159
antara masyarakat lokal dengan PT. CGI relatif menjadi terkendali. Hal tersebut diakui oleh sejumlah informan baik dari pihak pemerintah
lokal, masyarakat, maupun pihak PT. CGI itu sendiri. Menurut Prayogo 2011: 157, persepsi terbentuk karena
berbagai sebab, bisa karena pengalaman, informasi yang diterima benar atau salah, adanya harapan secara positif atau negatif dalam
bentuk rasa khawatir. Pemahaman masyarakat lokal sebagai agen, menentukan tindakan mereka terhadap korporasi, sehingga jika
persepsi negatif terbentuk maka akan negatif tindakannya.Bentuk- bentuk inisiatif membangun relasi dari masyarakat lokal kepada
perusahaan merupakan wujud dari respon warga masyarakat lokal terhadap keberadaan korporasi. Dalam kerangka strukturasi Giddens
2010 inilah yang disebut dengan praktik sosial; melalui praktik sosial- lah terus dikaji dan diperbarui terus menerus pengetahuan baru, yang
pada gilirannya mengubah praktik sosial tersebut secara konstitutif. Oleh karena itu perusahaan perlu selalu mengikuti perkembangan
pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat lokal terhadap mereka. Jenis dan bentuk informasi yang diterima, harapan yang terpenuhi atau
tidak, dampak positif dan negatif yang dirasakan, serta manfaat atau mudarat yang dirasakan menentukan persepsi warga masyarakat lokal
Prayogo, 2011: 157.
2. Tahapan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT. CGI
Proses pengajuan usulan perlu untuk diamati untuk memperoleh gambaran dan informasi mengenai pengetahuan masyarakat cara-cara
masyarakat mengajukan usulan kegiatan. Serta bagaimana pihak
160
perusahaan menanggapi bantuan-bantuan yang berasal dari masyarakat dan dari pemerintah setempat. Tentunya tahapan pengusulan bantuan
tersebut terjadi sebagai pengulangan dari kejadian-kejadian dari praktik-praktik sosial sebelumnyaAnggota masyarakat yang berhasil
mengajukan proposal bantuan, kemudian akan ditiru oleh anggota masyarakat lain yang akan mengajukan bantuan kepada PT. CGI.
Keterulangan praktik sosial tersebut terus belangsung selama beberapa tahun sebelumnya hingga saat kini. Pada pengajuan proposal di tahun-
tahun sebelumnya, apabila proposal yang diajukan terlalu lama bertahun-tahun atau tidak direspon tidak ada realisasinya maka
sudah ada semacam ‘aturan’ tidak tertulis di masyarakat untuk melakukan aksi atau demonstrasi. Munculnya aksi tersebut juga meniru
kejadian serupa sebelumnya, bahwa kalau tidak didemo, maka bantuan itu tidak akan cair.
Namun saat ini, kejadian pengajuan proposal bantuan tidak lagi menimbulkan aksi dari masyarakat. Sejumlah informan mengemukakan
pendapatnya, bahwa pengajuan bantuan kepada PT. CGI selalu ada prosesnya, dan mereka tahu dan mengerti kapan dan berapa lama
bantuan tersebut akan cair. Sebagaimana pendapat informan berikut ini, “ada prosesnya, proposal dikordinasikan dulu ke pusat, nanti
pusat yang menginformasikan program itu bisa dijalankan atau enggak
” WM 6. “Ya pasti memang membutuhkan proses. Itu biasanya kalau
teknik lapangan Chevron udah kontrol ke lapangan ya cepet, seminggu setelahnya langsung direalisasikan. Jadi setiap hari
selama proyek pelaksanaan selalu ada pengawasan hingga proses evaluasi. Kalau perawatan mah itu masyarakat aja sama
pihak pemerin
tah desa.” TP 2.
161
Terjadi proses pembelajaran yang terjadi, baik dari masyarakat lokal maupun dari pihak perusahaan berkenaan dengan tuntutan
masyarakat yang sebelumnya banyak dilakukan melalui aksi atau demo. Masyarakat pengusul kegiatan harus mengikuti proses
pengusulan yang ditetapkan pihak PT. CGI. Masyarakat lokal yang mengusulkan kegiatan, sekarang harus menuliskan usulannya dalam
bentuk prososal. Jika pengusul kegiatan masyarakat lokal tidak membuat usulannya dalam bentuk tertulis atau sebuah naskah proposal
serta mengikuti proses yang diteapkan oleh PT. CGI, maka usulannya tidak akan ditanggapi. Sesuatu yang tidak mudah sebenarnya mengubah
mindset masyarakat, dari budaya ‘verbal tidak biasa tertulis’ menjadi
budaya “tertulis menulis.” “...kita masukkan proposal nanti seminggu kemudiannya
diproses dulu, ya proses-proses seperti itu saja. Ada yang sudah lewat setahun, ada juga yang suka langsung dapet aja, Cuma
biasanya keputusannya itu sih di akhir tahun. Jadi kalau yang sudah tau strateginya biasanya ngajuin proposal itu dibulan ke
6, jadi pas bulan ke 10 atau akhir tahun sudah “turun”. TM 4. Di sebagian informan dari kalangan masyarakat lokal sudah
muncul pemahaman bahwa untuk memperoleh bantuan mereka harus menuliskan usulannya tersebut. Masyarakat juga sudah memperkirakan
kapan waktu pengajuan yang tepat, kapan pembahasan, dan kapan waktu cairnya usulan bantuan tersebut. Seringkali pencairan tersebut
dikaitkan dengan pembahasan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah, walaupun mungkin saja pengusulan kegiatan
tersebut belum tentu berkait dengan pembahasan APBD. Mereka mengasosiasikan pengajuan tersebut dengan penganggaran yang
162
dilakukan oleh pemerintah daerah. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang aparat Kecamatan Samarang, yaitu:
“itu tergantung dari pengajuan. Jadi berdasarkan proposal kebutuhan yang diajukan oleh masyarakat. misalnya desa A
membutuhkan madrasah, ah untuk tahun 2014 dari sekarang sudah diajukan ke sana. Untuk hasilnya ya seperti penyusunan
APBD aja, jadi tahun ini diajukan oleh Chevron dirapatkan dulu, dibuat perencanaan untuk setahun yang akan datang
bagaimana lalu ditentukanlah apa yang akan dilaksanakan, jadi berdasarkan proposal yang masuk itu juga nanti ditentukan
berdasarkan dari kebutuhan masyarakat.
” PK 3 Hanya saja ketika akan menagih atau mempertanyakan proposal
yang yang telah diajukannya, mereka enggan dan sungkan untuk mempertanyakannya kepada pihak PT. CGI. Kesungkanan untuk
mempertanyakan hal tersebut tidak terlepas dengan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya. Selain prosedur yang harus bertemu dengan
front office membuat janji terlebih dahulu, sebelum bertemu dengan
staf humas PT. CGI. Kondisi tersebut dapat dipahami sebagai penyesuaian dan adaptasi budaya antara budaya formal keorganisasian
dan budaya masyarakat yang cenderung lebih bersifat infomal. Pada akhirnya masyarakat pengusul bersikap ‘nrimo’ dengan ketentuan dan
hasil yang mungkin diterima atau tidak, cair atau tidak. Dengan rumitnya prosedur yang harus ditempuh, hal tersebut merupakan
kesulitan tersendiri yang harus dihadapi oleh masyarakat lokal sebagai pengusul. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang informan
“kalau kita nagih kesana bila ditanya ‘bu mau kemana? Proposalnya masih numpuk’, jadi kan kita malu sendiri terus
nyamperin, kita kan termasuk ke lembaga pendidikan, masa harus pake cara preman kan gak etis. Jadi yah nerimo aja,
dikasih sukur gak dikasih ya “ngeruwet” WM 4 WM 5.
163
Namun demikian sikap ‘menerima’ sebagian anggota masyarakat tersebut apabila tidak dapat dikelola dengan baik, dengan
informasi dan penjelasan yang bijak, maka dimasa depan akan menjadi ‘bom waktu‘ yang mengganggu relasi antara masyarakat dengan PT.
CGI. Dalam perkembangannya, masyarakat memandang bahwa
hubungan antara masyarakat dengan PT. CGI, melalui kegiatan CSR dipandang baik. Sudah jelas bagi masyarakat, bahwa terdapat dana
CSR untuk setiap desa di kecamatan Pasirwangi. Tinggal masyarakat mengusulkan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Persoalannya adalah perlu keterbukaan transparancy terhadap dana CSR di setiap desa tersebut. Terkadang persoalan dana
ini sangat sensitif, dan tetapi juga bukan masalah besarnya dana. Perlu akuntabilitas dan kejujuran dari para pengelola dana CSR desa tersebut.
Perlu dibangun komunikasi yang terbuka, yang dapat memberikan pemahaman kepada berbagai pihak, terkait dengan persoalan CSR.
“ sementara ini kerja sama Chevron, baik juga gitu nya. Soalnya udah jelas gitu nya ku tiap desa misal ayeuna CSR, dana CSR
development na nya A. Cuman ceuk abdi oge di masyarakatna
gitu A. Dari Chevron ada kayak CSR weh, kan itu masuk pemda dulu. Nah lalu entar udah di desa lalu ke tiap desa ke
kepala desa. Nah kepala desa sendiri tidak bisa, jadi menclak wae gitu. Padahal, misalnya seratus juta, paling mun tepi ka
masyarakat dua puluh juta.
” TP 4 Kalancaran dan keterbukaan dalam pelaporan kegiatan CSR
juga sangat terkait dengan norma dan perilaku pengelola CSR baik dari pemerintahan desa, pemerintahan kecamatan, serta serta pihak-pihak
164
lainnya. Dalam pandangan masyarakat tersebut seringkali baik buruknya kegiatan CSR sangat dipengaruhi oleh perilaku para
pengelolanya. Alfitri 2009: 116-117 menunjukkan pentingnya partisipasi
masyarakat dalam setiap tahap program pengembangan masyarakat perusahaan. Setidaknya tiga hal penting partisipasi, pertama, partisipasi
sebagai suatu alat memperoleh infomasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat lokal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan, perencanaan, dan pelaksanaannya; ketiga merupakan
hak demokrasi masyarakat lokal. Lebih jauh lagi partisipasi akan memunculkan potensi dan kreativitas masyarakat lokal.
Budimanta, dkk. 2007 telah menunjukkan bahwa tipologi program CSR yang dilakukan oleh perusahaan termasuk dalam tiga
kelompok, yaitu pertama, community relations, yaitu bentuk-bentuk kegiatan yang lebih bersifat kedermawanan atau filantropis kepada
masyarakat, dengan tujuan utama meredam konflik. Kedua, community services,
merupakan pelayanan kemasyarakatan untuk memenuhi kepentingan masyarakat atau pun kepentingan umum lainnya. Bentuk
kegiatan ddalam kategori inilebih bersifat pembangunan secara fisik sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi, jalan raya,
sumber air minum dan sebagainya pelayanan umum. Sebagaimana yang kegiatan-kegiatan CSR yang masih dilakukan oleh PT. CGI bagi
masyarakat lokal dan sekitarnya. Kategori ketiga adalah pemberdayaan masyarakat community empowering, yang merupakan kegiatan-
kegiatan mendorong keberdayaan dan kemandirian masyarakat. Dengan pandangan Giddens 2010 tentang praktik sosial, maka
165
tahapan dan proses kegiatan CSR dapat dipahami sebagai praktik- praktik yang melandasi keberadaan agen-agen. Melalui struktur-CSR,
maka praktik-praktik sosial kegiatan tanggung jawab sosial terselenggara. Namun cara-cara melakukan kegiatan tanggung jawab
sosial tersebut belum tentu berlandaskan pada pemahaman yang diantara agen-agen yang terlibat, yaitu masyarakat, perusahaan dan
pemerintah.
1 Aspek Pembangunan Fisik Instratruktur
Porsi terbesar program CSR PT. CGI nampaknya masih pada pembangunan infrastruktur. Pembangunan dan perbaikan jalan dari
Tarogong Kecamatan Samarang hingga Kecamatan Pasirwangi, penyediaan air bersih, gorong-gorong, pembangunan sarana ibadah
mesjid, dan sarana pendidikan. Bantuan pembangunan dan perbaikan jalan hampir setiap tahun dilakukan, demikian pula dengan penyediaan
air bersih. Pipa-pipa penyediaan air bersih bantuan dari Chevron seringkali mengalami kebocoran, terutama di musim kemarau.
Kebocoran terjadi karena terdapat kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah sebagian warga yang memerlukan air bersih di musim kemarau,
terutama untuk menyirami perkebunan mereka. Seringkali kejadian tersebut menimbulkan percekcokan atau konflik kecil diantara warga
masyarakat setempat, bukan dengan pihak Chevron-nya. Berikut pendapat informan mengenai bantuan PT. CGI,
“kalo bangunan mah dari dulu udah dikasih terpenuhi. Yang sudah kesini mah air, jalan, sama bantuan untuk ke masjid kaya
karpet gitu suka ada. Ada masjid muhajirin, al falah, at taufik sudah tercukupi tapi jalannya sama air bersihnya udah tuh dari
Chevron. Tapi karena udah lama, jadi buntu lagi airnya
166
bersihnya, kalau jalan mah sekarang juga lagi dibikin lagi. Poko
knya Chevron mah muter” kesitu aja kaya air, jalan, ya gitu.” WM 6
Pembangunan jalan yang dilakukan oleh Chevron tidak
dipungkiri membawa perubahan terhadap mobilitas penduduk, serta membawa percepatan perubahan khususnya ekonomi dan wisata di
daerah Darajat. Namun demikian, terdapat juga perkembangan wisata yang tidak diantisipasi dengan baik, yang di kemudian hari dapat
menjadi permasalahan yang serius bagi masyarakat lokal. Persoalan ketenagakerjaan dipandang oleh masyarakat lokal
sebagai isyu yang sering diungkapkan oleh para informan. Menurut mereka tidak banyak warga masyarakat lokal yang dapat bekerja di PT.
CGI. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tuntutan kompetensi dan skill
serta formasi tenaga kerja yang tersedia memang sangat terbatas. Tetapi sebagian lagi berpendapat sebaiknya tetap mengutamakan
tenaga kerja dari masyarakat lokal, walaupun untuk tahap awal terbatas pada tenaga kerja kasar unskill.
“ya... mengutamakan tenaga kerja dari sini, ...ya biar ga nyari lagi tenaga kerja dari luar Desa Karyamekar. Di sini juga
banyak yang mampu” biar ga ada lagi pengangguran terutama pemuda gitu ya. Kalo pemudi mah jarang yang mau bekerja.”
PD 2.
Demikian pula pendapat yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh masyarakat, mengenai pentingnya penanganan masalah
ketenagakarjaan di Desa Karyamekar. Berikut pendapatnya: “kalau pelatihan mah ga ada, kalau kepemudaan mah ada di
bidang kewirausahaan seperti itu pangkas rambut yang di atas itu dari Chevron. Ya itu baru-baru ini adanya kalau dulu kan
167
kepemudaannya di remaja mesjid, soalnya karangtaruna mah kan udah bubar. Lalu kalau remaja mesjid dulu mah
ngebahasnya masalah tenaga kerja tidak ke wirausaha. Jadi fokusnya ke masalah tenaga kerja aja, kalau ada peluang demo.
Kalau sekarang mah dari Chevronnya kan memberikan celah,
jadi wirausaha mulai ada yang ngajuin.” TM 4. Persoalan ketenagakerjaan ini jika tidak ditangani secara benar,
ditengarai akan menimbulkan demo aksi dari warga kepada PT. CGI. Sehingga perlu penanganan serius, dalam arti perlu dikembangkan
pola-pola dialog yang intensif dan terbuka untuk mengetahui dan saling memahami kebutuhan masing-masing pihak. Untuk selanjutnya
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat di desa Karyamekar.
Keinginan para ibu di wilayah sekitar PT. CGI untuk dapat bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Misalkan pengadaan
katering untuk para karyawannya. Banyak para ibu di Desa Karyamekar yang dapat memasak, asalkan mereka diberi tahu tentang
standar kebersihan dari dapurnya, serta gizi dari makanan yang dibuat. Termasuk juga pembentukkan badan usahanya CV dalam bidang
katering. Nampaknya untuk masalah makanan atau katering untuk karyawannya, PT. CGI memiliki standar kualitas yang tinggi, selain
persoalan hukum administrasi yang tidak bisa persorangan, tetapi harus berbeda hukum.
Beberapa ibu warga Desa Karyamekar juga mempertanyakan sejumlah bantuan yang diberikan PT. CGI, misalnya pemberian mesin
jahit dan mesin obras, tetapi realisasinya bagi mereka dianggap tidak jelas. Sementara banyak ibu-ibu yang memiliki waktu luang yang
banyak, mereka umumnya hanya menunggu suami pulang dari kebun.
168
Para ibu menginginkan aktivitas yang dapat mengisi waku luang mereka. Mereka berharap PT. CGI dapat melihat kondisi nyata ibu-ibu
tersebut. Para ibu ini melihat kesenjangan secara ekonomi yang terjadi di lingkungan mereka yang belum dicermati oleh pihak PT. CGI,
sehingga program CSR-nya dapat lebih mengarah pada masyarakat miskin.
Berdasarkan informasi dari lembaga swadaya masyarakat yang menjadi mitra PT. CGI yaitu Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha
Kecil PUPUK memang Desa Karyamekar belum ditangani secara serius, padahal merupakan salah satu wilayah terdekap dekat dengan
operasional PT. CGI. Kemudian sejak bermitra dengan PUPUK, PT. CGI berupaya menyalurkan program CSR-nya kepada masyarakat
sekitar tidak lagi semata hanya fokus pada pembangunan infrastruktur. Sejak tahun 2008 program-program capacity building dan program
pemberdayaan masyarakat community development mulai menjadi fokus perhatian. Walaupun porsi antara pembangunan infrastruktur dan
non infrastruktur masih lebih besar pembangunan infrastruktur. 2 Bantuan Bidang Pendidikan
Bantuan di bidang pendidikan yang diberikan kepada masyarakat antara lain fasilitas untuk Pendidikan Anak Usia Dini
PAUD, TK, SD, dan SMP. Termasuk di dalamnya bantuan ATK, papan tulis, laptop. Artinya beberapa masyarakat di desa Karyamekar
mengetahui dan mengakui adanya bantuan dalam bidang pendidikan, meskipun belum merata. Demikian pula dengan gedung untuk kegiatan
olah raga dan kesenian yang dibangun oleh PT. CGI. Berikut sejumlah pendapat dari beberapa informan:
169
“kalau itu mah ini kan PAUD yang ada didekat sini kan itu dari Chevron
“WM 6 ” Seperti madrasah yang didieu ada bantuan laptop, terus
bangku, ATK p ernah, board dll.” TP 2.
“gedung olah raga dan kesenian kan itu juga diberikan sama Chevron.” TP 3.
“Aya ada bantuan, tapi ke sekolah, ke madrasah mah enggak SD,SMP, PAUD aya” TM 1.
“Tah kalau pendidikan ti Chevron teh ka TK panginteun, TK teh aya opat gunduk ada empat tempat rupina di bedeng,
didieu,cipanas, sareng RT 4.” TM 3. Namun untuk madrasah belum terdengar terdapat bantuan yang
diberikan PT. CGI kepada masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang tokoh agama, yang menganggap bahwa PT. CGI masih
mendiskriminasikan bantuan untuk sekolah-sekolah formal, namun belum memberikan bantuan untuk madrasah-madrasah.
3 Aspek Kesehatan
Bantuan bidang kesehatan menurut informan antara bantuan kendaraan untuk warga yang harus segera dibawa ke rumah sakit,
pembuatan sarana MCK mandi cuci kakus dan penyediaan air bersih. Kemudian bekerja sama dengan dinas kesehatan kabupaten Garut
membangun Puskesmas tingkat kecamatan Pasirwangi. “ya suka ada salah satunya mah, yang deket dan bisa dibantu
gitu ya ada. Yang bisa masuk kendaraan suka dibantuin untuk dibawa ke rumah sakit mah ada.” WM 6
Pada beberapa bantuan, seperti untuk bantuan sarana MCK dan
air bersih, sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang RW, bahwa sumber airnya merupakan milik masyarakat, namun masyarakat tidak
memiliki dana untuk pompa dan pipanya. Kemudian PT. CGI
170
menyediakan bantuan teknis dan pendanaan dalam penyediaan air bersih di kampung Ciherang Desa Karyamekar. Bantuan penyuluhan
pencegahan tentang bahaya HIV dan narkoba juga dilakukan oleh PT. CGI di sekolah-sekolah di kabupaten Garut, dengan bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan. “kalau perumahan mah dulu ada untuk wc, bagian kesehatan
dulu ya saya tau karena jadi RW ada lah bantuannya mah. Untuk wc sedesa ini kurang lebih ada 7 yang dibuatkan
MCKnya. Nah kalau tahun ini kan di Ciherang masih daerah Karyamekar juga ya, sekarang dikasih air bersih tapi itu mah
sumber airnya mah ya punya pribadilah punya masyarakat. Itu
dari Chevron biayanya” WM 6. Namun sebagian lagi tidak semua warga mengetahui bantuan
yang sudah dilakukan oleh PT. CGI dalam bidang kesehatan. Bahkan ada informan yang menyatakan tidak ada sama sekali bantuan bidang
kesehatan oleh PT. CGI. Pendapat tersebut diungkapkan oleh aparat pemerintah desa, ibu-ibu, dan sejumlah tokoh masyarakat.
4 Aspek Ketenagakerjaan
Persoalan keternagakerjaan merupakan persoalan yang dihadapi hampir semua daerah di Indonesia, termasuk di Desa Karyamekar
Kecamatan Pasirwangi. Tentunya banyak pemuda yang sangat ingin dapat bekerja di perusahaan besar seperti Chevron. Tidak salah
keinginan dari sebagian warga tersebut. Namun, karena kualifikasi, skill
dan kompetensi yang tidak memenuhi, mereka pun paham akan hal tersebut. Hanya dua hingga tiga orang warga masyarakat se-
kecamatan Pasirwangi yang bekerja sebagai karyawan di PT. CGI.
171
Kalaupun ada yang diterima bekerja di Chevron, biasanya sebagai office boy
dan bagian kebersihan. “ya kalau itu mah bisa dihitung jari. Yang dari Karyamekar
paling juga Cuma 2. Ya yang paling mentoknya itu paling karena dari tingkat pendidikannya itu tadi. Kalau Chevron ada
seperti BLK Balai Latihan Kerja mah enak, kita warga” jadi bisa berskill. Ini kan ga ada, walaupun kita dari lulusan S1 kalau
kita udah mentok dari Chevronnya ga bisa, ya ga mam pu.”
WM 6. Sehingga wajar jika sebagian warga berharap adanya balai
latihan kerja untuk meningkatkan keterampian dan keahlian para pencari kerja, khususnya para pemuda. Pelatihan kerja tersebut bukan
berarti untuk dapat diterima kerja menjadi karyawan di Chevron, tetapi penciptaan lapangan pekerjaan baru.
Sementara itu PT. CGI mendorong masyarakat lokal untuk membangun perusahaan lokal dan mengembangkan perusahaan-
perusahaan lokal yang mampu menjadi mitranya perusahaan tesebut. Inilah yang dikenal dengan local business development LBD. LBD
merupakan perusahaan-perusahaan lokal dengan tingkat kemampuan untuk melakukan kualifikasi pekerjaan minimal hingga menengah.
Masyarakat lokal mengenalnya sebagai CV-CV. Vendor-vendor inilah yang merupakan perusahaan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang
akan diikutkan dalam tender-tender pekerjaan di PT. CGI. Melalui CV- CV ini pula masyarakat atau pencari kerja lokal direkrut untuk menjadi
pekerja. ” Kalau dari Chevron mah paling menurutkan skill. Meskipun
ayeuna gogontowongan kitu hoyong kerja di Chevron mun teu bisa kanu komputer mah da percuma ka era-era. Ya jadi
disesuaikanlah. Orang dieu oge hoyong kerja di Chevron,
172
piraku orang nu deket teu diheulakeun . Tapi paling orang dieu
mah jadi helper di tenaga kerja, helper teh pembantu modelna. Itu juga masuknya bukan dari Chevron langsung tapi melalui
kontraktor-kontraktor rekanan Chevron lagi. TP 2.
Pola pengembangan perusahaan-perusahaan lokal LBD, yang kemudian mereka menjadi mitra rekanan PT. CGI, selanjutkan
melalui tender menerima pekerjaan-pekerjaan dari PT. CGI dikenal dengan outsourcing alih daya. Sebagian warga mengenal perusahaan-
perusahaan lokal tersebut sebagai kontraktor-kontraktor PT. CGI. Sebagaimana dikemukakan mengenai perekrutan tenaga kerja, maka
yang dimaksud dengan tenaga kerja lokal diterima di PT. CGI adalah sebenarnya mereka diterima oleh mitra rekanan kontraktor dari PT.
Chevron. Tentunya untuk perusahaan alih daya kontraktor PT. CGI dengan bidang pekerjaan satuan pengamanan atau office boy
merupakan perusahaan yang memiliki kualifikasi pekerjaan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT. CGI; dengan
komitmen jangka panjang setiap tahun diperbarui kontraknya dan terpercaya. Berbeda halnya dengan CV-CV dengan kualifikasi
pekerjaan tingkat rendah, seperti untuk pembangunan gorong-gorong, pembangunan MCK, atau bangunan fisik lainnya. Inilah jenis
perusahaan lokal yang banyak dimiliki oleh lokal. Jenis LBD ini dapat berjangka waktu dan komitmen jangka panjang, atau tergantung pada
jenis pekerjaannya. Setelah melalui tender, kemudian jika CV tertentu menang LBD tersebut memperoleh pekerjaan yang diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu. Hubungan kerja antara kotraktor LBD dengan PT. CGI selesai resmi setelah perintah pekerjaan yang dibebankan
kepada LBD tersebut selesai dikerjakan dan memperoleh pembayaran
173
penuh. Pada jenis CV-CV kontraktor lokal inilah banyak penyerapan tenaga kerja lokal, karena tidak memerlukan skill tertentu, bersifat
pekerjaan kasar, dan banyak mengandalkan kemampuan fisik. “outsourcing aja modelnya, kaya satpam, officeboy. Tetapi
selama kita baik, kerjanya bagus, bukan ga mungkin bakalan diangkat jadi karyawan tetap di sana. Ya bisa dipertahankan
bahkan bisa ditingkatkan gitu. Jadi walaupun dari outsourcing biasanya ga akan ada pemutusan, bisa saja ditingkatkan bahkan
ada yang sampai pensiun.” TP 3.
Bagi mereka yang bekerja diperusahaan alih daya dengan komitmen jangka panjang, muncul keyakinan bahwa status pekerjaan
mereka dapat saja meningkat menjadi pekerja tetap PT. Chevron. Sehingga mereka yang bekerja di jenis perusahaan tersebut
menganggap tidak ada bedanya seperti bekerja di PT. Chevron. Demikian pula pandangan masyarakat lokal dalam melihat keberadaan
mereka sebagai karyawan PT. Chevron. Hal tersebut dapat dipahami, mengingat untuk jenis pekerjaan sebagai Satpam atau office boy
membuat mereka sering berada di kantor PT. CGI, sehingga masyarakat lokal menganggap mereka adalah karyawan Chevron.
“karena Chevron lagi butuh tenaga kerja, nah itu diserahkan ke muspika untuk mencari 15 orang dibagi dari 3 kecamatan. Dari
kami pihak kecamatan diserahkan kembali ke desa-desa. Kalau hanya 15 orang, di Pasirwangi aja ada 12 desa, jadi kalau
diambil 15 orang ya paling 3 orang lagi dari 2 kecamatan lainnya. Ya ga mungkinlah yang dekat tidak didahulukan.
Memang kalau secara birokrasi Chevron itu memakai pemerintah disetiap kecamatan, kan yang namanya perekrutan
tenaga kerja suka ada masalah sedangkan kalau dulu-dulu itu katanya yah katanya untuk tenaga kerja Chevron itu harus
diambil dari masyarakat lokal kecuali bagian teknik. Katanya yah. Kalau saya ngobrol dengan dua kecamatan lain ya, wah
174
enak Pasirwangi mah yang punya Chevron. Padahal aslinya mah sama aja.
” PK 1 PK 2
Dalam perkembangan terakhir, PT. CGI nampaknya mulai mendengar dan memahami kegelisahan masyarakat akan tuntutan dan
kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat lokal. Hal tersebut ditunjukkan dengan permintaan PT. CGI akan tenaga kerja lokal
sebanyak 15 orang melalui pemerintahan kecamatan muspika di sekitar wilayah kerja PT. CGI. 15 orang kebutuhan tenaga kerja tesebut
akan di bagi dalam tiga kecamatan tersebut, yaitu kecamatan Pasirwangi, Kecamatan Samarang dan kecamatan Sukaresmi. Dengan
pembagian tersebut makan setiap kecamatan akan memperoleh jatah 5 orang.
Alokasi pembagian tersebut, niat awalnya adalah menyerap tenaga kerja lokal. Namun penyerapan tenaga kerja tersebut juga dapat
dipandang sebagai upaya dari PT. CGI dalam membangun reputasi yang baik di kalangan muspika wilayah kerja perusahaan tersebut. Hal
yang perlu dicermati kemudian dalam penyediaan tenaga kerja tersebut adalah alasan pembagian alokasi ke-15 orang tersebut, serta alasan
mengapa jumlahnya 15 orang. PT. CGI dan pemerintah kecamatan harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pemerintahan
desa di bawahnya, serta yang terpenting adalah masyarakat.
5 Bantuan Bidang Sarana Ibadah
Bantuan yang
berkait dengan
sarana ibadah
dan perlengkapannya juga diberikan oleh PT. CGI. Seperti juga bantuan
sebelumnya, PT. CGI berupaya tidak memberikan dalam bentuk tunai,
175
tetapi dalam bentuk barang natura atau bantuan teknis lainnya. Kebijakan
tersebut dilakukan
dalam upaya
menghindari penyalahgunaan bantuan yang diberikan PT. CGI kepada masyarakat.
Namun demikian bantuan yang diberikan dalam bentuk barang atau teknis tersebut sulit menghindari munculnya sifat ketergantungan
masyarakat kepada PT. CGI. Nampaknya PT. CGI masih sulit menghindari pola atau program tanggung jawab sosial yang bersifat
bantuan sosial social asistance. “Ka masjid kantenan sapartos masihan Al-Quran, karpet, duka
ari seuerna mah, pami kadieu mah kamari aya 50 Al-Quran sareng karpet duka dua duka opat mun teu lepat mah tapi eta ka
tiap masjid.” TM 3. Beberapa tokoh agama pun beberapa kali diundang oleh PT.
CGI untuk mengisi acara kegiatan agama yang diselenggarakan perusahaan. Seringkali kunjungan ke wilayah operasi PT. CGI tersebut
dipergunakan untuk membangun komunikasi antara pihak perusahaan dengan tokoh masyarakat secara informal. Dalam kesempatan tersebut,
pihak perusahaan dapat memberikan informasi mengenai kegiatan perusahaan secara informal, atau sikap perusahaan terhadap
masyarakat. Demikian pula sebaliknya, tokoh agama setempat dapat menceritakan mengenai kondisi dan sikap masyarakat lokal terhadap
PT. CGI. Seringkali hubungan yang bersifat informal tersebut, hasilnya jauh lebih efektif daripada hubungan yang dibangun secara formal.
