama dengan mengikuti pola yang ada.” LS 1 LS 2.
Pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan dana CSR tersebut diperlukan untuk melihat ketepatan pengalokasian, dan
perencanaan keuangan. Agar dikemudian hari pihak PT. CGI dapat mengevaluasi dan menindaklanjuti dengan program pendampingan
yang lebih tepat. Kondisi kelompok usaha yang memperoleh bantuan, kemudian hingga kelompok usaha tersebut saat ini masih berjalan,
masih lebih baik komitmennya. Jika dibandingkan dengan kelompok usaha atau masyarakat lainnya yang memperoleh bantuan dana CSR,
tetapi tidak melanjutkan usaha atau kegiatannya tanpa informasi,
240
pelaporan dan pertanggungjawaban yang jelas. Sifat ketergantungan masyarakat lokal sekitar wilayah kerja PT. CGI, sebenarnya
ketergantungannya tidak hanya kepada perusahaan tersebut. Namun dalam kasus ini, dimana keberadaan PT. CGI dengan kombinasi
signifikasi, dominasi, dan legitimasi yang kuat diantara masyarakat dan pemerintah, disadari atau tidak cenderung membuat stakeholder
lainnya berharap banyak atau terlalu tinggi kepada perusahaan tersebut. Penyebabnya
komitmen masyarakat
rendah mungkin
pemahaman mereka yang masih rendah. Namun itu adalah proses. Bagaimana dengan faktor budaya. Mungkin kalau
persoalan bantuan ini adalah imbas program-program pemerintah sebelumnya yang cenderung bersifat bantuan
semata karitas. Seperti KUT kredit usaha tani, raksa desa. Jadi segala bantuan apapun yang berasal dari pemerintah
adalah sifatnya “hibah”. Sementara yang kita lakukan tidak demikian. Masyarakat sudah terbiasa untuk diberi tidak
diberdayakan, tanpa dibimbing dengan baik, serta tanpa sangsi yang tegas bagi mereka yang tidak mengembalikan dana
bantuan. Sedangkan PNPM relatif lebih baik. Namun demikian program PNPM juga terkena imbas dari program-program
sebelumnya yang dipandang oleh masyarakat sebagai hibah. Sehingga agak sulit kemajuan programnya. LS 1 LS 2.
Kegagalan program-program pemerintah sebelumnya seperti Kredit Usaha Tani KUT, Inpres Desa Tertinggal IDT, raksa desa
yang berasal dari pemerintah juga turut menyumbang munculnya persepsi dan budaya ketergantungan masyarakat. Seperti diketahui
banyak program pemerintah yang lebih bersifat hibah tanpa pertanggungjawaban yang jelas. Kondisi tersebut ditengarai sebagai
salah satu penyebab munculnya sifat ketergantungan masyarakat terhadap segala hal ‘bantuan’ yang berasal dari ‘atas’ top down.
241
“Penyebab komitmen yang rendah. Kalau saya lihat lebih banyak persoalannya teknis saja. Karena persoalan partnership
gak bisa dirole dalam satu dua hari saja. Perlu kesabaran, ibarat orang pacaran, harus saling memahami. Persoalan-persoalan
teknis nya
” PP 2.
Berdasarkan pernyataan komitmen yang rendah dari informan pihak PT. CGI, maka dapat dipahami apabila persoalan bermitra
dengan kelompok-kelompok usaha mikro kecil dan menengah UMKM di dalam masyarakat merupakan proses perubahan perilaku
masyarakat yang relatif memerlukan waktu yang relatif cukup lama. Apalagi kondisi ketergantungan masyarakat tersebut terjadi hampir di
semua warga masyarakat khususnya di desa-desa se-kecamatan Pasirwangi, kecamatan Samarang, dan kecamatan Sukaresmi. Hal yang
perlu dijaga adalah komitmen PT. CGI dalam membantu masyarakat yang harus tetap tinggi. Perlu kesabaran dalam berhubungan dengan
masyarakat yang memiliki sifat ketergantungan yang tinggi kepada PT.CGI, ditambah dengan kondisi pemerintah daerah yang memiliki
sifat yang tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat lokal. PT. CGI nampaknya dari hasil wawancara akan terus
berkomitmen untuk membantu dan bermitra dengan masyarakat dan pemerintah daerah. Khususnya juga penjelasan mengenai pemahaman
yang clear mengenai PT. CGI sebagai entitas bisnis yang suatu saat akan hengkang dari Pasirwangi karena sesuatu hal. Oleh karena itu, PT.
CGI akan terus berupaya membangun kemandirian masyarakat melalui berbagai program dengan melibatkan berbagai stakeholders yang
memiliki kesamaan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agar ketika PT. CGI sewaktu-waktu meninggalkan lokasi
242
operasi, maka masyarakatnya sudah siap dan relatif mandiri. Walaupun, menurut informan PT. CGI, mereka bergerak melakukan kegiatan CSR
dan pengembangan masyarakat tanpa regulasi yang jelas. “Dari sisi regulasi, kami ini bergerak nyaris tanpa regulasi yang
jelas. Karena tidak ada peraturan pemerintahnya. Ada juga undang-undang tentang energi yang salah satu pasalnya
mengatur bahwa setiap perusahaan panas bumi harus melakukan kegiatan pengembangan kepada masyarakat,
that’s all..
. Mengenai bagaimana penerapannya gak dibilangin, model nya seperti apa? Itu gak jelas. Oleh karena itu kami
menggunakan SOP internal. Yang diterapkan di semua industri Chevron, baik oil, geothermal atau lainnya.
” PP 2.
Berdasarkan data lapangan, Pemerintah Daerah Garut dalam perkembangan terakhir mulai bergerak, namun tidak jelas bergerak
dalam hal apa, apa yang akan dilakukan, dan apa yang sudah dilakukan. Dalam persoalan CSR PT. CGI, pemerintah daerah nampaknya tidak
akan turut campur. Atau mungkin saja pemerintah tidak peduli dengan kegiatan-kegiatan pembangunan masyarakat di wilayah kerja PT. CGI.
Dengan alasan, yang penting kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. CGI sejalan dengan apa yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Menurut pihak PT. CGI sejumlah tantangan dan hambatan
tersebut dapat merupakan peluang dan juga pembelajaran mengenai pelaksanaan kegiatan tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat.
Berikut mengenai hal tersebut: 1. Participatory based
program akan mendorong “project ownerships
” 2.
“Local Wisdom”, berbasis potensi dan kebutuhan masyarakat setempat
243
3. Kemitraan – berbagi peran dan tanggung jawab demi
keberlanjutan 4. Tingginya harapan stakeholders
5. Ketidaksamaan pandangan tentang CSR 6. Perubahan sosial dan politik yang cepat
7. Kurangnya pemahaman industri geothermal oleh publik 8. Perlu regulasi yang tepat, jelas dan berkesinambungan
9. Media lebih aktif dari sebelumnya 10. Isu pertanahan dan tumpang tindih lahan yang berpotensi
terjadinya konflik Sebagaimana dikemukakan oleh Frynas 2009:162-163 telah
mengindikasikan bahwa tata kelola pemerintahan, khususnya pemerintah daerah merupakan tantangan tersendiri dari industri
ekstraktif. Seringkali program CSR dikaitkan dengan isyu program pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah. Isyu
keterbukaan transparansi
yang didukung
oleh perusahaan
multinasional, seringkali berbenturan dengan praktik korupsi dan kolusi di pemerintahan.
5. Harapan Perusahaan