149
4. Alasan Masyarakat Lokal melakukan Aksi demo ke Perusahaan
Demo terakhir pada Rabu 19 Januari 2011 yang dilakukan oleh warga masyarakat Pasirwangi adalah ketika warga menuntut dan
mempertanyakan bantuan Chevron Geothermal Indonesia Ltd CGI untuk pembangunan Masjid Besar Pasirwangi yang terkatung-katung 7
tahun sejak 2004. Sejumlah warga mendatangi kantor CGI dengan membentangkan spanduk dan menutup jalan masuk.
Sekitar bulan Agustus 2010 kembali warga Pasirwangi mendatangi DPRD kabupaten Garut. Demostrasi berkaitan dengan
tuntutan warga yang mengatasnamakan Paguyuban Masyarakat Pasirwangi Bersatu PMPB, termasuk 12 Kepala Desa di Kecamatan
Pasirwangi Kabupaten Garut menghujat dan mengecam keras PT. Chevron, Indonesia Power dan Pertamina. Mereka menilai terdapat
kejanggalan yang dilakukan oleh ketiga perusahaan, atau tidak sesuai dengan yang diamanatkan UU No. 402007 dan UU No. 272003.
Mereka menuntut transparansi dan kejelasan royalty bagi hasil, 90 persen tenaga kerja diprioritaskan putra daerah, realisasi dana CSR
community development CD untuk rakyat, juga mendesak Pemkab
garut mengeluarkan Peraturan Daerah Perda. Khusus tentang kecamatan penghasil Pasirwangi, dengan presentase 12 persen untuk
daerah kecamatan dana dana perimbangan yang diperoleh Pemkab Garut. Ketiga perusahaan tersebut juga dituntut menggunakan pola
manajemen profesional, proporsioanl dan efektif serta pro rakyat. Selasa 12 Agustus 2008, sekitar 80 karyawan PT. Chevron
Geothermal Indonesia CGI yang berada dalam dua bus dan empat
150
mobil minibus disandera ratusan pendemo, yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Pemudi Samarang GPPS. Demo yang dilakukan
ratusan warga Kecamatan Samarang tersebut menuntut PT. CGI agar memperhatikan
kesejahteraan masyarakat.
Pendemo menuntut
pemerataan kesejahteraan dan meminta penjelasan mengenai program community development
yakni pembangunan terhadap masyarakat, pada hal perusahaan tersebut mengkesploitasi hasil di Kabupaten Garut.
“2008, 2009 gitu nya. 2008 terakhir demo. Anu paling kritis mah didieu, barudak dideu desa Karyamekar. Ayeuna mun
urang nu barodo rek naon demo mah, orientasina naon rek ka
Chevron teh, ka Chevron, terus cek Chevron naon kadieu?”,
mun orang bodo mah aah. Lamun urang rada pinter mah, geus
diperhitungkeun nya. Jadi udah ada kitu nya. Paling oge nya anu masyarakat anu teu terlalu rumit dasar pemikirana
ketika ada demo teh masyarakat anu rada beringasan. Jadi bisa
disebut ada dua golongan. Ada golongan orang berintelek, ada
golongan biasa. Nah paling nu biasa mah anu simpel-simpel wae mereunan
, kayak sarana ibadah nya, kalo bergerak di bidang pendidikan mah kan agak rumit. Dasar apa ceuk
Chevron teh bisa kieu kieu kieu... Perlu konseptor anu jernih mereun nya
. Ya paling masyarakat anu biasa-biasa hoyong anu simpel
, yang penting menikmati semua masyarakatna. Kaya sarana mesjid kan gitu; kayak air, bak kontrol kayak gitu, kayak
jalan kan fisik. Kurang lah sementara ini mah ke sosial..... kurang. TP 4
Penjelasan informan mengenai aksi demo di tahun 2008 dan 2009 dianggap yang paling kritis. Lebih lanjut informan mengatakan
bahwa masyarakat terbagi menjadi dua golongan yaitu masyarakat yang berpendidikan dan masyarakat biasa. Bagi masyarakat biasa,
mereka tidak berharap banyak tetapi yang jelas saja pemanfaatannya, seperti sarana ibadah, air bersih dan jalan.
151
Namun dalam dua tahun terakhir ini, relatif tidak terdapat aksi masyarakat kepada PT. CGI, sebagaimana dikemukakan oleh salah
seorang informan di bawah ini. “kalau dulu mah ada, baru-baru 2-3 tahunan mah suka ada
demo. Jadi dulu mah kalau kita mengajukan lalu tidak direalisasikan langsung didemo. Kalau untuk warga mah hasil
dari demo itu ada keuntungannya, ada kerugiannya. Nah kalau sekarang mah ya sudah tidak ada demo. Sekitar 2-3 tahun
kebelakang mah alhamdulillah tidak pernah ada demo.
“ya itu mah paling demo-demo untuk menuntut lapangan pekerjaan. Ya
pokoknya kalau demo yang paling fatal itu ya dimasalah tenagakerja. Dari sekecamatan paling banyak demo ya masalah
tenaga kerja” TM 4. Beragam isyu sesungguhnya dapat menjadi pemicu munculnya
demo atau aksi masyarakat lokal kepada PT. CGI. Bahkan tidak jarang aksi demo tersebut dilakukan untuk menuntut sesuatu kepada PT. CGI.
Apabila setelah demo atau aksi masyarakat dilakukan, kemudian masyarakat mendapatkan apa yang dituntutnya, maka bagi sebagian
masyarakat hal tersebut bukanlah bantuan. Seperti halnya isyu lingkungan yang menjadi pemicu demo dikemukakan oleh salah
seorang informan bahwa: “...sering. Orang dieu mah sering demo mah. Soalna dirugikeun
pisan ku Chevron teh nya. Tanah na atuh ku manehna, iyeu teh
sawah hungkul aslina mah ka palih wetan. Ayeuna mah tos gararing
, ...jadi air teh diambil ku perusahaan, tapi klaim perusahaan mah tidak mengambil. Tapi sebenernya diambil.
Namanya turbin nya, teu pake air nya meledug. tina pusat na, tina sumber air bersih teh diambil ku perusahaan. ... air bersih
mah eta sa nes bantuan. Menang menta atuh eta mah” WM 1
Data tersebut menunjukkan sifat dinamis hubungan antara masyarakat dengan PT. CGI yang bersifat fluktuatif, kadang naik
152
kadang turun. Nampaknya PT. CGI mencoba belajar dari situasi hubungan sebelumnya yang lebih banyak demo tuntutan masyarakat
sekitar, kemudian mencoba membangun komunikasi dan kemitraan baru berdasarkan situasi sebelumnya. PT. CGI mengembangkan local
bussiness development LBD, yaitu menjalin mitra dengan
perusahaan-perusahaan lokal yang memiliki badan usaha CV atau persekutuan komanditer commanditaire vennootschap. Melalui LBD
yang sesuai klasifikasi PT. CGI maka penyerapan tenaga lokal dapat terjadi. Masyarakat lokal pun didorong untuk mengembangkan
perusahaan dengan kualifikasi minimal CV, agar dapat mengikuti tender proyek-proyek terbatas di PT. CGI. Sebagaimana dikemukakan
oleh salah seorang informan, yaitu: Tapi rasa saya mah dari dulu kan saya kenal dengan Chevron
kalau dari usaha mah Chevron kan ada dari masyarakat perusahaan lokal istilahnya teh ditampung di LBD local
bussiness development,
LBD itu seperti perusahaan- perusahaan lokal seperti anak saya itu bikin usaha, kadang-
kadang dapet tender dari wilayah-wilayah setiap desa ada. Tapi ada yang dapet ada yang enggak, karena kalau tender mah siapa
yang berani harga dia yang dapet. Kalau ngomong demo-demo pasti ada, kemaren-kemaren ada demo gak tahu saya alesannya
apa, tapi demo juga gak terlalu anarkis paling ada pengusulan- pengusulan terus ada tanggapan dari chevron udah ga ada apa-
apa. TM 3 Demo atau aksi masyarakat merupakan letupan dari keinginan
atau tuntutan masyarakat yang tidak didengar atau tidak dipenuhi. Dalam 2 tahun terakhir ini memang relatif tidak terdapat aksi atau
demo ari masyarakat. Namun demikian bukan berarti tidak ada gejolak terpendam di dalam masyarakat. PT. CGI, pemerintah setempat dan
tokoh masyarakat perlu terus mengembangkan komunikasi secara
153
terbuka transparan, bukan persoalan pemenuhan kebutuhan tetapi komunikasi antara ketiga pihak harus dibangun terus agar terjaga
pemahaman dan saling pengertian diantara semua pihak. Sebagaimana diungkapkan dalam hasil penelitian ini, bahwa cara-cara komunikasi
yang lebih informal, dekat dengan masyarakat setidaknya dapat meredam potensi konflik yang mungkin muncul terjadi.
Struktur dalam hal ini adalah kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, sebagaimana konsepsi Giddens 2009, 2011 nyatakan,
bahwa struktur adalah aturan dan sumber daya. Dalam penelitian ini, kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan aturan dan
sumber daya. Fluktuasi konflik menurut Prayogo 2008: 72-73 bukan peristiwa yang terjadi dengan tiba-tiba, tetapi melalui proses tahapan
eskalatif, mulai dari rumor, kekecawaan, laporan dan kemudian demo massa dengan kekerasaan. Jika situasi hubungan sudah mulai tegang,
maka pemicu konflik dapat terjadi oleh apa saja yang mungkin tidak berhubungan langsung antara perusahaan.
Giddens 2010 menunjukkan bahwa atas dasar pengetahuan dan kesadaran praktis maka praktik sosial dilakukan, dan akan
diproduki oleh agen berdasarkan aturan dan sumber daya yang terdapat di dalam struktur. Alasan masyarakat melakukan tindakan demo dan
aksi merupakan wujud dari kesadaran diskursif, bahwa mereka melakukan tindakan aksi agar tujuan mereka tercapai, yaitu perubahan
struktur CSR yang lebih berpihak pada masyarakat. Sementara agen- perusahaan merasa bahwa mereka telah melakukan kegiatan CSR,
selain juga pajak yang mereka bayarkan kepada negara. Inilah salah satu titik diharmoninya relasi masyarakat lokal dengan perusahaan,
154
karena perbedaan pemahaman masing-masing agen akan struktur- CSR..
B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT.CGI Dalam Pandangan Masyarakat Lokal