Teori Agenda Setting LANDASAN TEORI

khalayak yakni, kesadaran dan pengetahuan. Kajian riset ini lebih banyak dipusatkan kepada ideologi dan politik dari media massa tersebut dalam mengaplikasikannya dalam bentuk praktiknya StraubhaarLaRose, 2004: 43. Di mana setiap media massa pastilah memiliki agenda politik yang berbeda dengan yang lainnya. Hal itulah yang dapat menimbulkan persaingan atau kerja sama dalam merekayasa opini, citra, dan membentuk opini publik. Oleh karena itu, suatu peristiwa politik akan dikonstruksi oleh masing-masing media massa, sesuai dengan agenda politiknya, sehingga realitas politik yang dikonstruksikan oleh setiap media massa, dengan sendirinya bukan realitas yang sebenarnya melainkan hanya merupakan realitas bentukan atau rekayasa. 25 Kekuatan media massa dalam mengkonstruksi atau mendekonstruksi realitas politik ini terutama terletak pada pemberitaan pers dan penyiaran di radio maupun televisi, baik berupa berita maupun iklan politik, dengan mengabaikan peristiwa politik dan isu politik yang lain. Hal itu merupakan salah satu fungsi redaksi yang dikenal dengan sebutan gatekeeping dalam proses penyajian isi media kepada khalayak. Penonjolan dilakukan dengan tujuan adanya kepentingan tertentu sebagai upaya merekayasa opini publik sesuai dengan agenda politik yang telah ditetapkan. Seperti yang sudah banyak dilakukan oleh pemilik media di Indonesia yang tak jarang menggunakan kepentingan kelompoknya sendiri dengan menjadikannya sebuah isu utama yang disuguhkan kepada khalayak. Isu tersebut pun di berikan dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga pada akhirnya, isu yang dibuat media dianggap penting pula oleh publik. 25 Anwar Arifin, Op. Cit, h. 165. Teori ini akhirnya berkembang seiring zaman dengan banyak riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis teorinya. Sebelumnya, teori ini juga sudah dilakukan dalam penelitian Mc Combs dan beberapa temannya. Dengan melakukan penelitian kepada sekitar 50 pemilih di masing-masing tiga situs geografis yaitu, Lebanon, New Hampshire, sebuah kota kecil di negara bagian dengan pemilih pemula, di mana penelitian tersebut dilakukan oleh Mc Combs dan rekan-rekannya di Universitas Syracuse dengan metode wawancara. Kemudian di Indianapolis, Indiana sebuah kota yang cukup besar dan heterogen, di mana wawancara ditangani oleh Weaver dan rekan-rekannya di Universitas Indiana. Dan Evanston, Illinois, satelit pinggiran kota Chicago, di mana wawancara ditangani oleh Graber dan rekan-rekannya di Universitas Iilinois di Chicago Circle. 26 Pada awal perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif. Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda publik, dalam tradisi kuantitatif dioperasionalkan sebagai susunan urutan isu-isu yang diberitakan media massa dan susunan isu-isu yang dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif. Namun dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatif, baik sebagai pelengkap studi awal, analisis prosesnya maupun efek lanjutan. 26 Weaver D. H., dkk., Media Agenda Setting in a Presidential Election: Issues, Images, and Interest, New York: Praeger, 1981, h. 10.

G. Variabel Agenda Setting

Dalam penelitian ini, mengadopsi pemikiran Stephen W. Littlejohn yang mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 27 1. Agenda media ialah isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media. 2. Agenda publik yaitu, agenda khalayak yang dipengaruhi atau dihasilkan dari hasil interaksi suatu isu yang ditonjolkan oleh media yang nantinya dapat memengaruhi agenda kebijakan. 3. Agenda kebijakan publik policy yaitu, urutan topik yang dianggap penting dalam pikiran publik untuk menentukan kebijakan apa yang akan dilakukannya dengan beberapa faktor pendukung agar ia semakin yakin untuk mengikuti maksud dan tujuan apa yang telah diberikan media. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak melihat hingga adanya agenda kebijakan pada analisis kuantinya. Karena rumusan masalah menggunakan pendekatan kuanti hanya melihat pengaruh apa yang ditimbulkan dari agenda media kepada agenda yang berkembang di masyarakat, dalam hal ini dalam memilih partai politik pada pemilu legislatif 2014. Akan tetapi, pada faktor-faktor lain masyarakat dalam memilih, pada pendekatan kualitatif, peneliti menyangkut pautkan dengan variabel agenda kebijakan publik ini. Untuk itu, sub-variabel yang sesuai dengan teori di atas penulis mengadaptasi dimensi-dimensi agenda media, agenda publik, dan agenda kebijakan publik tersebut dengan konseptualisasi oleh Mannheim Severin dan Tankard, Jr : 1992, yaitu: 28 27 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, California: Wadsworth, 1999.

a. Agenda Media

Untuk mengukur agenda media maka akan dilihat dari variabel media massanya yaitu pertama, visibilitas visibility, yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. Kedua, tingkat menonjol bagi khalayak audiende salience, yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. Maksudnya, bagaimana isu itu dirangkingkan oleh responden dan apakah rangkingnya itu sesuai dengan rangking media. 29 Ketiga, valensi valence, yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. Ketiga indikator tersebut dapat diukur melalui analisis isi kuantitatif. Namun peneliti tidak hanya melihat dari jumlahnya saja, melainkan dari pengaruh penayangan dengan menentukan bagaimana rangking berita berdasarkan panjangnya waktu dan ruang, penonjolan tema berita ukuran headline, penempatan dan frekuensinya, dan konflik cara penyajiannya dari pandangan masyarakatnya.

b. Agenda Publik

Analisis agenda publik dilakukan dengan perhitungan topik-topik yang disajikan oleh media dan dianggap penting oleh khalayak, kemudian data tersebut dirangkingkan dan dikorelasikan dengan rangking tentang isi media. 30 Efek lanjutan ini dapat berupa persepsi khalayak tentang suatu peristiwa tertentu atau 28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, Cet. Ke-3, h. 288. 29 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2007, Cet. Ke- 13, h. 69. 30 Jumroni dan Suhaimi, Metode – Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Cet. Ke- 1, h. 56 sudah berupa tindakan, dalam hal ini perilaku memilih. Sedangkan untuk mengukur agenda publik sebagai efek lanjutan dari agenda media dapat dilihat dari tiga indikator di bawah ini, yaitu: 1 Keakraban familiarity yaitu, derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. 2 Penonjolan pribadi personal salience yaitu, relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi. 3 Kesenangan favorability yaitu, pertimbangan senang atau tidak senang khalayak akan suatu isu. Bagaimana suatu informasi dirangkingkan berdasarkan penting tidaknya oleh responden dan apakah rangkingnya sesuai dengan rangking media seperti yang diprioritaskan. 31

c. Agenda Kebijakan

Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dinggap penting bagi individu, yang merupakan suatu tindakan khalayak dengan adanya beberapa faktor pendukung agar ia mengikuti maksud dan tujuan apa yang telah diberikan media. Dimensi untuk agenda kebijakan publik ini ialah: 1 Support atau dukungan, merupakan kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu. Maka, ketika publik merasa senang akan suatu berita, dalam hal ini iklan, ia akan semakin yakin untuk memilih. 31 Jumroni dan Suhaimi, Ibid, h. 57