Harapan Perusahaan Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR

243 3. Kemitraan – berbagi peran dan tanggung jawab demi keberlanjutan 4. Tingginya harapan stakeholders 5. Ketidaksamaan pandangan tentang CSR 6. Perubahan sosial dan politik yang cepat 7. Kurangnya pemahaman industri geothermal oleh publik 8. Perlu regulasi yang tepat, jelas dan berkesinambungan 9. Media lebih aktif dari sebelumnya 10. Isu pertanahan dan tumpang tindih lahan yang berpotensi terjadinya konflik Sebagaimana dikemukakan oleh Frynas 2009:162-163 telah mengindikasikan bahwa tata kelola pemerintahan, khususnya pemerintah daerah merupakan tantangan tersendiri dari industri ekstraktif. Seringkali program CSR dikaitkan dengan isyu program pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah. Isyu keterbukaan transparansi yang didukung oleh perusahaan multinasional, seringkali berbenturan dengan praktik korupsi dan kolusi di pemerintahan.

5. Harapan Perusahaan

Masyarakat memiliki potensi tersendiri yang khas dan mungkin belum tergali dengan baik. Bagi PT. CGI keterwakilan masyarakat bukan ditentukan oleh keterwakilan jumlah semata, melainkan keterwakilan ide. Artinya pihak perusahaan nampaknya akan senang terhadap ide-ide dari masyarakat, dari pemerintah, atau dari manapun dalam rangka membangun relasi yang harmonis antara masyarakat 244 dengan perusahaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, pihak PT. CGI lebih mudah membangun hubungan melalui jalur-jalur informal dari pada jalur formal. Jalur komunikasi secara informal relatif tidak banyak hambatan yang akan menggangu kejelasan dan keterbukaan informasi baik dari masyarakat maupun dari perusahaan kepada masyarakat. Serta komunikasi dan dialog dilakukan dalam suasana waktu yang senggang bagi kedua pihak. “Yang paling penting itu local wisdom. Masing-masing daerah punya karakteristik dan keunikan sendiri. Mungkin konsep yang bagus di suatu daerah, belum tentu dapat diterapkan di daerah ini. Boleh disebut sebagai potensi, karakteristik atau lainnya yang bercirikan lokal. Forum-forum diskusi tingkat lokal merupakan salah satu chanel yang bisa kita manfaatkan untuk menggali hal ini. Buat kami bukan keterwakilan jumlahnya, tetapi yang terpenting adalah keterwakilan ide. Berdasarkan pengalaman kami, jalur informal jauh lebih efektif, karena tidak banyak halangan, hambatan, atau formalitas lainnya.” PP 2. Oleh karena masyarakat lokal memiliki karakteristik sendiri yang khas, sehingga memerlukan pendekatan yang khas dengan memperhatikan kearifan lokal. PT. CGI menyadari bahwa konsep yang bagus dan berhasil di daerah lain, belum tentu akan berhasil diterapkan di masyarakat sekitar lokasi kerja mereka. Sehingga forum-forum diskusi tingkat lokal masyarakat dapat merupakan jalur efektif yang dapat dipergunakan untuk memahami kondisi masyarakat yang khas tersebut. Selain itu juga melalui saluran-saluran PT. CGI dalam batas- batas tertentu dapat memberikan informasi yang sebenarnya mengenai apa yang sedang dilakukan oleh perusahaan, baik operasional bisnis maupun kegiatan tanggung jawab perusahaan lainnya. 245 “diharapkan akan tercipta relasi yang baik antara perusahaan dengan masyarakat lokal. Satu sama lain bisa saling memahami dan respek. Kalau ditanya indikatornya, agak sulit untuk dijawab, karena ini bersifat kualitatif. Yang selama ini kami gunakan sebagai indikator adalah tidak adanya insident social – konflik dengan masyarakat yang diakibatkan kurangnya engagement dengan masyarakat. “ PP 2, Maret 2013 “Harapan masyarakat lokal adalah kesejahteraan yang meningkat, idealnya ada perubahan. Kami bergerak membantu masyarakat, minimal menjadi contoh bagi masyarakat lainnya.” LS 1 LS 2. Pihak perusahaan berharap setelah semua upaya engagement dan pemahaman akan masyarakat lokal berikut program-programnya maka terjadi relasi yang baik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Tidak ada konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh apabila relasi yang terbangun antara perusahaan dengan masyarakat lokal terjadi secara harmonis, diantaranya masyarakat dan perusahaan dapat membangun kerjasama yang positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. PT. CGI akan lebih tenang dalam menjalankan operasi usahanya sebagai entitas bisnis, dengan tetap peduli terhadap masyarakat lokal. Prayogo 2008:156-157 mengembangkan tingkatan operasionalisasi CSR dengan konsep keadilan dan pemerataan yang terdiri, yaitu 1 philanthropy , operasionalisasinya charity korporasi sebagi donor, komunitas sebagai residual, prinsip sukarela, secara politik ditujukan agar tidak mengganggu proses produksi, pendekatan conservatism, jauh dari prinsip justice and equality. 2 Share of profit, Korporasi dominan, jumlah keuntungan dan prosentasi pembagian ditentukan sepihak oleh korporasi, komunitas sudah masuk sebagai primary stakeholders, 246 kewajiban korporasi hanya pada pembagian keuntungan, equality mulai berjalan namun hak komunitas secara prinsip belum tersentuh. 3 Share of Cost of Production, Komunitas merupakan bagian integratif dalam sistem produksi, biaya CSR, dan CD dimasukan dalam biaya produksi, equality bagian dari cost of production, prinsip equality mulai tercapai namun justice belum, posisi korporasi masih lebih di atas komunitas. 4 Share of ownership, Justice and equality sudah ditegakkan, ’hak’ komunitas lokal ditegaskan dalam prosentase pemilikan dan pembagian keuntungan, namun resiko kerugian turut pula ditanggung komunitas, posisi komunitas dan korporasi sejajar dalam praktek tambang. Prayogo 2011: 157 menunjukkan bahwa program pengembangan masyarakat community development sebagai salah satu operasionalisasi kegiatan CSR banyak dikerjakan perusahaan sebagai respons dari tekanan masyarakat lokal sekaligus sebagai upaya membangun relasi yang baik. Pada awal periode Orde Baru, hanya sedikit perusahaan tambang dan migas melaksanakan program CD- CSR secara besar-besaran karena masalah masyarakat lokal pasti dapat “diselesaikan” oleh pemda dan aparat keamanan. Dengan berubahnya atmosfer politik dan dominasi pemerintah maka perusahaan mengalami banyak tuntutan dari masyarakat lokal. Sehingga program-program CSR dilaksanakan sebagai cara untuk “meredam” tekanan tersebut sekaligus sebagai upaya memberdayakan masyarakat. Dalam pandangan struktur-agen dapat dipahami bahwa terdapat pergeseran dominasi otoritatif secara situasional, yang sebelumnya pemerintah begitu berkuasa beralih ke masyarakat. Hal tersebut tidak terlepas dengan situasi politik nasional pasca reformasi 1998, dimana euforia reformasi masih terasa pada masa-masa tersebut. 247 Terkait dengan kegiatan community development Ife 1995, menekankan pentingnya menerapkan 22 prinsip dalam program pengembangan masyarakat. Prinsip ini adalah sifat terpadu antar sektor, menghilangkan hambatan struktural vertikal dan horizontal, menekankan hak-hak azasi persamaan dan keadilan, berkelanjutan sumber daya an potensi lokal, pemberdayaan partisipasi dan peningkatan kemampuan, keseimbangan kepentingan antara individu dan publik, kepemilikan aset komunitas komunal, mandiri kemampuan internal, otonom terhadap intervensi eksternal, bertujuan nyata dengan visi jangka panjang, pengembangan organis keterkaitan dengan elemen pembangunan lain, percepatan perubahan dapat diadaptasi, input eksternal jika diperlukan, pembentukan komunitas memperkuat integrasi, keseimbangan antara proses dan hasil, integritas moral kesungguhan program CD untuk masyarakat, kerelaan dan antikekerasan tidak ada paksaan, terbuka untuk semua warga masyarakat lokal, tidak elitis atau bias kelompok, konsensus kesepakatan bersama bukan elit, kerjasama dan menghindari persaingan, partisipasi maksimal anggota masyarakat lokal, penetapan kebutuhan bersama. Dalam tulisan berikutnya Ife dan Tesoriero 2008 menambahkan prinsip pengembangan masyarakatnya menjadi 26 prinsip, dengan mamasukan lokalitas, seperti proses, sumber daya dan partisipasi lokal. Prayogo 2011:95-96 menegaskan, bahwa secara normatif keseluruhan prinsip tersebut sangat baik jika diterapkan, setidaknya 75 dari keseluruhan prinsip ini saja maka dapat dikatakan program sudah tergolong exellent. Namun demikian agen perusahaan memiliki pemahaman yang berbeda akan kegiatan pengembangan masyarakat dalam rangka CSR yang mereka lakukan. Motif 248 pengamanan operasional perusahaan menjadi hal utama dalam melaksanakan kegiatan tersebut. 249

BAB VI RELASI DINAMIS ANTARA MASYARAKAT LOKAL