Namun demikian kegiatan yang dilakukan oleh tokoh agama tersebut, juga menimbulkan kecemburuan dari masyarakat lainnya. Melalui
tokoh agama tersebut, masyarakat menilai, PT. CGI sering menyalurkan bantuan sosialnya.
176
6 Aspek Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Bantuan untuk usaha kecil dan menengah bagi masyarakat
lokal, menurut sebagian informan, kalau pun ada namun tidak jelas kelanjutannya. Atau masyarakat memandang bantuan yang diberikan
oleh PT. CGI diberikan secara tidak merata. “hem kan dulu ada pembuat keripik ubi jalar, ada warga Desa
Karyamekar dari kampung Ciherang. Mungkin dikasih modal sama itu sama Chevron tapi ga tau sekarang masih jalan apa
enggak.” PD 2, Desember 2012. “Duka karena yang benar-benar membutuhkan itu yang pasti
dapat ...mungkin Chevron memberi bantuan secara tidak merata mungkin ah da itu oge sama atas nama masyarakat,
karena Chevron-kan tidak tahu
”. WM 4 WM 5. Kemudian bantuan untuk wirausaha dan usaha kecil-menengah
tersebut seringkali dikaitkan dengan pemuda. Beberapa informan berpendapat bahwa jika ada program kewirausahaan untuk warga atau
pemuda di masyarakat lokal itu bagus. Namun juga sebagian informan berpendapat, bahwa program-program tersebut sosialisasinya tidak
jelas dan tidak merata. Sehingga tidak banyak warga yang mengetahui program wirausaha tersebut.
“ya itu kata saya juga, mungkin ada program yang bagus tapi tidak diketahui masyarakat yang luas, yang nanti bisa diajukan
atas masyarakat misalnya, yang saya tahu banyak beberapa program yang mengatas namakan masyarakat yang ternyata
diambil sama perseorangan. Misalnya ke masjid at-taufik bisa ditemuin disana ke pak ustad Nassrullah setiap bulannya bisa
mendapat bantuan dari Chevron untuk anak yatim, untuk jompo, dan sebagainya lah itu dia dapat. Yang harus diakui itu
177
bantuan Chevron secara sosial. Tapi itu kata saya juga tapi tidak merata.
” WM 4 WM 5. Komitmen warga yang memperoleh bantuan tersebut pun tidak lama.
Mereka yang telah memperoleh bantuan, sebagian tidak berlanjut, bahkan terhenti di tengah jalan. Padahal sebelumnya mereka meminta
bantuan untuk mengembangkan usaha dengan mengajukan usulan atau proposal kepada PT. CGI. Melihat hal tersebut PT. CGI perlu berfikir
ulang dan selektif dalam menerima proposal dan menyalurkan bantuan usaha kepada masyarakat. Hal tersebut mulai dikeluhkan oleh
masyarakat yang merasa sungguh-sungguh mengajukan proposal bantuan usaha kepada PT. CGI. Sebagaimana dikemukakan oleh salah
seorang informan, “Misalkan bantuan domba sama ayam, ayamnya ga ada,
dombanya ga ada. Terus ada lagi bantuan budidaya jamur, terus ga ada jamurnya, jadi sekarang yang benar-benar proposal teh
gak dipercaya. Terus bantuan yang tadi itu semuanya turun.
” WM 4 WM 5.
Dalam perkembangan selanjutnya mengenai bantuan usaha bagi warga, PT. CGI mencoba mengembangkan program-program unggulan di
masing-masing desa. Setiap desa didata potensi utama yang mungkin dapat dikembangkan sebagai keunggulan desa. Usulan kegiatan
tersebut dikenak dengan OVOP yaitu singkatan dari one village one product.
Program ini masih berjalan, dan perlu penelitian dan pengujian atas keterandalan program ini.
7 Aspek Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Minimnya tenaga lapangan yag dimiliki oleh PT. CGI untuk menjamin kalancaran dan kesesuaian kegiatan menjadi salah faktor
178
penyebab lemahnya kegiatan monitoring dan evaluasi. PT. CGI hanya melakukan monitoring di tahap awal saja, yaitu saat memastikan
program tersebut berasal dari desa tertentu kepada aparat desa. Selanjutnya melalui kegiatan FGD focus group discussion,
dilakukanlah prioritas kegiatan untuk desa tersebut. Sebelum bantuan diberikan, maka dilakukan kajian terlebih dahulu. Setelah disetujui dan
kemudian bantuan itu turun dilaksanakan, maka tidak dilakukan lagi monitoring.
“banyak yang turun sampai ratusan juta ibu-ibu PKK, Februari 2013 . Tapi mengatas namakan masyarakat, dan ternyata
kemasyarakat-nya mah tidak sampai ...tapi kalau ada pendampingan dari Chevron langsung turun mah saya kira tidak
akan seperti itu” WM 4 WM 5. Sebagian warga berharap dilakukan pendampingan, khususnya
pada bantuan untuk usaha kecil. Masyarakat memahami bahwa banyak bantuan yang diberikan oleh PT. CGI. Namun seringkali bantuan
tersebut sering disalahgunakan, dan tidak sampai ke masyarakat. Kondisi ini dipahami, mengingat banyak usulan yang diajukan kepada
PT. CGI, namun tenaga pelaksana minim. Sehingga sebenarnya kontrol dan monitoring tersebut sebetulnya dilakukan oleh PT. CGI melalui tim
PGPA, namun tidak semua bantuan yang diberikan kepada masyarakat dapat dilakukan pengontrolan.
“yaa diawasi langsung. Biasanya yang ngawasin itu pak Tata sama pak Yusep sampai selesai itu mah. Kalau mau ada proyek
lagi biasanya ditenderin lagi kalau masalah dilibatkan dengan
masyarakat ga ada, ditenderkan lagi sama yang lain”. WM 6. Umumnya PT. CGI melalukan tender atau lelang kegiatan yang
akan dilakukan kepada perusahaan-perusahaan CV milik masyarakat
179
lokal, tentunya sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang dilakukan. PT. CGI membina local business development LBD, yaitu CV-CV atau
perusahaan lokal yang menjadi mitra binaan, yang siap mengikuti lelang pekerjaan yang dilakukan oleh PT. CGI. Melalui merekalah
program-program CSR PT. CGI dilakukan kepada masyarakat. Umumnya program-program bantuan dari PT. CGI yang
bersifat fisik, seperti pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, atau gorong-gorong, atau mesjid ibadah dilakukan melalui LBD tersebut.
Umumnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh PT. CGI hanya dilakukan di awal kegiatan, dan setelah kegiatan pembangunan tersebut
selesai dilakukan. Bagi CV-CV atau anggota LBD yang tidak jujur atau hasil pekerjaannya tidak sesuai spesifikasi kontrak, maka di masa
CV tersebut tidak akan diajak kembali menjadi mitra. “ada, biasanya kan kalau program mau turun itu ada serah
terima, nah sebelum serah terima itu biasanya ada pengecekan ke lapangan dulu disurvei dulu. Nanti kalau dari Chevron sudah
deal
akan dikasih jadi ga dikasih begitu saja, ada pengontrolan biasanya sama Pak Tata itu mah. Pak Tata sama Pak Yosep aja
biasanya itu mah yang untuk dimasukkan ke LBD local bussiness development
“TM 4. Kemudian pelibatan pengontrolan atau pelaporan kepada pihak
pemerintah kecamatan
jarang dilakukan.
Kegiatan bantuan
pembangunan tersebut sering dilakukan antara pihak pemerintah desa dengan PT. CGI. Tetapi kalau pihak kecamatan berinisiatif melakukan
monitoring dan pengontrolan, baru kemudian pihak pemerintah desa atau PT. CGI memberikan pelaporan kepada kecamatan.
tidak ada, jadi kalau tidak ditanya mah ya tidak ada pelaporan. iya kaya seperti kalau saya turun ke lapangan untuk mengotrol
baru akan ketahuan ada apa di desa de. Kalau tidak ada
180
pengontrolan mah tidak ada informasi ke kecamatan. Yang biasanya tau itu ya kordinator PK 1 PK 2.
Mekanisme pelaksanaan kegiatan CSR dari PT. CGI cenderung tidak melibatkan pihak kecamatan. Walaupun dalam perencanaan kegiatan
yang dikembangkan oleh PT. CGI terlihat bahwa pihak kecamatan dilibatkan melalui musrenbang tingkat kecamatan. Fenomena hubungan
antara pemerintah desa, pemerintah kecamatan dan PT. CGI ini menarik untuk disimak. Idealnya diantara stakeholder ini akan
terbangun relasi yang baik, dalam rangka efektifitas dan efisiensi pembangunan masyarakat di wilayahnya. Jika masing-masing pihak
merasa benar dan tidak ada komunikasi yang harmonis, maka masyarakatlah yang akan menjadi korban.
“kalau yang dulu mah saya jelas-jelas ga tau ya, Cuma kalau yang sekarang mah katanya ya katanya, kan dari desa
mengajukan dulu, nanti diproses sama Chevron lalu untuk pelaksanakannya swakelola dari desa. Jadi dari Chevron mah
dikasih berupa barang dan bantuan pengerjaan aja, setelah di proses itu nanti ada tender untuk pengadaan barangnya. Setelah
itu baru dilaksanakan ke desa. ... bantuannya langsung aja ke desa itu mah, pihak kecamatan mah ga tau dimana-gimananya.
Kalaupun ada komunikasi dengan pihak kecamatan pastinya bapak ini bapak Suryaman sebagai Kasi PMD. Sejauh ini belum
ada. ... ya belum ada de, tapi ya enak-enak aja sih sebenernya jadi ga begitu ribet hehehe.
” PK 1 PK 2. Menarik untuk disimak pendapat aparat pemerintah kecamatan
Pasirwangi, bahwa pihak kecamatan tidak tahu-menahu mengenai bantuan yang diberikan oleh PT.CGI. Namun begitu, kondisi tersebut
bagi pihak kecamatan tidak masalah, bahkan merasa tidak terganggu dengan urusan bantuan yang terjadi antara PT. CGI dengan
pemerintahan desa.
181
C. Relasi Perusahaan dengan Masyarakat Lokal Menurut Masyarakat Lokal