BAB II LANDASAN TEORI
A. Iklan
1. Pengertian Iklan
Dalam buku Bovee 1995: 14 yang berjudul Advertising Excellence mendeskripsikan iklan sebagai sebuah proses komunikasi, di mana terdapat:
pertama, orang yang disebut sebagai sumber munculnya ide iklan; kedua, media sebagai medium; dan ketiga, adalah audiens.
7
Iklan dalam pengertian Raymond Williams, 1993: 320 merupakan sebuah dunia magic yang dapat menyulap
dengan seketika sebuah komoditas tertentu ke dalam hal yang penuh dengan pengaruh mengikat hingga dapat menarik bagi yang melihatnya.
Iklan juga dikatakkan sebagai sebuah sistem yang dihasilkan dari imajinasi ke
dalam bentuk dunia nyata yakni melalui media massa. Iklan tersebut berupa
muatan ide seseorang ataupun kelompok yang memberikan citra kepada sebuah produk yang akan diiklankan. Ide-ide tersebutlah yang dikomunikasikan kepada
audiens agar dapat diterima dan mendapat respon dari auidens. Proses penuangan ide ke dalam pesan disebut sebagai proses encoding berupa
bahasa iklan yang meyakinkan seseorang. Kemudian media mengkonstruksi pesan tersebut menjadi bahasa media. Pada tahap ini terjadi decoding karena
audiens menangkap bahasa media itu dan membentuk pengetahuan-pengetahuan
7
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. Ke-1, Jilid 1, h. 108.
14
atau realitas, dan pengetahuan itu bisa mendorongnya merespon balik kepada iklan tersebut.
8
Bentuk respon dari audiens tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu, merespon materi iklan berbentuk reaksi terhadap iklan tersebut dan merespon
pesan media dengan membeli atau tidak membeli produk tersebut. Proses tersebut akan terjadi secara berulang-ulang selama iklan tersebut masih disiarkan
di televisi.
1. Pengertian Iklan Politik
Dalam berkampanye, iklan politik merupakan senjata atau alat utama bagi para kandidat maupun partai. Menurut Linda Lee Kiad, iklan politik dalam
proses komunikasi dinyatakan sebagai sumber partai politik maupun kandidatnya dalam mengambil kesempatan untuk mengekspose diri melalui media massa dari
pesan-pesan politik untuk memengaruhi sikap, kepercayaan, dan tingkah laku politik khalayak.
Gagasan iklan politik sebenarnya sama dengan iklan konsumen yang bertujuan untuk memengaruhi khalayak. Hanya saja berbeda pada produk yang
dijual dan tujuan akhir dari iklan tersebut. Iklan politik tidak menjual barang, namun menjual program partai, dan tidak mengarahkan pemirsa kepada perilaku
membeli, namun mengarahkan perilaku pemirsa kepada sikap menerima sebuah partai dan memilihnya di saat pemilihan umum.
9
8
Burhan Bungin, Ibid, h. 109.
9
Burhan Bungin, Ibid , h. 113.