Koefisien gesek Sifat fisik

Sifat Bahan Pangan Pengawasan Mutu BahanProduk Pangan 7 dari padat ke cair, energi panas yang dibutuhkan dapat diambil dari lingkungannya. Fenomena inilah yang dijadikan dasar dalam merancang peralatan dan sarana penyimpanan bahan pangan.

1.2.1.8 Panas respirasi

Setiap bahan pangan yang masih hidup akan melakukan aktivitas metabolisme dan energi panas yang dihasilkannya disebut panas respirasi. Panas respirasi adalah panas yang dihasilkan karena adanya aktivitas metabolisme dari bahan pangan, misalnya biji- bijian, ternak atau ikan yang baru mati. Panas respirasi ini sangat berpengaruh terhadap beban panas, terutama pada bahan pangan nabati, sehingga sangat berpengaruh selama dalam masa pengangkutan dan penyimpanan. Panas respirasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Meningkatnya suhu lingkungan akan meningkat- kan panas respirasi karena terjadi peningkatan aktivitas metabolis- me seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan Tabel 1.1. Tabel 1.1. Hubungan temperatur lingkungan dengan panas respirasi Temperatur o C Kisaran Panas Respirasi Jkgjam 5 10 15 208 – 281 467 – 520 882 – 987 1766 - 2183 Sumber : ASHRAE 1977 dalam Wheatton and Lawason, 1985

1.2.1.9 Penyebaran panas

Informasi mengenai penyebaran panas dalam bahan pangan sangat membantu pada proses pengolahan bahan pangan yang mengandalkan perubahan suhu. Penyebaran panas dapat dihitung dengan persamaan berikut : dimana : ά = Penyebaran panas cm 2 men ρ = Densitas gcm 2 C p = Panas spesifik Jg o C k = Konduktivitas panas k ά = 0.060 ------------------------ ρ C p Sifat Bahan Pangan Pengawasan Mutu BahanProduk Pangan 8 Penyebaran panas dalam bahan pangan dipengaruhi juga oleh kandungan air. Dengan demikian persamaan di atas dapat diganti dengan persamaan berikut : dimana : ά = Penyebaran panas cm 2 menit A w = Penyebaran panas pada air pada temperatur yang diinginkan cm 2 menit air = Kandungan air dalam bentuk bobot

1.2.2 Sifat Kimiawi

Sifat kimiawi dari bahan pangan ditentukan oleh senyawa kimia yang terkandung sejak mulai dari bahan pangan dipanenditangkap hingga diolah. Perubahan kan- dungan senyawa kimia pada bahan pangan tergantung dari tingkat kematangan biologis, jenis kelamin, kematangan seksual, temperatur, suplai makanan atau pupuk, stres, atau parameter lingkungan lainnya. Sebagian besar bahan pangan memiliki kandungan air relatif tinggi. Dengan kandungan air demikian, bahan pangan tersebut merupakan media yang baik bagi mikroba pembusuk untuk tumbuh dan berkembang. Upaya dilakukan untuk menurun- kan kandungan air dalam bahan pangan sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh dan berkembang masih terus dikem- bangkan. Keberhasilan upaya ini akan dapat meningkatkan masa simpan bahan pangan. Pada komoditas perikanan dan beberapa bahan pangan nabati lainnya diketahui mengandung minyak yang dapat diekstrak. Hati ikan hiu, kelapa, bunga matahari, dan jagung merupakan sejumlah bahan pangan yang telah diketahui banyak mengan- dung minyak. Minyak memiliki beberapa sifat khas, yaitu temperatur beku dan leleh, jumlah ikatan rangkap yang menentukan tingkat kejenuhan. Jumlah minyak yang dapat diekstrak tergantung dari jenis bahan pangan, musim, makanan yang dikonsumsi, siklus perkawinan, dan temperatur lingkungan. Tingkat kemanisan yang dimiliki bahan pangan dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Jagung muda baby corn atau ubi jalar lebih terasa manis apabila sebelum dimasak disimpan ter- lebih dahulu pada suhu rendah. Pada suhu rendah, karbohidrat yang dikandung oleh jagung muda atau ubi jalar berada dalam bentuk glukosa sehingga terasa manis. ά = 0.053+A w – 0.053 air