Efek Komunikasi Massa LANDASAN TEORI

pengaruh bagi pendapat umum. Karena penonton juga akan menerima isu tersebut secara suka rela terhadap porsi yang telah disuguhkan oleh media. Dalam hal ini, McCombs dan Shaw tidak menyatakan bahwa media secara sengaja berupaya memengaruhi publik tetapi, publik melihat kepada para professional yang bekerja pada media massa untuk meminta petunjuk kepada media ke mana publik harus memfokuskan perhatiannya. 24 Menurut Lippmann, media itu bertanggung jawab membentuk persepsi publik terhadap dunia. Gagasan tersebutlah yang dikembangan oleh McCombs dan Shaw tersebut. Agenda setting dapat terjadi karena media massa sebagai penjaga gawang informasi gatekeeper harus selektif dalam menyampaikan berita ataupun informasi. Menurut Pamela J. Shoemaker dalam Littlejohn dan Foss, apa yang diketahui publik mengenai suatu kejadian yang ada sebagaian besar ditentukan oleh proses penyaringan dan pemilihan berita yang dilakukan media massa. Agenda Setting terbagi ke dalam dua level tingkatan yaitu, upaya dalam membangun isu umum yang dinilai penting dan menentukan bagian-bagian atau aspek dari isu umum tersebut yang dinilai penting melakukan framing. Dalam hubungan keterpengaruhan inilah yang disebut dengan agenda setting, di mana agenda media dapat membentuk dan memengaruhi agenda yang ada dipublik. Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang menganggap bahwa media mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi khalyak. Hanya saja, teori agenda setting memusatkan perhatiannya kepada efek kognitif 24 Morissan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, Jakarta: Kencana, 2013, cet. Ke-1, Jilid I, h. 495. khalayak yakni, kesadaran dan pengetahuan. Kajian riset ini lebih banyak dipusatkan kepada ideologi dan politik dari media massa tersebut dalam mengaplikasikannya dalam bentuk praktiknya StraubhaarLaRose, 2004: 43. Di mana setiap media massa pastilah memiliki agenda politik yang berbeda dengan yang lainnya. Hal itulah yang dapat menimbulkan persaingan atau kerja sama dalam merekayasa opini, citra, dan membentuk opini publik. Oleh karena itu, suatu peristiwa politik akan dikonstruksi oleh masing-masing media massa, sesuai dengan agenda politiknya, sehingga realitas politik yang dikonstruksikan oleh setiap media massa, dengan sendirinya bukan realitas yang sebenarnya melainkan hanya merupakan realitas bentukan atau rekayasa. 25 Kekuatan media massa dalam mengkonstruksi atau mendekonstruksi realitas politik ini terutama terletak pada pemberitaan pers dan penyiaran di radio maupun televisi, baik berupa berita maupun iklan politik, dengan mengabaikan peristiwa politik dan isu politik yang lain. Hal itu merupakan salah satu fungsi redaksi yang dikenal dengan sebutan gatekeeping dalam proses penyajian isi media kepada khalayak. Penonjolan dilakukan dengan tujuan adanya kepentingan tertentu sebagai upaya merekayasa opini publik sesuai dengan agenda politik yang telah ditetapkan. Seperti yang sudah banyak dilakukan oleh pemilik media di Indonesia yang tak jarang menggunakan kepentingan kelompoknya sendiri dengan menjadikannya sebuah isu utama yang disuguhkan kepada khalayak. Isu tersebut pun di berikan dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga pada akhirnya, isu yang dibuat media dianggap penting pula oleh publik. 25 Anwar Arifin, Op. Cit, h. 165.