Kerangka Pemikiran dan Proposisi

92 transformatif yang melahirkan perintah atas orang –orang atau para aktor manusia.

D. Kerangka Pemikiran dan Proposisi

Berkenaan dengan relasi korporasi dengan masyarakat lokal, maka diperlukan informasi dan analisis tentang relasi sosial antara stakeholder yang siginifikan dengan keberadaan dan kegiatan korporasi. Secara khusus peta ini disebut dengan peta relasi sosial, yang berisi informasi dan analisis tentang relasi sosial antar lembaga atau stakeholder sosial di dalam lingkungan komunitas tertentu. Stakeholder sosial yang dimaksud di sini antara lain kecamatan, desa, LSM, kelompok pemuda, ormas, tokoh informal, asosiasi sosial, asosiasi bisnis, lembaga kepolisian, lembaga militer, media massa, dan lembaga lain yang dipertimbangkan signifikan terhadap keberadaan dan kegiatan korporasi Prayogo, 2011. Peta relasi sosial dapat dipilah menjadi dua : pertama, ‘peta sosial statis’, dan kedua ‘peta sosial dinamis’. Peta sosial statis akan berisi informasi tentang sejumlah lembaga yang signifikan bagi korporasi, yang secara khusus peta sosial statis menyajikan ‘keadaan sosial’ sejumlah lembaga dalam wujud informasi penting bagi korporasi. Tentunya data yang tersaji harus obyektif dan akurat sehingga tidak menyesatkan kebijakan dan strategi yang diambil. Kedua, ‘peta sosial dinamis’, yakni kumpulan informasi tentang keadaan relasi antara lembaga yang satu dengan yang lain dalam cakupan komunitas tertentu yang signifikan bagi korporasi. Peta dinamis menjadikan relasi sosial antar lembaga ditinjau dari antara lain 93 variabel kuasa dan otoritas, kepentingan, akses terhadap informasi, sumber daya, kontrol, atau variabel lain jika diperlukan. Dalam relasi ini dapat dilihat bagaimana hubungan kuasa dan otoritas, kepentingan, akses informasi, kemampuan kontrol, sumber daya yang dimiliki dan seterusnya. Hasil akhir dari peta sosial dinamis menyajikan rona atau keadaan sesaat---yakni pada waktu tertentu---relasi antara suatu lembaga secara detail, dan bagaimana implikasi penting dari relasi dinamis ini. Peta ini disebut dinamis karena hubungan antar lembaga dapat berubah sejalan dengan perubahan dalam variabel kepentingan, otorita, sumber daya atau lainnya, sehingga informasi rona tidak bersifat permanen atau berjangka waktu lama sebagaimana dalam informasi rona sosial statis. Peta dinamis dimaksudkan untuk lebih menunjukkan keadaan relasi sosial antar lembaga yang bersifat dinamis sejajar dengan dinamika dalam interaksi sosial. Dalam bagan 1 kerangka pikir nampak hubungan interaktif yang terjalin antara korporasi dan masyarakat lokal, dengan kontrol dari pemerintah melalui UU nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas. Wadah atau tempat terjadinya relasi antara masyarakat, pemerintah dan perusahaan umumnya terwujud dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Operasionalisasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikatakan sebagai suatu struktur sosial yang mewadahi hubungan antara masyarakat lokal, perusahaan dan pemerintah. Sehingga, semestinya sifat dan jenis kegiatan dari tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat lokal merupakan proses persepsi, pemahaman, pengkajian dan penyesuaian dengan potensi dan 94 permasalahan yang ada di masing-masing pihak. Banyak isyu dan persoalan perlu dipahami sebelum kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut diwujudkan. Keterlibatan masing-masing pihak, khususnya masyarakat lokal sebagai pihak penerima manfaat yang paling penting dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, menjadi penting untuk dipertimbangkan. Relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat dari kerangka struktur-agen. Perusahaan berikut individu-individu di dalamnya dapat dipahami sebagai agen, demikian pula masyarakat lokal berikut individu-individu di dalamnya sebagai agen atau aktor. Masing-masing agen, baik pihak perusahaan dan masyarakat lokal, memiliki kesadaran praktis dan juga diskursif. Perbedaan bekal pengetahuan diantara masing-masing pihak agen tersebut, akan menyebabkan cara kesadaran yang berbeda dalam memonitor praktik-praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Masing-masing agen memiliki cara berpraktik yang mungkin berbeda, karena kesadaran akan dimensi struktur masing- masing yang berbeda pula. 95 Gambar 4. Kerangka Pikir Relasi Perusahaan dengan Masyarakat Lokal Kesadaran masyarakat lokal terhadap kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi faktor determinan bagaimana masyaraka lokal membangun hubungan dengan perusahaan. Faktor-faktor lain dalam masyarakat lokal yang perlu dipertimbangkan adalah harapan- harapan, kepentingan, akses informasi, sumber daya, kemampuan kendali serta kuasa dan otoritas terhadap kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Kehadiran perusahaan multinasional di lingkungan Manfaat, Kesesuaian, Keberlanjutan, Ruang dan Waktu Kesadaran Korporasi Kesadaran Masyarakat Lokal Pemerintah UU no. 252007, UU no. 402007 Korporasi Masyarakat Lokal stakeholder sosial Relasi perusahaan dengan masyarakat lokal Operasionalisasi CSR:  Signifikansi  Dominasi  Legitimasi - Keberadaan Masyarakat lokal - Upaya membangun relasi - Harapan - Keberadaan korporasi - Upaya membangun relasi - Harapan Stakeholder agen-agen lainnya: LSM, Kelompok pemuda, Ormas, Asosiasi sosial, Media massa 96 mereka tentunya memunculkan harapan bagi masyarakat lokal, khususnya bagi kemajuan ekonomi masyarakat setempat. Dalam kehidupan bertetangga pun terdapat hak dan kewajiban yang dijalankan oleh setiap warga, demikian pula dengan kehadiran perusahaan di tengah-tengah masyarakat. Perusahaan memiliki hak dan kewajiban terhadap lingkungan sekitar, demikian pula warga masyarakat memiliki hak dan kewajiban terhadap kehadiran perusahaan. Namun demikian pelaksanaan kewajiban dan hak tersebut disesuaikan dengan posisi, peran dan kepentingan masing-masing pihak. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam konteks relasi perusahaan dengan masyarakat lokal adalah menyangkut sumber daya dari masing-masing pihak. Perusahaan yang banyak memanfaatkan teknologi tinggi umumnya cenderung akan padat modal dan mensyaratkan sumber daya manusia yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sepadan dengan kebutuhan perusahaan. Sementara di lain pihak, masyarakat sekitar perusahaan belum tentu memiliki kemampuan penguasaan teknologi yang sejalan dengan kehadiran perusahaan. Implikasinya adalah penyerapan tenaga kerja dari masyarakat lokal yang berada di sekitar perusahaan yang pada modal menjadi sangat minim. Implikasi lanjutan dari kondisi tersebut adalah terjadi kesenjangan baik secara sosial, ekonomi dan budaya antara perusahaan dengan masyarakat lokal. Kesenjangan tersebut akan berpotensi memicu konflik antara masyarakat sekitar dengan perusahaan menjadi kian terbuka. Selanjutnya konflik yang muncul akan mengganggu kegiatan operasional korporasi dan aktifitas keseharian masyarakat sekitar. 97 Kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan seiring dengan disahkannya UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perusahaan yang di sektor eksplorasi alam untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar. Dan diikuti dengan keluarnya Peraturan Penerintah No. 47 tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan lingkungan, namun dapat dipahami oleh semua agen, dalam hal ini perusahaan ekstraktif. Sehingga masing-masing perusahaan mengembangkan struktur kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dengan caranya sendiri. Perusahaan berusaha mengembangkan cara- cara kreatif untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosialnya, dengan alasan utama untuk memenuhi kewajiban sesuai UU No. 40 tahun 2007 dan PP No. 472007. Sebagaimana dikemukakan oleh Frynas 2009:3 bahwa penerapan tanggung jawab sosial di negara- negara Barat dengan negara-negara berkembang sangat berbeda, baik dari motivasi maupun konteks kegiatannya. Penerapan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan di negara-negara berkembang lebih variatif dan inovatif jika dibandingkan dengan negara-negara Barat. Korporasi atau perusahaan berusaha mengembangkan kegiatan tanggung jawab sosial berdasarkan kesadaran dan pemahaman mereka tentang apa itu tanggung jawab sosial dan masyarakat sekitar. Selanjutnya berdasarkan pemahaman tersebut pihak korporasi mencoba mengembangkan kegiatan tanggung jawab sosialnya. Persoalan yang akan muncul adalah apabila tidak terdapat kesesuaian pemahaman antara masyarakat lokal dengan pihak korporasi mengenai kegiatan apa yang seharusnya dilakukan dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Kondisi ini diperburuk dengan posisi peran pemerintah 98 khususnya pemerintah daerah yang seharusnya bertindak menaungi dan mendukung kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, malah cenderung untuk lebih mengambil posisi ‘aman’ dan memperoleh ‘manfaat’ lebih dari kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Belum banyak pemerintah kota dan kabupaten merumuskan peraturan tentang tanggung jawab sosial perusahaan untuk kepentingan masyarakat di daerahnya. Selanjutnya seiring dengan afirmatif tanggung jawab sosial dalam peraturan daerah maka langkah selanjutnya perwujudan perencanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dengan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Terintegrasinya perencanaan pembangunan daerah dengan sumber- sumber swasta salah satunya berasal dari perusahaan diharapkan terdapat program-program pembangunan yang tidak saling tumpang tindih dan lebih terarah. Sehingga akhirnya diharapkan terdapat manfaat lebih jauh yang dapat diperoleh dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dan pembangunan daerah adalah keberlanjutan sustainability pembangunan di daerah. Berdasarkan pada kesadaran perusahaan akan keberadaan masyarakat lokal serta reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh masyarakat lokal tersebut akan keberadaan perusahaan. Berikutnya, pemahaman atau kesadaran akan program-program dan kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan akan menentukan kecenderungan tipologi kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan; dimana tipologi CSR Budimanta, 2007 terdiri dari community relations, community servicces dan community empowering. Sejumlah pemangku kepentingan lain, selain masyarakat lokal dan pemerintah daerah, yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan 99 tanggung jawab sosial perusahaan adalah organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan asosiasi lainnya. Para stakeholder ini juga dapat memf ungsikan diri sebagai ‘pengawas’ untuk memastikan berjalannya kegiatan tanggung jawab sosial sesuai dengan tujuannya, sehingga berdampak positif dan berkelanjutan. Mereka juga dapat menjadi mitra dialog bersama-sama masyarakat dan pemerintah untuk merancang, menentukan dan memastikan implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan berjalan dengan baik. Dengan demikian pola relasi antara perusahaan dengan masyarakat lokal ditentukan oleh masing-masing kesadaran masyarakat lokal dan perusahaan akan kondisi struktur tanggung jawab sosial perusahaan. 100 101

BAB III GAMBARAN MASYARAKAT LOKAL DAN PERUSAHAAN:

Kasus Desa Karya Mekar Kecamatan Pasirwangi Garut dan PT. Chevron Geothermal Indonesia CGI Penelitian dilakukan terhadap lingkar terdekat ring 1 dari industri esktraktif PT. CGI, yaitu wilayah yang memperoleh dampak langsung dari kehadiran industri, khususnya penduduk terdekat. Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi merupakan wilayah lingkar 1 yang berarti, wilayah tersebut mendapatkan dampak yang paling besar dari keberadaan industri ekstraktif PT. CGI. Dengan demikian, selayaknya perusahaan menjalin relasi yang lebih aktif dengan masyarakat di Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi tersebut. Namun temuan dilapangan menemukan bahwa banyak dana CSR PT. CGI yang disalurkan terutama ke desa-desa di Kecamatan Samarang, khususnya kepada desa-desa yang dilalui oleh mobilitas yang berkaitan dengan operasional perusahaan, seperti misalnya pengangkutan karyawan, pasokan material bahan untuk kepentingan perusahaan, dan lain-lain. Penyaluran tersebut digunakan sebagai alat peredam terjadinya konflik dengan masyarakat yang terkena imbas mobilitas perusahaan. Namun demikian, penelitian ini lebih diarahkan kepada penduduk yang tinggal paling dekat dengan lokasi PT. CGI, yaitu penduduk Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi.