Pengawasan Mutu Bahan Produk Pangan
23
Keracunan juga dapat disebab- kan karena mengkonsumsi bahan
pangan yang menjadi beracun karena tercemar atau kesalahan
pengolahan.
Bahan pangan yang dibiarkan terlalu lama berada pada suhu
kamar setelah dimasak biasanya akan tercemar bakteri patogen
seperti
Clostridium perfringens, Staphylococcus, Bacilus cereus,
dan Vibrio parahaemolyticus.
Bakteri patogen ini biasanya menyerang sosis, daging, lidah
sapi, ikan, susu dan hasil olahannya, dan telur.
Gejala utama dari serangan bakteri tesebut adalah muntah
dan diare. Gejala lainnya adalah mual, otot perut kejang, diare
yang disertai sakit kepala, badan lemah dan demam. Gejala-gejala
ini muncul satu sampai 22 jam setelah makanan yang tercemar
tertelan. Bila dalam 24 jam serangannya tidak berkurang, se-
baiknya segera dibawa ke dokter.
Keracunan lainnya dapat terjadi apabila mengkonsumsi makanan
sayuran, daging atau ikan yang dikalengkan. Proses pengaleng-
an atau cara penyimpanan yang kurang baik dapat memicu tum-
buhnya
Clostridium botulinum yang dapat menghasilkan racun
perusak sistim saraf.
2.2.9 Kandungan polutan
Akhir-akhir ini marak diberitakan penggunaan senyawa formalin
formaldehid sebagai pengawet bahan dan produk pangan.
Senyawa formalin memiliki gugus CH
2
OH yang mudah mengikat air dan gugus aldehid yang mudah
mengikat protein. Badan Pengawas Obat dan Ma-
kanan BPOM telah melarang penggunaan senyawa formalin
sebagai pengawet bahan pangan dan badan ini juga telah meng-
informasikan bahwa 56 persen produk pangan yang beredar
ternyata mengandung formalin.
Produk tersebut terutama pada mie, tahu, ikan segar, dan ikan
asin.
Kerugian yang dialami apabila mengkonsumsi formalin antara
lain menimbulkan kerusakan di lambung, bersifat karsinogenik
atau dapat menyebabkan kanker.
Formalin merupakan salah satu polutan yang saat ini banyak di-
jumpai pada bahan pangan. Se- belumnya telah diketahui penggu-
naan bahan pewarna non pangan dan boraks. Penggunaan kedua
bahan ini menjadi sumber polutan dalam bahan pangan.
Sumber polutan dapat berasal dari lingkungan yang mencemari,
penggunaan bahan-bahan kimia non pangan, dan penggunaan
bahan-bahan yang memiliki efek samping mencemari.
Polutan banyak berasal dari ling- kungan yang tercemar. Media
tumbuh, peralatan dan wadah
Pengawasan Mutu Bahan Produk Pangan
24
yang digunakan dapat menjadi sumber polutan.
Penggunaan bahan-bahan non pangan, terutama bahan pewar-
na, boraks, dan formalin, dalam penanganan dan pengolahan
pangan sudah banyak dilakukan. Alasannya beragam, namun yang
dominan adalah harganya murah dan tersedia di pasar.
Penggunaan bahan-bahan yang berefek samping mencemari ter-
nyata telah menimbulkan efek merugikan bila dikonsumsi
secara rutin. Garam nitrit yang digunakan untuk mempertahan-
kan warna merah daging ternyata bersifat karsinogen, sehingga
dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Jika dikonsumsi secara berlebih- an, bahan pangan yang mengan-
dung zat kimia dapat mengakibat- kan keracunan dengan gejala
pusing, sakit kepala, kulit memerah, muntah, pingsan,
tekanan darah menurun dengan hebat, kejang, koma dan sulit
bernapas.
Proses pembakaran daging ter- nyata dapat memicu timbulnya
senyawa aromatik yang bersifat karsinogenik sehingga akan me-
rangsang sel tubuh untuk tumbuh menjadi sel kanker.
Sayuran dan buah-buahan cen- derung tercemar bahan kimia,
baik sebagai pengawet maupun racun pembasmi hama. Zat
kimia ini bisa berupa arsen, timah hitam, atau zat-zat yang bisa
menyebabkan keracunan.
Dengan makin maraknya peng- gunaan pestisida sebagai bahan
pembasmi hama, masyarakat lebih menyukai sayuran yang
terserang ulat. Menurut mereka, sayuran demikian tidak
menggunakan pestisida secara berlebihan sehingga lebih aman
untuk dikonsumsi.
Acar, jus buah, atau asinan yang disimpan di dalam tempat yang
dilapisi timah bahan pecah belah yang diglasir, kadmium, seng,
tembaga, atau antimon panci berlapisi email juga dapat
menimbulkan keracunan dengan berbagai gejala, tergantung pada
logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat kelebihan
bahan pengawet juga bisa terjadi, misalnya penggunaan Na nitrit.
Kadmium yang digunakan untuk melapisi barang-barang logam
dapat larut dalam bahan pangan yang bersifat asam. Apabila
kadmium termakan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan ke-
racunan. Gejalanya antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala,
otot-otot nyeri, ludah berlebihan, nyeri perut, bahkan dapat
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
Merkuri dan kadmium banyak dijumpai pada bahan pangan
yang tumbuh atau ditangkap di perairan yang mengalami pence-
Pengawasan Mutu Bahan Produk Pangan
25
maran limbah industri. Kasus Minamata di Jepang yang telah
menewaskan 52 orang dan mengakibatkan kerusakan otak
pada sebagian masyarakat yang mengkonsumsi ikan dengan kan-
dungan metil merkuri tinggi meru- pakan contoh bahan pangan
yang tercemar polutan.
Upaya pencegahan yang bisa di- lakukan agar tidak teracuni zat
kimia, yaitu dengan mancuci bersih buah-buahan, sayuran dan
daging sebelum diolah. Selain itu, jangan menyimpan bahan ma-
kanan yang bersifat asam sari buah, acar, asinan di dalam pan-
ci yang terbuat dari logam. Seda- pat mungkin hindari mengkon-
sumsi bahan pangan yang bera- sal dari daerah tercemar.
2.2.10 Cacat
Beberapa bahan pangan memiliki penampilan cacat sehingga terli-
hat kurang menarik. Penampilan cacat ini dapat disebabkan oleh
sifat genetis, faktor lingkungan, atau serangan organisme lain
Gambar 2.8, 2.9, 2.10.
Gambar 2.8. Bahan pangan yang cacat akibat luka
Gambar 2.9. Ikan yang terserang mikroba
Sumber : FAO, 2001
Pengawasan Mutu Bahan Produk Pangan
26
Gambar 2.10. Ikan yang terserang cacing
Sumber : FAO, 2001