commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan teknologi dewasa ini merupakan satu gejala yang tidak dapat dicegah. Manusia terus mengembangkan kualitas diri untuk senantiasa
memudahkan dalam mengakses informasi. Dengan adanya kemudahan akses informasi maka seakan batas antara suatu negara tidak menjadi penghalang.
Apabila hal ini disadari maka sebenarnya timbul suatu tantangan yang harus dijawab termasuk oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah masalah lapangan
kerja. Tentu saja semakin berkembang beragam ilmu pengetahuan dan teknologi maka tidak dipungkiri suatu pemegang modal akan senantiasa mengutamakan
sumber daya manusia yang berkualitas. Tidak heran jika kebanyakan dari warga negara Indonesia memilih bekerja ke luar negeri dengan iming-iming penghasilan
yang lebih besar jika dibandingkan di negeri sendiri. Walaupun mereka hanya bekerja sebagai tenaga menengah ke bawah. Kenyataan yang dihadapi justru
banyak masalah yang menimpa pahlawan devisa negara. Dalam harian kompas 15 juni 2009 Siti hadjar mengalami penganiyaan oleh majikan di kajang, selanggor
Malaysia. Ini adalah salah satu bukti bahwa bekerja di luar negeri tidaklah senyaman yang dibayangkan kebanyakan orang.
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia terkait dengan SDM salah satu penyebabnya adalah pendidikan di mana kompetensi
lulusan sekolah ini masih rendah. Di sekolah siswa hanya diajarkan menyelesaikan masalah-masalah akademik saja sehingga tidak mampu untuk
commit to user 2
mengaplikasikan dalam gejala-gejala kehidupan yang nyata. Guru hanya memberikan materi atau informasi yang cenderung dengan pola pengajaran
ceramah dan tanya jawab yang lebih dikenal dengan textbook center. Imbas dari kegiatan belajar seperti inilah yang menyebabkan pengetahuan siswa hanya
sekadar pada sesuatu yang telah diberikan guru saja kemudian akhirnya siswa akan berperilaku pasif dalam kegiatan belajar, dengan pasifnya kondisi siswa
maka akan berpengaruh pada pola kerja dan wawasan siswa. Sebagai contoh di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya dengan pelaksanaan
pembelajaran hanya sebatas textbook center memberikan suatu hasil prestasi belajar siswa rata-rata belum memadai, hanya berkisar antara 70 saja ditiap bab
pelajaran. Untuk lebih jelas dapat disajikan dalam tabel 1.1
Tabel 1.1 Deskripsi ketuntasan siswa SMA Muhammadiyah 4 Surabaya mata
pelajararan Fisika pada materi dinamika partikel No
Tahun KKM
Tuntas Tidak Tuntas
20072008 65
47 53
20082009 65
48 52
20092010 70
60 40
Dari tabel 1.1 di atas maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa hampir 50 siswa dikatakatan belum tuntas tiap tahunnya. Padahal menurut kurikulum 2004
pembelajaran dikatakan tuntas apabila 75 nilai kelas telah tuntas. Menurut KTSP dituliskan bahwa “Ilmu Pengatahuan Alam IPA
merupakan ilmu yang berkaiatan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan ilmu
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Depdiknas,2006. Pernyataan ini
commit to user 3
menunjukkan bahwa pembelajaran IPA khususnya fisika merupakan suatu ilmu yang harus diajarkan dalam suatu proses penemuan. Selain itu kurangnya
ketrampilan guru dalam menganalisis materi pembelajaran yang akan disampaikan akan mengakibatkan materi yang diajarkan kurang cocok dengan
model pembelajaran. Misalnya materi dinamika partikel hanya diajarkan dengan metode ceramah. Padahal apabila ditelaah lebih lanjut karakter materi ini akan
lebih baik jika diajarkan dengan metode percobaan atau eksperimen. Kurang variasinya guru dalam menyampaikan proses pembelajaran tidak menutup
kemungkinan siswa akan cepat jenuh dan mengabaikan materi yang disampaikan oleh guru.
Apabila diamati lebih lanjut tentunya kondisi siswa juga akan berpengaruh dalam menentukan perolehan prestasi belajar, misalnya motivasi berprestasi, gaya
belajar, kemampuan awal, IQ , kemampuan berpikir abstrak dan lain sebagainya. Hal yang demikian kurang sekali diperhatikan oleh pendidik di Indonesia pada
umumnya. Mereka seakan mampu menyamaratakan kemampuan anak yang sebenarnya berbeda-beda. Apalagi kondisi belajar di sekolah negeri dengan rata-
rata siswa satu kelas antara 30 sampai dengan 40 memberikan efek yang kurang maksimal jika harus memperhatikan kemampuan internal siswa.
