sudah berupa tindakan, dalam hal ini perilaku memilih. Sedangkan untuk mengukur agenda publik sebagai efek lanjutan dari agenda media dapat dilihat
dari tiga indikator di bawah ini, yaitu: 1 Keakraban familiarity yaitu, derajat kesadaran khalayak akan topik
tertentu. 2 Penonjolan pribadi personal salience yaitu, relevansi kepentingan
individu dengan ciri pribadi. 3 Kesenangan favorability yaitu, pertimbangan senang atau tidak senang
khalayak akan suatu isu. Bagaimana suatu informasi dirangkingkan berdasarkan penting tidaknya oleh responden dan apakah rangkingnya
sesuai dengan rangking media seperti yang diprioritaskan.
31
c. Agenda Kebijakan
Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dinggap penting bagi individu, yang merupakan suatu tindakan khalayak dengan adanya beberapa
faktor pendukung agar ia mengikuti maksud dan tujuan apa yang telah diberikan media. Dimensi untuk agenda kebijakan publik ini ialah:
1 Support atau dukungan, merupakan kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu. Maka, ketika publik merasa senang akan suatu berita,
dalam hal ini iklan, ia akan semakin yakin untuk memilih.
31
Jumroni dan Suhaimi, Ibid, h. 57
2 Likelihood of action atau kemungkinan kegiatan, yang merupakan kemungkinan kegiatan publik dalam melaksanakan apa yang diibaratkan
dalam suatu media dengan adanya pengaruh seseorang atau role-model. 3 Freedom of action atau kebebasan bertindak yaitu, nilai kegiatan yang
mungkin dilakukan oleh individu. Seseorang memberikan penilaian pribadi untuk menentukan aksinya akan memilih ataupun tidak memilih. Biasanya,
dimensi ini juga dipengaruhi oleh bebrapa faktor lain misalnya, ekonomi. Untuk menguji sejauh mana pengetahuan yang ditransmisikan oleh media,
dalam buku Weaver yang berjudul Media Agenda Setting in a Presidential Election: Issues, Images, and Interest, mereka meminta panelis untuk melihat inti
apa yang publik ketahui tentang isu-isu dan kualitas calon yang mereka atau media yang sebelumnya telah disebutkan sebagai penting. Terdapat empat tingkat
pengetahuan yang dapat diidentifikasi, Pertama kesadaran akan masalah dan gambar calon. Pada tingkat pembelajaran terendah ini responden diminta untuk
menyebutkan masalah atau kualitas, tapi tidak secara spontan dalam mengingat fakta-fakta tentang isu tesebut.
Tingkatan kedua, mengingat dengan fakta. Jadi responden diminta memberikan fakta-fakta dalam mengidentifikasi isu-isu atau memberikan contoh
kualitas calon presiden serta alasan menganggap mereka penting. Ketiga, dengan mengingat fakta dan pengetahuan tentang posisi salah satu kandidat atau
kualitasnya. Keempat, mengingat fakta dan posisi dua kandidat. Ini tentu saja merupakan satu-satunya tingkat pengetahuan yang dipercayai dalam menentukan
isu atau gambaran seseorang berdasarkan kedua pilihan kandidat.
d. Isu
Isu adalah kategori dalam isi media baik berupa berita, iklan, program, dan lain-lain. Kumulasi dari berita-berita yang dimuat secara berseri atau berita
tunggal yang di muat mengenai peristiwa tertentu dimana mencakup konflik, pro- kontra publik, sebuah situasi yang di anggap penting oleh kelompok tertentu.
Dalam mempelajari hubungan antara penekanan media pada isu-isu dan kekhawatiran pemilih atas isu-isu, penelitian sebelumnya lebih fokus pada
dimensi intrapersonal salience yaitu, sejauh mana seseorang merasa suatu masalah secara pribadi penting baginya. Tetapi ada pula bukti yang menunjukkan
isu mempengaruhi sejauh mana suatu masalah yang dibicarakan dengan orang lain interpersonal salience dan meluas ke mana isu-isu yang dianggap penting
untuk orang lain di masyarakat.
32
Masing-masing jenis isu mempunyai efek yang berbeda dalam proses agenda setting. Namun, dalam penelitian ini isu yang dimaksudkan ialah iklan Golkar
yang ditayangkan di TV One. Jika di sederhanakan, dalam bentuk alur proses di mana teori agenda setting meramalkan agenda media memengaruhi agenda publik
maka, akan didapat gambar seperti di bawah ini:
33
32
Weaver D. H., dkk., Op. Cit, h. 85.
33
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grassindo, 2004, h. 20.
Gambar 1. Model Agenda Setting
H. Perilaku Memilih Voting Behavior
Menurut Jack Plano, voting behavior atau perilaku memilih adalah salah satu bentuk perilaku politik yang terbuka. Sedangkan Riggs dan Plano menyatakan voting
behavior adalah studi yang berhubungan dengan cara orang cenderung untuk memilih dalam pemilihan umum dan alasan mengapa mereka memilih.
34
Dengan inti yang sama, Surbakti 1992 menyatakan bahwa perilaku memilih ialah keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan
serangkaian kegiatan membuat keputusan yakni, apakah memilih dan tidak memilih dalam pemilihan umum.
Penulis menyimpulkan bahwa perilaku memilih ialah suatu tindakan seorang pemilih dalam memberikan suara kepada suatu kandidat tertentu pada pemilihan
umum. Pemilih di sini ialah warga negara yang mempunyai hak untuk memilih, di daftar sebagai seorang pemilih, dan memberikan suaranya untuk memilih atau
menentukan wakil-wakilnya. Pemberian suara kepada salah satu kandidat merupakan
34
Riggs, R.E dan Plano, J.C, The Nited Nations: International Organization and World Politics, Chicago: Dorsey Press, 1988.
Variabel Media Massa;
- Panjang
- Penonjolan
- Konflik
Variabel Antara;
- Sifat
stimulus -
Sifat khalayak
Variabel Efek;
- Pengenalan
- Salience
- Prioritas
Variabel Efek Lanjutan;
- Persepsi
- Aksi
suatu kepercayaan bagi khalayak yang telah memahami makna nilai pribadi yang dimiliki dalam rangka mencapai tujuan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh dari penayangan iklan partai Golkar di TV One terhadap perilaku memilih masyarakat Kelurahan Kebon
Baru serta melihat apakah masing-masing variabel penayangan berpengaruh atau tidak atas pilihan seseorang.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan mix research yakni, gabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam mix method research peneliti
menggunakan metode dan teknik kuantitatif pada satu fase dan menggunakan metode teknik kualitatif pada satu fase lain.
34
Dan penelitian ini menggunakan paradigma positivisme, di mana paradigma adalah cara pandang seseorang ilmuan tentang sisi
strategis yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri.
35
Dan paradigm positivisme adalah suatu pandangan bahwa ilmu hanya dapat diperoleh melalui fenomena yang empiris, dapat diamati dan diukur serta diuji dengan metode
ilmiah. Kemudian penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif atau juga biasa
dikenal penelitian korelasi. Jenis penelitian ini akan melihat hubungan antara kedua variabel penelitian tanpa melakukan tindakan apapun sebagai tindak lanjutnya.
34
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, Cet. Ke-1, h. 428.
35
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2009, cet. Ke-4, h. 25.
36