154
karena perbedaan pemahaman masing-masing agen akan struktur- CSR..
B. Operasionalisasi Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT.CGI Dalam Pandangan Masyarakat Lokal
Kesadaran masyarakat lokal akan kegiatan tanggung jawab sosial PT. CGI berisikan gambaran akan upaya-upaya masyarakat lokal
melakukan inisiatif usulan kegiatan, pandangan akan kegiatan tanggung jawab sosial, relasi yang terjalin dan manfaat kegiatan CSR. Persepsi
warga masyaraat lokal terhadap perusahaan merupakan isyu penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.
1. Inisiatif Usulan Kegiatan
Inisiatif usulan kegiatan yang dibungkus dalam payung CSR dapat dimulai dari pihak mana saja, baik dari masyarakat lokal atau
perusahaan, atau juga pemerintah setempat. Usulan kegiatan tersebut dapat dipandang sebagai upaya untuk menyelesaikan atau memperbaiki
suatu persoalan tertentu baik di masyarakat lokal maupun perusahaan. Usulan kegiatan yang berasal dari perusahaan dapat dipandang sebagai
upaya perusahaan membangun hubungan dengan masyarakat sekitar perusahaan.
Namun bagi masyarakat usulan kegiatan yang ditujukan kepada perusahaan, dapat diartikan sebagai harapan masyarakat lokal yang
begitu tinggi kepada perusahaan untuk dapat membantu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Namun masyarakat memandang kehadiran
perusahaan di wilayah lingkungan mereka adalah sebagai tamu, bukan
155
sebaliknya. Jadi bagi masyarakat rasanya aneh jika merekalah yang harus membuat usulan kegiatan. Sebagaimana pendapat salah seorang
warga masyarakat, sebagai berikut “masyarakatnya yang ngajuin usulkan, bukannya Chevron
yang aktif dimasyarakat. Makanya kita jadi beda, kaya kita yang jadi tamu, Chevronnya yang jadi pribumi. Bisa dibilang disini
mah kalau kita gak ngajuin ya ga akan dikasih. Gitu lah kira” jang. WM 6.
” Munculnya usulan kegiatan dari perusahaan juga menunjukkan
kepedulian perusahaan untuk membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Namun jika masyarakat berharap terlalu
tinggi kepada perusahaan untuk dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi, maka pola hubungan ini akan menjadi tidak baik jika
tidak dikelola dengan hati-hati. Akan timbul pola hubungan yang membuat masyarakat menjadi tergantung kepada perusahaan.
Masyarakat menjadi tidak mandiri, sangat tergantung kepada perusahaan. Sementara PT. CGI sebagai perusahaan yang dikontrak
oleh Pertamina tidak selamanya akan terus berada di Darajat, suatu saat jika kontraknya habis, mungkin saja mereka hengkang.
“kadang inisiatif dari masyarakat. Kaya misalkan membutuhkan kursi, ya bisa membuat proposal. Kadang ada juga dari
pemerintah bantuan, kan ada ADD alokasi dana desa. Ada juga inisiatif dari Chevronnya. Suka dimasukin ke desa, kaya
fisik, nonfisik, ya apa aja bisa ... warga juga ada, dari Chevron juga ada ya bantuan tanpa masyarakat harus minta. Mungkin
kesadaran dari Chevronnya juga” PD 2. Menurut informan yang merupakan aparat pemerintahan Desa
Karyamekar, usulan kegiatan dapat berasal dari masyarakat atau pemerintah desa kepada PT.CGI. Begitu pula usulan kegiatan bantuan
156
juga dapat berasal dari PT. CGI, yang seringkali bantuan tersebut melalui pihak pemerintah desa. Bantuan dari PT. CGI tersebut
merupakan kesadaran dari pihak perusahaan untuk membantu masyarakat.
Sebagian anggota masyarakat lainnya berpendapat bahwa inisiatif usulan kegiatan itu berasal dari masyarakat. Masyarakat yang
lebih tahu mengenai kebutuhannya, ketika masyarakat sudah tidak mampu mengatasi persoalan dan kebutuhannya. Kemudian masyarakat
mengajukan permohonan bantuan kepada PT. CGI. Jadi buat meraka, kalau masyarakat tidak mengajukan usulan bantuan atau kegiatan,
maka PT. CGI tidak memberi bantuan karena memang tidak ada yang mengajukan
proposal untuk
memperoleh bantuan.
