256
dikerjakan oleh perusahaan sebagai respons dari tekanan masyarakat sekaligus upaya membangun relasi yang baik. Sedangkan Frynas
2009: 16 menunjukkan fakta bahwa adanya program CSR seringkali merupakan risk management perusahaan untuk meredam dan
menghindari konflik sosial. Prayogo 2011:157 menunjukkan bahwa wujud akhir dai baik buruknya persepsi komunitas akan berujung pada
bentuk tindakan masyarakat lokal, mendukung atau menolak keberadaan dan kegiatan perusahaan.
2. Kesadaran Perusahaan: Contoh kasus PT. Chevron Geothermal
Indonesia CGI dalam melakukan kegiatan CSR
Bagi PT. CGI tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari corporate responsibility yang bersifat kesukarelaan
voluntary, sehingga regulasi yang ada sebenarnya justru mereduksi makna CSR itu sendiri, bergesernya nilai moral dan etika bisnis
menjadi kewajiban obligation. Dalam rangka operasional kegiatan CSR, PT. CGI memerlukan banyak keterlibatan pihak-pihak lain
multistakeholder dalam kegiatan tersebut, untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan stakeholder lainnya.
PT. CGI melihat hubungan antara perusahaan dengan masyarakat harus dicermati secara intensif dan hati-hati; artinya,
hubungan yang terjadi akan sangat dinamis karena perubahan dan pergeseran stakeholder sekitar wilayah operasi begitu cepat.
Hubungannya dengan masyarakat adalah juga merupakan social investment
investasi sosial jangka panjang bagi keberlangsungan bisnis.
257
Usulan-usulan kegiatan dari masyarakat lebih banyak berdasarkan keinginan-keinginan masyarakat saja, bukan berdasarkan
kebutuhan. Kemudian PT. CGI tidak ingin dan tidak berharap menggantikan posisi dan peran pemerintah, baik pusat maupun daerah
untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian PT. CGI nampaknya akan terus berkomitmen untuk membantu dan bermitra
dengan masyarakat dan pemerintah daerah. PT. CGI mencoba fokus pada capacity building masyarakat,
melalui local economy development LED dan local business development
LBD, dengan sedikit demi sedikit mengurangi program yang bersifat bantuan sosial social asistance saja. Agar kemandirian
masyarakat dapat muncul. Walaupun hingga saat ini memang kegiatan CSR
belum mencapai
sepenuhnya fokus
mengarah pada
pemberdayaan, namun secara bertahap alokasi dana yang diarahkan pada pengembangan masyarakat diupayakan harus terus meningkat
setiap tahunnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan kegiatan LED dan I3E, local economic development LED di kecamatan Samarang
merupakan program CSR yang pendanaannya berasal dari Chevron Darajat langsung. Sedangkan pola initiatives economic engagement and
empowering I3E yang di kecamatan Pasirwangi, dengan sumber
pendanaan berasal dari kantor pusat Chevron di Amerika Serikat. Seringkali pemerintah desa pemerintahan lokal tidak siap
dalam menjalankan program CSR yang disalurkan pendanaannya melalui pemerintahan desa. Pemerintah daerah diharapkan dapat
bekerja sama dalam kegiatan CSR dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya warga masyarakat yang berada di
258
ring 1 wilayah kerja PT. CGI. PT. CGI selalu berupaya jujur dan bersih dalam melakukan kegiatan tanggung jawab sosial dan pengembangan
masyarakat, namun ketika bersentuhan dengan pemerintah seringkali dijumpai praktik-praktik yang cenderung menghambat kegiatan
tersebut. Frynas 2009, menyatakan bahwa biasanya perusahaan pertambangan gagal melakukan konsultasi secara lebih luas dengan
pemimpin lokal dan tokoh-tokoh lokal. Tantangan memberikan pola pikir mindset akan keamanan,
kejujuran, menghormati hak-hak asasi manusia, dapat dilakukan saat para kontraktor-kontraktor lokal bekerja sama dengan PT. CGI. Perlu
kesabaran dalam berhubungan dengan masyarakat yang memiliki sifat ketergantungan yang tinggi kepada PT.CGI, ditambah dengan kondisi
pemerintah daerah yang memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat lokal.
Kegagalan program-program pemerintah sebelumnya seperti Kredit Usaha Tani KUT, Inpres Desa Tertinggal IDT, raksa desa
yang yang bersifat top down berasal dari pemerintah juga turut menyumbang munculnya pandangan dan budaya ketergantungan
masyarakat. Sementara itu sesungguhnya masyarakat memiliki potensi tersendiri local wisdom yang khas dan mungkin belum tergali dengan
baik. Bagi PT. CGI keterwakilan masyarakat bukan ditentukan oleh
keterwakilan jumlah semata, melainkan keterwakilan ide; artinya pihak perusahaan menghormati ide-ide dari masyarakat, dari pemerintah, atau
dari manapun dalam rangka membangun relasi yang harmonis antara masyarakat dengan perusahaan. Pihak perusahaan berharap setelah
259
semua upaya engagement dan pemahaman akan masyarakat lokal berikut program-programnya maka terjadi relasi yang baik antara
perusahaan dengan masyarakat sekitar, maka tidak ada konflik antara masyarakat dengan perusahaan.
Frynas 2009 menunjukkan bahwa alasan perusahaan ekstraktif melakukan kegiatan CSR adalah, pertama, untuk memenuhi regulasi,
hukum dan aturan; kedua, sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan imej positif; ketiga sebaga bagian dari strategi bisnis
perusahaan untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat lokal; dan keempat, bagian dari risk management untuk meredam dan
menghindari konflik. Dalam pandangan Prayogo 2011: 13 seharusnya perusahaan tidak sekedar memperoleh ‘ijin operasi’ dari masyarakat,
tetapi lebih jauh lagi, yaitu masyarakat dapat menerima dan mengakui kehadiran social legitimacy perusahaan di tengah-tengah masyarakat.
Kehadiran perusahaan seharusnya memperoleh dukungan dari masyarakat lokal karena kehadirannya bermanfaat bagi mereka, inilah
makna dari pengakuan sosial social legitimacy. Frynas 2009 mengingatkan bahwa perlu kehati-hatian dalam menerapkan praktek
tanggung jawab sosial dari negara-negara maju di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu penerapan
CSR di masing-masing negara harus disesuaikan dengan konteks sosial dan lingkugannya. Kehati-hatian penerapan praktik CSR perlu
dipahami oleh agen-perusahaan, sebab dalam konsepsi strukturasi Giddens, 2010, melalui praktik-praktik sosial CSR-lah relasi dinamis
antar agen dan dengan struktur terjalin. Strukturasi merupakan suatu proses yang berkaitan dengan produksi dan reproduksi struktur,
sehingga dapat dikatakan bahwa struktur dalam kerangka teori
260
strukturasi, sesungguhnya bersifat dinamis karena dikontruksi oleh agen. Masalahnya adalah siapa saja agen yang terlibat dalam produksi
dan reproduksi struktur CSR tersebut, tentunya agen yang terlibat tidak cukup hanya agen-masyarakat dan agen-perusahaan saja. Perlu
keterlibatan agen lainnya, yaitu pemerintah sebagai bagian dari unsur tripartit good governance , selain masyarakat dan swasta perusahaan
Bintoro, 2010.
B. Relasi Masyarakat Lokal Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan