Pengawasan Mutu Bahan Produk Pangan
152
karakter metode uji, yaitu presisi, akurasi, sensitivitas,
batas deteksi dan selektivitas. Dengan demikian, penentuan
karakter itu diperluas dengan melengkapi bukti-bukti obyek-
tif yang mendukung bahwa metode tersebut memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
tertentu. Beberapa pendekat- an yang biasa dilakukan
untuk validasi metode uji adalah sebagai berikut :
a. Presisi Presisi adalah tingkat ketelitian
suatu set hasil uji di antara hasil- hasil pengujian. Dalam praktek,
uji presisi suatu metode uji dilakukan dengan uji ketahanan,
uji repisibilitas dan uji reproduksi- bilitas. Berikut penjelasan menge-
nai metode uji yang digunakan untuk menguji presisi, yaitu :
1. Uji ketahanan. Uji ketahan-
an dilakukan untuk mengeta- hui perubahan reliabilitas me-
tode uji dengan berjalannya waktu karena rentannya me-
tode uji terhadap perubahan kondisi pengujian. Dalam uji
ketahanan ini dilakukan iden- tifikasi faktor-faktor kritis da-
lam metode uji, mulai dari preparasi sampel uji sampai
dengan tahap penetapannya.
2. Uji repitabilitas. Uji repitabi-
litas dilakukan untuk menge- tahui variabilitas data yang
dihasilkan pada dua penguji- an berurutan pada kondisi
yang sama. Perbedaan ab-
solut kedua data hasil uji
diharapkan berada dalam kisaran konfidensi 95. 6
3. Uji reproduksibilitas. Uji
reproduksibilitas adalah uji yang dilakukan untuk menge-
tahui variabilitas yang dihasil- kan pada dua pengujian con-
toh identik pada kondisi yang berbeda. Perbedaan absolut
antara masing-masing data hasil uji diharapkan berada
dalam kisaran konfidensi 95.
b. Akurasi Akurasi suatu metode uji merupa-
kan ukuran kualitas metode itu yang menggambarkan besarnya
penyimpangan data hasil uji dengan harga yang sesungguh-
nya. Kesulitan utama yang dihadapi pada evaluasi akurasi
suatu metode uji adalah fakta bahwa kandungan sesungguhnya
komponen yang akan diuji tidak diketahui. Secara umum dikenal
tiga cara yang digunakan untuk evaluasi akurasi metode uji.
1. Uji pungut ulang
recovery test
.
Pada prinsipnya, uji pungut ulang dapat dilakukan dengan
menganalisis contoh yang diperkaya dengan sejumlah
kuantitatif analit yang akan ditetapkan. Jumlah absolut
analit yang diperoleh dari analisis ini dan jumlah serupa
yang diperoleh dari pengujian yang sama untuk contoh
Pengawasan Mutu Bahan Produk Pangan
153
tanpa penambahan analit dapat digunakan untuk me-
nentukan nilai pungut ulang analit itu. Apabila dalam pe-
ngujian tidak terdapat kesa- lahan sistematik, maka nilai
pungut ulang yang diperoleh dalam uji ini tidak akan
berbeda secara signifikan dari 100. Uji pungut ulang juga
dapat dilakukan dengan tek- nik adisi standar mengguna-
kan suatu seri larutan stan- dar. Dalam hal ini evaluasi
beberapa hal dapat dilakukan sekaligus, seperti adanya ke-
salahan acak terlihat dari sebaran data di sekitar garis,
adanya kesalahan proporsio- nal misalnya karena adanya
interaksi antara analit dengan matrik, atau efisiensi ekstrak-
si, akan terlihat pada kemiri- ngan garis regresi dengan
slope kurva baku. Kelemahan
utama uji ini adalah adanya kemungkinan perbedaan an-
tara kondisi analit yang ditambahkan dan kondisi
analis dalam matriks. Nilai uji pungut ulang sebesar 100
tidak selalu dapat menjamin bahwa seluruh analit dalam
matriks telah benar-benar di- gambarkan oleh data hasil uji.
Oleh karena itu, uji ini bia- sanya hanya dilakukan seba-
gai uji pendahuluan dalam evaluasi akurasi metode uji.
2. Uji relatif terhadap akurasi metode baku
Pada prinsipnya, uji relatif
dilakukan dengan mengerja- kan pengujian paralel atas
contoh uji yang sama menggunakan metode uji
yang sedang dievaluasi dan metode uji lain yang telah
diakui sebagai metode baku. Apabila dalam pengujian tidak
terdapat kesalahan sistema- tik, maka tidak akan terdapat
perbedaan data hasil uji yang signifikan dari kedua pengu-
jian tersebut. Dengan angga- pan bahwa metode baku
memiliki akurasi yang tinggi, maka apabila tidak terdapat
perbedaan data hasil uji yang signifikan dari kedua penguji-
an tersebut menunjukkan bahwa akurasi metode uji
yang sedang dievaluasi memiliki akurasi yang
setingkat dengan metode baku. Dibandingan dengan
metode uji pungut, uji ini dapat memberikan reliabilitas
evaluasi yang lebih baik. Apabila dipandang perlu,
reliabilitas evaluasi ini dapat ditingkatkan dengan
melibatkan lebih dari satu metode baku dalam evaluasi.
3. Uji terhadap standard
reference material SRM.
Uji terhadap SRM untuk mengevaluasi akurasi suatu
metode uji dilakukan dengan menguji SRM menggunakan
metode uji yang sedang