Seperti pembangunan jalan, karena jalannya sudah rusak dan kritis, baru
kemudian masyarakat mengajukan bantuan kepada PT. CGI. “Dari inisiatif masyarakat. Pertama mah dilihat dari ini inisiatif
masyarakatnya dulu, kan dilihat dari kebutuhan masyarakatnya dulu. Seperti sekarang yang dibutuhkanna naon, misalkan jalan
di RW 3, kalau tidak ada yang kritis mah tidak akan ngasih karena tidak ada yang mengajukan. Jadi harus ada proposal ke
perusahaan dulu.” TP 2. Namun demikian usulan kegiatan atau proposal pengajuan bantuan
tersebut tidak serta merta memperoleh bantuan dari PT. CGI. Buktinya adalah mengenai pembangunan Masjid Kaum Pasirwangi, yang
diajukan oleh 12 desa se-kecamatan Pasirwangi. Bantuan tersebut dapat direalisasikan setelah warga masyarakat dari 12 desa se-kecamatan
Pasirwangi melakukan unjuk rasa menyampaikan dan menuntut janji PT. CGI sekitar 7 tahun lalu yang akan membantu pembagunan sarana
157
ibadah tersebut. Warga masyarakat yang melakukan aksi menutup jalan akses para karyawan PT. CGI ke tempat kerja. Setelah aksi tersebut
kemudian pihak PT. CGI berjanji untuk membantu, dan akhirnya bantuan pembangunan tersebut dapat diwujudkan. Sebagaimana
pendapat yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh pemuda, sebagai berikut:
”... kan perusahaan ga mungkin langsung nih buat masyarakat, dilihat feed back dari masyarakatnya dulu seperti apa, biar
sesuai kebutuhan. Kaya contoh pembangunan masjid di kaum Pasirwangi. Itu kan setelah masyarakat 12 desa ngajuin baru
direalisasikan. Itu teh 2M apa 3M, oh 2M 800jt dari Chevronnya jadi langsung dibangunin, untuk ke masyarakatna
mah pas serah
terima kunci ajalah serah terimana.” TP 3. Pada perkembangan selanjutnya desa-desa se-Kecamatan Pasirwangi
mengembangkan sebuah forum yang khusus membicarakan usulan- usulan CSR yang berasal dari desa-desa. Forum CSR se-Kecamatan
Pasirwangi ini baru terbentuk sekitar 2 tahun yang lalu. Forum ini menjadi wadah dan sekaligus menjembatani hubungan antara keinginan
dan kebutuhan masyarakat dengan pihak perusahaan PT.CGI. Forum CSR inilah yang kemudian menentukan skala prioritas mengenai
program bantuan dari PT. CGI yang akan dilakukan di desa-desa. Saat ini koordinator forum CSR se-Kecamatan Pasirwangi adalah dari Desa
Padamulya sedangkan wakilnya dari Desa Padaawas. “itu kan di desa itu ada koordinatornya. Kecamatan Pasirwangi
itu kordinatornya ada di desa Padamulya wakilnya dari Padaawas, dia aja berdua yang diajak untuk diskusi sama
Chevron. Bahkan dia juga yang menentukan dananya sekian untuk program ini untuk anu anu.gitu. ... jadi kaya mereka aja
petugasnya
” PK 1 PK 2.
158
Terbentuknya forum CSR tersebut sedikit banyak mengurangi beban tekanan dan kepusingan PT. CGI dalam menentukan usulan kegiatan,
prioritas kegiatan, sasaran kegiatan, dan pelaksana kegiatan di masing- masing desa. Semua ‘keinginan’ masyarakat sebelumnya dibahas
dalam Musrenbang desa masing-masing kemudian melalui perwakilan atau pemerintah desa, semua usulan tersebut dibicarakan dalam forum
CSR tersebut. “Karena kita melakukan program comdev. Prosedurnya, melalui
musyawarah desa. Keinginan apa, walau kita ubah. Pendanaannya tidak hanya untuk pembangunan infrastruktur
saja, tetapi juga untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Kita lihat semua keinginan mereka. Sehingga tidak ada gejolak
dari masyarakat. Setiap tahun buat bertemu di forum CSR lagi. Kita berharap pemda seharusnya sepe
rti itu”. PP 1.
Menarik untuk memperhatikan keberadaan forum CSR di Kecamatan Pasirwangi tersebut, dalam hubungannya dengan usulan
kegiatan yang sebelumnya harus selalu ditemui dan ditangani seara langsung oleh PT. CGI. Sebagaimana pendapat informan dari pihak PT.
CGI, dengan adanya Forum CSR tersebut memudahkan PT. CGI dalam menyalurkan bantuan untuk program yang telah terseleksi melalui
forum tersebut. Sehingga PT. CGI memiliki waktu luang untuk lebih berkonsentrasi pada kegiatan lainnya.
Inisiatif pembentukkan forum mungkin saja memang berasal dari PT. CGI, yang mungkin mengindikasikan upaya mengalihkan
persoalan atau kesibukan menghadapi masyarakat. Dalam fakta di lapangan menunjukkan bahwa dengan adanya forum tersebut, mereka
merasa lebih leluasa dan tekanan beban kerja teralihkan kepada forum tersebut. Sejak terbentuknya forum tersebut itu pula gejolak hubungan
159
antara masyarakat lokal dengan PT. CGI relatif menjadi terkendali. Hal tersebut diakui oleh sejumlah informan baik dari pihak pemerintah
lokal, masyarakat, maupun pihak PT. CGI itu sendiri. Menurut Prayogo 2011: 157, persepsi terbentuk karena
berbagai sebab, bisa karena pengalaman, informasi yang diterima benar atau salah, adanya harapan secara positif atau negatif dalam
bentuk rasa khawatir. Pemahaman masyarakat lokal sebagai agen, menentukan tindakan mereka terhadap korporasi, sehingga jika
persepsi negatif terbentuk maka akan negatif tindakannya.Bentuk- bentuk inisiatif membangun relasi dari masyarakat lokal kepada
perusahaan merupakan wujud dari respon warga masyarakat lokal terhadap keberadaan korporasi. Dalam kerangka strukturasi Giddens
2010 inilah yang disebut dengan praktik sosial; melalui praktik sosial- lah terus dikaji dan diperbarui terus menerus pengetahuan baru, yang
pada gilirannya mengubah praktik sosial tersebut secara konstitutif. Oleh karena itu perusahaan perlu selalu mengikuti perkembangan
pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat lokal terhadap mereka. Jenis dan bentuk informasi yang diterima, harapan yang terpenuhi atau
tidak, dampak positif dan negatif yang dirasakan, serta manfaat atau mudarat yang dirasakan menentukan persepsi warga masyarakat lokal
Prayogo, 2011: 157.
2. Tahapan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial PT. CGI