Permasalahan berikutnya adalah materi yang diajarkan pada siswa kelas X pada khususnya. Sesuai dengan kurikulum Depdiknas dalam KTSP meliputi
pengukuran, vektor, gerak lurus dan melingkar serta dinamika partikel. Jika ditelaah lebih lanjut materi-materi yang disajikan dalam semester 1 ini akan saling
berkaitan. Konsep dari suatu materi yang akan diajarkan harus berpijak dari
commit to user 4
konsep materi sebelumnya. Sehingga perlunya model pembelajaran yang mampu untuk mengantarkan dari memori jangka pendek siswa ke dalam memori jangka
panjang siswa. Namun kenyataan yang dihadapi proses pemberian pelajaran fisika dipandang hanya merupakan suatu rangkaian yang terpisah.
Prasarana yang dihadapi tentunya juga akan memberikan hasil yang lain terhadap prestasi belajar siswa. Prasarana ini adalah syarat mutlak dalam proses
belajar-mengajar. Prasarana bisa meliputi media pembelajaran yang digunakan baik itu internet atau sebatas dengan peralatan manual yang ada. Apabila sekolah
memiliki sarana dan prasarana yang lebih banyak atau lengkap maka ketercapaian prestasi belajar siswa akan cenderung lebih mudah. Prasarana yang lengkap ini
akan digunakan siswa sendiri dalam mengembangkan kecakapan perolehan ilmu pengetahuan baik secara bimbingan ataupun secara mandiri. Akan tetapi jika
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah hanya terbatas dan kurang lengkap sebaiknya guru mampu berkreasi dengan lingkungan sekitar. Dengan interaksi
antara lingkungan dan proses pembelajaran harapan yang diberikan adalah ketercapaian prestasi belajar akan lebih baik
Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan berbagai cara, mulai perubahan kurikulum,
subsidi operasional, stadarisasi Ujian Nasional UN dan lain sebagainya. Inovasi pembelajaran tidak juga ditinggalkan demi terciptanya SDM yang berkualitas.
Pembelajaran mulai diarahkan berpusat kepada siswa student center yang diyakini sebagai salah satu solusi menangani pembelajaran yang pasif. Guru lebih
banyak mengatur strategi belajar daripada hanya sekadar memberikan informasi,
commit to user 5
sehingga tugas guru adalah lebih banyak mengelola kelas sebagai suatu kelompok belajar yang dapat bekerja sama dan menghasilkan produk baru. Dengan pola
pembelajaran seperti ini maka siswa akan berusaha memanfaatkan media yang ada baik visual, audio atau bahkan audio visual. Selain itu informasipun dapat
mereka cari dari tempat tinggal mereka. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang diduga
mampu untuk mengimplemantasikan dan memecahkan masalah yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. inkuiri adalah suatu proses ilmiah yang
mengacu pada cara belajar ilmuan dengan mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti dari cara memperoleh hasil mereka. Sehingga proses ini mampu
mengembangkan pengetahuan mereka Wenning,2007. Dengan bimbingan dari guru siswa berusaha untuk menjelaskan hubungan yang tekait antara konsep,
fakta-fakta dan prinsip dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan pembelajaran inkuiri siswa diharapkan akan mampu untuk melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuannya untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Lain daripada itu, pelaksanaan pembelajran inkuiri juga tidak sebatas
dengan pengguanan laboratorium sebagai tempat untuk bereksperimen. Pengamatan atau obsevasi pada suatu obyek penelitian juga dirasakan penting
untuk menemukan suatu konsep fisika. Pengamatan objek dan gejala alam dilakukan dengan lima indra yaitu penglihat mata, alat pembau hidung, alat
pengecap lidah, alat peraba kulit dan alat pendengar telinga. Perlu diingat
commit to user 6
bahwa pengamatan harus dilakukan secara menyeluruh meliputi semua obyek yang diamati. Sebagai contohnya lampu yang sedang menyala, pengamatan perlu
dilakukan sumbernya, nyala lampunya dan juga jenis lampu bahkan sampai dengan filamen lampu. Pengamatan yang dilakukan juga harus melibatkan
sebanyak mungkin indra dan juga alat ukur. Untuk itulah penggunaan model pembelajaran CTL merupakan pembanding
ideal pelaksanaan proses pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat
makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi Johnson, 2007:67. Pelajaran sering berjalan terbaik bagi diri siswa apabila para siswa mempuyai
peluang untuk menyatakan gagasan dan pendapat mereka sehingga pengalaman inilah yang akan menjadi pelajaran bagi mereka Crawford,2009. Dari sini dapat
digambarkan sebuah peristiwa yaitu adanya penemuan makna dari siswa dengan menghubungkan peristiwa di sekitar siswa dengan akademik yang ada di sekolah.
Ketika siswa dapat menemukan makna maka mereka akan menemukan alasan untuk belajar. Oleh sebab itu siswa mempunyai motivasi dari dalam diri mereka.
Dalam pendekatan belajar dengan menggunakan CTL terdapat tujuh komponen antara lain konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi dan penilaian yang sebenarnya Depdiknas, 2007. Pembelajaran CTL akan menetapkan tujuh kompenen ini dalam tahap-tahap pembelajaran yang
diberikan sehingga akan menjadikan pembalajaran ini sebagai satu kesatuan.
commit to user 7
Dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya akan sangat membantu siswa apabila memiliki pola pemikiran abstrak. Karena dalam ilmu fisika selain siswa
dituntut untuk mampu melakukan suatu percobaan atau eksperimen tentunya dari data-data yang mereka peroleh akan dianalisis menjadi sebuah kesimpulan dari
suatu gajala alam. Kemampuan berpikir abstrak merupakan sekumpulan ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir merupakan
proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
Berpijak hal yang demikian dalam melakukan eksperimen tidak akan meninggalkan suatu motivasi kinerja bagi seorang siswa. Motivasi sendiri adalah
sutau dorongan kepada seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Jika motivasi ini tinggi maka akan senantiasa melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan
sistematis sehingga hasil akhir dari pelaksanaan model pembelajaran ini akan tercapai yaitu menigkatnya prsestasi belajar siswa sebagai pembelajaran tuntas.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Taasoobshirazi dalam international journal 2007 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi yang dimiliki oleh peserta didik
wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan peserta didik pria. Hal ini dikarenakan wanita memiliki motivasi intrinsiknya lebih rendah, tingkat
kecemasan lebih tinggi dan tidak sesuai dengan karir mereka. Karena itulah dapat di sarankan dalam pembelajaran fisika memberikan tugas proyek yang
menghubungkan ilmu fisika yang menjadi pokok bahasan di ruang kelas, tujuan karir dan pengalaman hidup sehari-hari.
commit to user 8
Karakteristik materi dinamika partikel dalam kehidupan sehari-hari bisa langsung diamati oleh siswa, misalnya seorang yang mendorong meja dengan
gaya tertentu sehingga meja dapat berpindah. Sesuai dengan dasar penemuan konsep dinamika partikel mampu ditemukan oleh para ahli fisika melalui
pengamatan. Kegiatan pengamatanpun bermacam-macam bisa melalui kegiatan eksperimen, observasi, pembelajaran proyek, investigasi dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu akankah lebih baik jika proses pembelajaran di dalam kelas dapat dikembalikan sebagai mana para ilmuan mampu menemukan konsep ini. Melalui
model pembelajaran inkuiri siswa mampu bereksperimen di laboratorium sehingga siswa dapat menemukan konsep fisika secara langsung. Selain itu
kegiatan pembelajaran CTL akan mampu menerapkan suatu konsep dinamika partikel dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan menampilkan hasil karya guna
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep yang telah ditemukan. Proses eksperimen akan diperlukan kemampuan berpikir abstrak siswa sehingga
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh siswa maka akan ditarik suatu simpulan konsep dinamika partikel. Kegiatan eksperimen tidak selalu langsung
menemukan suatu konsep dasar. Ada kalanya kegiatan ini akan menemui kegagalan sehingga perlu adanya motivasi berprestasi untuk terus berusaha dalam
melakukan serangkain kegiatan pembelajaran. Untuk itulah maka dilakukan suatu Penelitian dengan judul “Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing
dan CTL ditinjau dari kemampuan berpikir Abstrak dan motivasi Berprestasi” untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user 9
B. IDENTIFIKASI MASALAH