Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

menunjukkan skor maksimal. Untuk mengetahui kategori kecenderungan pada masing-masing variabel dapat digunakan rumus PAP tipe II yang telah dimodifikasi, yaitu : Skor terendah yang dicapai+[ nilai persentil x skor tertinggi yang mungkin dicapai skor terendah yang mungkin dicapai] Perhitungan untuk setiap variabel adalah sebagai berikut : a. Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 5 x 25 = 125 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 25 = 25 Skor : 25 + 81 125-25 = 106 25 + 66 125-25 = 91 25 + 56 125-25 = 81 25 + 46 125-25 = 71 Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan variabel tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif adalah seperti pada tabel berikut : Tabel 3.14 Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif Interval Skor Kategori kecenderungan Variabel 106-125 Sangat Tinggi 91-105 Tinggi 81-90 Sedang 71-80 Rendah 25-70 Sangat Rendah b. Variabel kecerdasan Emosional Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 5 x 23 = 115 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 23 = 23 Skor : 23 + 81 115-23 = 97,52 dibulatkan 98 23 + 66 115-23 = 83,72 dibulatkan 84 23 + 56 115-23 = 74,52 dibulatkan 75 23 + 46 115-23 = 65,32 dibulatkan 65 Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan variabel kecerdasan emosional adalah seperti pada tabel berikut : Tabel 3.15 Tingkat Kecerdasan Emosional Interval Skor Kategori kecenderungan Variabel 98-115 Sangat Tinggi 84-97 Tinggi 75-83 Sedang 65-74 Rendah 23-64 Sangat Rendah c. Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 5 x 23 = 115 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 23 = 23 Skor : 23 + 81 115-23 = 97,52 dibulatkan 98 23 + 66 115-23 = 83,72 dibulatkan 84 23 + 56 115-23 = 74,52 dibulatkan 75 23 + 46 115-23 = 65,32 dibulatkan 65 Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan variabel keterampilan berpikir kreatif adalah seperti pada tabel berikut : Tabel 3.16 Tingkat Keterampilan Berpikir Kreatif Interval Skor Kategori kecenderungan Variabel 98-115 Sangat Tinggi 84-97 Tinggi 75-83 Sedang 65-74 Rendah 23-64 Sangat Rendah 2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Pengujian Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribbusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujiannya menggunakan normalitas berdasarkan uji bivariat. Dalam melakukan pengujian menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 21. Kriteria yang digunakan adalah jika R square yang diperoleh dari perhitungan lebih dari 0,8, maka distribusi dikatakan normal. b. Rumusan Hipotesis. 1 Hipotesis Pertama Ho 1 : tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional. Ha 1 : ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional 2 Hipotesis Kedua Ho 2 : tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif Ha 2 : ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif. c. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pertama dan kedua pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Jika pengamatan dari 2 variabel, X dan Y adalah dalam bentuk skala ordinal, maka drajat korelasi dicari dengan product moment pearson Arikunto, 1989: 137-138. Rumusnya sebagai berikut: = [n X X ][n X Y ] Dimana : n : jumlah responden X : skor variabel jawaban responden Y : skor total dari variabel Menurut Nuryaman, dkk 2015: 164, secara relatif semakin besar koefisien korelasi, makin tinggi pula derajat hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya, secara relatif makin kecil koefisien korelasi, makin rendah pula derajat hubungan antara kedua variabel. Menurut Siregar 2013: 337 koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga dapat menentukan arah hubungan dari kedua variabel. Nilai korelasi r = -1 ≤ 0 ≤ 1 Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1 sampai 1, sedangkan untuk arah hubungannya dinyatakan dalam bentuk positif + dan negatif -. Misalnya: 1. Apabila r = -1 korelasi negatif sempurna, artinya terjadi hubungan bertolak belakang antara variabel X dan variabel Y. Jika variabel X naik, maka variabel Y turun. 2. Apabila r = 1 korelasi positif sempurna, artinya terjadi hubungan searah variabel X dan variabel Y. Jika variabel X naik, maka variabel Y naik. Berikut disajikan tabel mengenai korelasi dan kekuatan hubungan menurut Arikunto 1989: 209: Tabel 3.17 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan No Nilai Korelasi r Tingkat Hubugan 1 0,00 – 0,199 Sangat lemah 2 0,20 – 0,399 Lemah No Nilai Korelasi r Tingkat Hubugan 3 0,40 – 0,599 Cukup 4 0,60 – 0,799 Kuat 5 0,80 – 0,100 Sangat kuat d. Penarikan Kesimpulan 1 Jika nilai Sig. 1-tailed = 0,05, maka H o1 ditolak dan Ha 1 diterima. Artinya, ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional. Sebaliknya, jika nilai Sig. 1-tailed = 0,05, maka H o1 diterima dan Ha 1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional. 2 Jika nilai Sig. 1-tailed = 0,05, maka H o2 ditolak dan Ha 2 diterima. Artinya, ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif. Sebaliknya, jika nilai Sig. 1-tailed = 0,05, maka H o1 diterima dan Ha 1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif. 59

BAB IV GAMBARAN UMUM

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kulon Progo yang telah menggunakan Kurikulum 2013, yaitu SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo. Gambaran umum mengenai masing-masing sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. SMA N 1 Wates 1. Identitas Sekolah:

a. Nama sekolah : SMA Negeri 1 Wates b. NSS : 3010404 01001 c. NISN : 300020 d. Alamat : Jalan Terbahsari No 1, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta 55651 e. Nomor Telp : 0274 773067 f. Nomor Fax : 0274 774352 g. Email : smu1watesyahoo.com

2. Sejarah SMA N 1 Wates

SMA Negeri 1 Wates adalah sekolah menengah atas yang cukup terkenal di Kabupaten Kulonprogo, oleh karena itu SMA 1 Wates menjadi sekolah favorit untuk masyarakat kabupaten Kulonprogo dan Yogyakarta. SMA Negeri Wates telah memiliki prestasi akademik maupun non akademik. Sebagai sekolah yang sudah mempunyai nama, tidak mengherankan bila SMA 1 Wates selalu ditunjuk untuk mewakili Kabupaten Kulonprogo dalam berbagai event akademik maupun non akademik. SMA Negeri 1 Wates terletak di ibukota Kabupaten Kulonprogo, letaknya sangat strategis, mudah dijangkau oleh transportasi umum tidak jauh dengan pusat pemerintahan kabupaten Kulonprogo. Lokasi SMA Negeri 1 Wates cukup konduksif untuk kegiatan belajar mengajar karena tidak terganggu dengan kebisingan suara kendaraan bermotor. Alamat SMA Negeri 1 Wates ialah di jalan Terbahsari No 1, pedukuhan Terbah Desa Wates Kecamatan Wates kabupaten Kulon Progo. Keinginan untuk masuk SMA Negeri 1 Wates cukup besar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, tahun terakhir hampir 75 pendaftarnya tidak dapat tertampung, dari jumlah 562 pendaftar hanya tersedia kapasitas 216 siswa. Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulonprogo memberikan toleransi satu kelas untuk sekolah negeri hanya boleh diisi dengan 36 siswa. Dilihat dari input siswanya cukup tergolong strata kelas atas dan menengah karena banyaknya pendaftar, sehingga sekolah dapat memilih siswa berdasarkan nilai dari tiga mata pelajaran yaitu matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa dan sastra Indonesia. Dengan mutu lulusan yang semakin meningkat maka pemerintah pada tahun 1996 menetapkan SMA Negeri Wates menjadi tipe B dengan jumlah kelas sebanyak 18 kelas, karena itu pemerintah memberikan bantuan 4 lokal RKB dengan penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan SMA Negeri 1 Wates bersama BP 3 SMA Negeri 1 Wates. Sejalan dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi SMA Negeri 1 wates terus melengkapi diri dari segi sarana fisik baik yang berupa bantuan dari pemerintah maupun hasil partisipasi dari para orang tua wali murid. Sejalan dengan kemajuan dan tuntutan zaman SMA Negeri 1 Wates juga membangun musholla sebagai central activity peningkatan keimanan terhadap Tuhan YME, membanguan tempat parkir kendaraan, yang semua itu dilaksanakan swadana oleh SMA dan BP 3 SMA 1 Wates sekarang Komite, termasuk bangunan-bangunan fisik yang merupakan droping dari pemerintah yaitu laboratorium bahasa dan terakhir laboratorium biologi yang lengkap dengan peralatannya.

3. Pengembangan SMA N Negeri 1 Wates

Pada tahun 2001 Bp3 SMA Negeri 1 Wates bertekad untuk membangunan gedung dua lantai dengan panjang 24 meter dan lebar 8 meter, direncanakan lantai 1 untuk parkir kendaraan siswa dan lantai 2 untuk gedung serba guna, hingga saat ini lantai 1 telah selesai dibangun sedangkan lantai 2 baru dalam tahap sosialisasi. Perkembangan pembangunan fisik dan sarana prasarana pendidikan telah dicanangkan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

0 0 165

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo.

0 18 171

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

0 0 158

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif dan efikasi diri

0 4 189

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

0 0 12