commit to user 88
nilai sig yang diperoleh adalah 0,001 hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil yang diperoleh antara siswa yang memiliki kemampuan bastrak tinggi dan
motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan abstrak tinggi dan motivasi rendah. Pada baris ketiga nilai sig 0,000 hal ini menunjukkan ada
perbedaan hasil yang diperoleh siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah dan motivasi rendah. Pada baris kelima nilai sig 0,744 hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan hasil prestasi belajar yang diperoleh siswa
dengan kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi tinggi dengan kemampuan abstrak tinggi dan motivasi rendah. Pada baris keenam nilai sig 0,513
hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan hasil prestasi belajar yang diperoleh siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi tinggi dengan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah.
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Hipotesis pertama “Tidak ada pengaruh antara model pembelajara inkuiri dengan CTL terhadap
prestasi belajar siswa.” Model pembelajaran inkuri menekankan pada suatu pola pembelajaran yang
mengorientasikan pada proses penyelidikan, penggalian informasi yang dilakukan oleh siswa sedangkan model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata yang pernah
commit to user 89
ditemui atau dilakukan oleh siswa. Secara dasar tujuan dari penerapan kedua model pembelajaran ini adalah sama yaitu untuk membentuk perilaku sains siswa.
Dalam Depdiknas 2007 pembelajaran kontekstual harus mencakup 7 komponen utama yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi dan penilaian sebenarnya. Pelaksanaan di lapangan sendiri kegiatan pembelajaran CTL menekankan pada penganalisisan fenomena alam dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa akan mulai untuk merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data dan pada akhirnya akan mengambil
suatu simpulan dari peristiwa yang dialami. Ada beberapa komponen yang tidak bisa dilaksanakan dengan baik contohnya adalah refleksi dan penilaian
sebenarnya. Hambatan ini didasarkan pada waktu yang sangat mendesak untuk menyelesaikan ketujuh komponen setiap subab harus selesai dalam waktu 90
menit. Padahal idealnya waktu untuk pembelajaran dengan menggunakan CTL lebih lama lagi, sehingga yang lebih ditekankan dalam proses pembelajaran ini
adalah kuntruktivisme dan inkuiri. Sedangkan inkuiri sendiri meruapakan bagian dari pembelajaran CTL sehingga langkah-langkah yang hamper sama terjadi
dikedua model pembelajaran ini. Berdasarkan pada tabel 4.7 didapatakan nilai rata-rata prestasi belajar kelas
inkuiri dan CTL adalah 59,60 dan 65,09 dengan standar deviasi 13,03 dan 15,11. Sehingga batas nilai CTL sendiri antara 49,98 sampai dengan 80,2. Nilai rata-rata
kelas inkuiri terbimbing masuk dalam batas CTL sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan kedua model ini. Jika meninjau pada LKS dan RPP lampiran 2
maka untuk RPP CTL belum susuai dengan konteks pembelajaran CTL karena
commit to user 90
belum terperinci dengan jelas antara ketujuh komponen yang telah disebutkan di atas. Sedangakan LKS sendiri lebih cenderung ke penggalian informasi mengenai
suatu fenomena sederhana. Siswa kurang bereksplorasi dari percobaan yang dilakukan. Siswa cenderung menganalisis dengan sederhana kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan.
2. Hipotesis kedua “ Terdapat pengaruh nilai kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar dalam penelitian ini.” Kemampuan berpikir ini merupakan sekumpulan dari suatu ketrampilan yang
kompleks. Berpikir adalah proses yang aktif dan dinamis yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membentuk suatu ide-ide, pengertian, pemahaman dan
menarik suatu kesimpulan. Menurut Piaget dalam Trianto 2007:64 pada tahap operasi formal merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif di mana
seorang remaja sudah dapat berpikir secara logis, berpikir dengan pemikiran yang teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang telah diamati saat itu. Hasil ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget karena untuk menyelesaikan masalah yang bersifat
abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu
melakukan sekumpulan kegiatan eksperimen. Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh lampiran 2 siswa sudah mampu
untuk menganalisis suatu masalah dengan runtut dari data ini maka akan ditarik
commit to user 91
suatu simpulan. Hal ini kiranya dapat dilakukan oleh siswa yang memiliki kemampuan berpikr abstrak tinggi. Dari hasil tes siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi terdapat 31 siswa sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah terdapat 39 siswa. Dari hasil tabel
4.4 kemampuan berpikir abstrak tinggi rata-rata kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas inkuri. Hal ini menyatakan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan berikir abstrak tinggi akan senantiasa mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran ini
siswa ditekankan untuk senantiasa mengamati fenomena, menyusun suatu pertanyaan dan hipotesis, melakukan suatu percobaan, mengumpulkan data, dan
pada akhirnya akan melatih siswa untuk menarik kesimpulan.
3. Hipotesis ketiga “Terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.”
Motivasi merupakan suatu dorongan kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Dari hasil uji hipotesis menyatakan bahwa motivasi tinggi dan rendah
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Muhammad 2007:27 motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa akan cenderung untuk berupaya
melakukan sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan mengarah pada keberhasilankegagalan”. Dengan adanya motivasi berprestasi ini
seorang siswa akan cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil yang maksimal. Dengan melakukan kegiatan eksperimen siswa dituntut untuk
memiliki motivasi tinggi dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan tabel 4.1
commit to user 92
diperoleh informasi bahwa motivasi berprestasi kelas CTL lebih besar jika dibandingkan dengan kelas inkuiri. Hal ini serupa dengan tabel 4.7 yang
menunjukkan prestasi belajar kognitif kelas CTL juga lebih tinggi daripada prestasi belajar kognitif kelas inkuri. Tidak hanya prestasi kognitif saja yang
menunjukkan nilai presatasi siswa tetapi juga didukung oleh prestasi psikomotor dan afektif. Nilai psikomotor antara kedua kelas sama yitu 78 karena memang
lembar observasi yang digunakan antara kelas CTL dan inkuiri terbimbing sama. Dengan dasar kegiatan psikomotor inilah dapat dibuktikan bahwa siswa
melakukan suatu kegiatan baik praktikum atau obeservasi dengan baik. Namun nilai pada prestasi afektif kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas
inkuiri karena pada kelas CTL siswa menyajikan suatu hasil karya untuk dipresentasikan. Dengan kegiatan presentasi ini siswa pada kelas CTL lebih
antusias jika dibandingkan dengan kelas inkuiri terbimbing. Maksud dari pernyataan ini adalah siswa yang memiliki motivasi tinggi
cenderung akan melakukan sesuatu dengan baik dan pada akhirnya mengupayakan hasil prestasi belajar kognitifnya tinggi. Sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah akan mendapatkan hasil belajar yang rendah pula.
4. Hipotesis keempat “Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa.”
commit to user 93
Menurut Piaget untuk mengembangkan pola berpikir abstrak seorang anak setidaknya sudah mencapai pada kisaran umur 11 tahun operasi formal. Akan
tetapi seorang anak tidak semuanya berkembang menurut proses perkembangan ini. Ada beberapa anak yang memiliki pola pengembanagan abstrak siswanya
melemah. Hasil intaraksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap presatsi belajar dapat disajikan dalam
grafik 4.23 Berdasarkan grafik 4.23 merupakan grafik hubungan antara kemampuan
berpikir abstrak dan prestasi belajar siswa berdasarkan model inkuiri dan CTL. Pada kedua grafik ini terdapat perpotongan gradient pada suatu absis 57,5;58,7
sehingga ada suatu interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa.
Siswa yang semula memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah apabila mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran inkuiri siswa ini akan cenderung
memperoleh nilai prestasi kognitif yang lebih baik karena dalam model ini siswa tidak dituntu untuk lebih melogika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kata
lain tidak perlu untuk membuat suatu karya hanya sebatas suatu simpulan gejala alam. Menurut Ibrahim dan Nur 2000:5 model pembelajaran pada rumpun
pembentukan perilaku siswa baik inkuiri atau CTL merupakan model efektif untuk pembelajaran tingkat tinggi
commit to user 94
Grafik 4.23 grafik interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak
siswa
Sesuai dengan hasil penelitian siswoyo 2009 menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mampu mennghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik jika diajarkan dengan model pembelajaran proyek. Kegiatan pembelajaran CTL cenderung melakukan suatu eksplorasi untuk
membuat karya. Dengan tingginya kemampuan berpikir abstrak siswa maka seorang siswa akan mampu melihat makna akademik yang diperoleh baik dalam
proses pengajaran atau eksperimen dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademiks dalam konteks kehidupan. Kegiata inkuiri terbimbing akan membantu
siswa untuk menghubungkan suatu peristiwa-peristiwa yang runtut menuju suatu konsep fisika kegiatan ini akan membantu siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak rendah untuk menemukan suatu konsep fisika. sehingga siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi ketika diberikan suatu proses
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri atau CTL akan tetap memiliki
57,5;58,7
commit to user 95
prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah akan memiliki presatasi tinggi jika diajarkan dengan model inkuiri
terbimbing.
5. Hipotesis kelima “Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.” Motivasi berprestasi terdiri dari dua katagori yaitu motivasi interinsik dan
motivasi ektrinsik. Motivasi ini dimiliki oleh seorang anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Salah satu tujuan dari model pembelajaran digunakan
di dalam kelas adalah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegitan belajar mengajar. Akan tetapi dari penelitian yang dilakukan tidak ada
interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan motivasi berprestasi siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dideskripsikan pada grafik 4.24.
Grafik 4.24 Grafik interaksi antara motivasi berprestasi dengan model yang digunakan
commit to user 96
Berdasarkan grafik 4.15 ditunjukkan bahwa motivasi terendah dan tertinggi berada pada kelas inkuri. Pada siswa ini menunjukkan bahwa hasil prestasi yang
didapatkan cenderung rendah untuk motivasi rendah dan tinggi untuk motivasi tinggi. Kedua garis dalam grafik tidak berpotongan pada satu titik atau saling
lepas maka dapat diperoleh simpulan bahwa tidak ada intaraksi antara model yang digunakan dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin melakukan kegiatan belajar sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Siswa dengan
motivasi rendah dalam kegiatan eksperimen atau percobaan cenderung menggantungkan dengan siswa lain dalam satu kelompoknya. Selain itu penilaian
psikomotor sengaja dibuat penilaian tiap kelompok sehingga tidak nampak adanya perbedaan prestasi siswa yang memiliki motivasi rendah dan tinggi. Karena itu
guru sulit untuk memberikan tindakan untuk anak-anak yang memiliki motivasi rendah. Ada beberapa yang kiranya tidak diperhatikan dalam kegiatan belajar
disini yaitu bahwa motivasi dibedakan menajadi dua yaitu motivasi interisik dan motivasi ektrisnsik Santrok,204. Siswa yang cenderung rendah motivasi
intrinsiknya perlu kiranya diberikan suatu motivasi lain dari luar ekstrinsik. Semestinya guru memberikan suatu penghargaan atau sanksi yang menyebabkan
siswa untuk melakukan suatu kegiatan lebih baik lagi. 6. Hipotesis keenam
“Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.”
commit to user 97
Berdasarkan grafik 4.25 menunjukkan grafik hubungan antara motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Garis gradient yang
dibentuk antara kedua model yang digunakan adalah saling lepas maka dapat diperoleh suatu simpulan bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir
abstrak siswa dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi maka motivasinya juga tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah maka motivasinya juga rendah.
Grafik 4.25 Grafik intraksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dengan motivai
berprestasi siswa
Interaksi ini lebih menunjukkan jika seorang anak memiliki motivasi yang rendah
dan kemampuan berpikir abstrak rendah maka akan kesulitan ketika mereka mengikuti kegiatan belajar CTL ataupun inkuiri. Mereka cenderung untuk
melakukan suatu kegiatan eksperimen terutama jika hasil data yang diperoleh tidak begitu baik. Seseorang yang memiliki motivasi rendah maka akan cenderung
menghubungkan bahwa faktor-faktor internalnya juga rendah Muhmmad,2007. Kurang cakapnya guru dalam menangani anak-anak yang memiliki motivasi
commit to user 98
rendah menyebabkan data yang diperoleh tidak terjadi interaksi antara motivasi dan kemampuan berpikir abstrak. Seharusnya hal yang demikian sebagai
pegangan guru untuk membarikan perhatian yang lebih terutama untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah untuk
melakukan kegiatan pembelajaran lebih optimal.
7. Hipotesis ketujuh “Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.”
Dikalangan guru khususnya model-model pembelajaran mulai diterapkan guna menjadikan suatu proses pembelajaran penuh dengan makna, mulai yang
berorientasi pada hasil akhir sampai dengan berorientasi pada suatu proses penemuan. Pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan interaksi yang baik
antara motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Hasil yang diporelah daripenelitian ini adalah siswa yang diajarkan dengan model CTL
memiliki hasil prestasi belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan model inkuiri. Pada masing-masing kelas diperoleh bahwa siswa yang memiliki
kamampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar yang tinggi dan kondisi siswa yang memilki kemampuan berpikir
abstrak rendah dan motivasi berprestassi rendah akan memiliki prestasi belajar yang rendah.
commit to user 99
Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa siswa dengan kegiatan pembelajaran CTL mereka lebih cenderung untuk memberikan suatu karya yang terbaik baik
untuk kelompoknya karena menyangkut kreativitas yang diberikan oleh siswa untuk melakukan hal yang terbaik. Pada pembelajaran inkuiri hanya cenderung
menyelesaikan masalah-masalah klasik yang berkaitan dengan konsep. Siswa dengan motivasi tinggi dan kemampuan berpikir abstrak tinggi akan lebih nyaman
apabila mengikuti kegiatan belajar dengan model CTL karena mereka akan mampu mengeksplorasi segala hal yang ada dalam pikirannya mereka akan lebih
antusias untuk memberikan argumen-argumen logis mengenai konsep fisika. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi
rendah akan merasa tertekan apabila mereka mengikuti kegiatan pembelajaran CTL. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tashoobbshirazi,2007
menunjukkan siswa dengan motivasi rendah akan memiliki kecemasan yang tinggi dan lemah keyakinan diri. Hal inilah yang mempengaruhi seorang siswa
dalam memperoleh prestasi belajar.
E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN