PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
commit to user
DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Fisika
OLEH :
PRAMUDYA DWI ARISTYA PUTRA
NIM. S831002055
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK
DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)
Tesis
Untuk memenuhi Persyaratan Mencapai gelar Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
OLEH :
PRAMUDYA DWI ARISTYA PUTRA
NIM: S831002055
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing 1
Pembimbing 2 :
:
Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1 001
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001
………
………
………….
………….
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
(3)
commit to user
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI
BERPRESTASI SISWA
(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh:
Pramudya Dwi Aristya Putra
S831002055
Telah disahkan dan disetujui oleh Tim Penguji Dewan Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D
NIP. 19520951 197603 2 001 ……… ………….
Sekretaris : Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D
NIP. 19610306 198503 1 001 ……… ………….
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1 001 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 19520116 198003 1 001
………
………
………….
…………. Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
(4)
commit to user
PERYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Pramudya Dwi Aristya Putra NIM : S.831002055
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA” (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberitanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh tersebut.
Surakarta, 21 Juni 2011 Yang membuat pernyataan
(5)
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah dan perlindungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Tesis dengan judul “PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA”. (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011). Sebagi persyaratan untuk mencapai derajat megister pada Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan arahan dari pembimbing dan bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktor Program Pasca Sarjana UNS 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains selaku pembimbing II penyusunan tesis yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga.
3. Prof. Dr. H Ashadi sealaku pembimbing I penyusunan tesis yang telah memberikan arahan, bimbingan dan koreksi kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D dan Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D selaku dewan penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi dalam penyusunan tesis ini.
5. Drs. Agus Subroto, M.Pd.I Selaku kepala SMA Muhammadiyah 4 Surabaya yang telah memberikan izin penelitian tesis.
6. Para Dosen Pengampu Program Studi Sains, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman
(6)
commit to user
7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.
8. Kedua Orang Tuaku Bambang Susetyo dan Suparmi, S.Pd serta kakakku tercinta Byuti yang senantiasa siang malam selalu mendoakan dan memotivasi penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dalam banyak hal selama menjalani pendidikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terlaksananya penyusunan proposal ini.
Semoga semua budi baik yang diberikan semua pihak kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan yang Maha Pemurah. Penulis berharap mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
Wasalamu’alaikum wr. wb
Surakarta, Juni 2011
(7)
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
HALAMAN MOTO ... xii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... xiii
ABSTRACK ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Fisika ... 15
2. Teori Belajar ... 18
a. Teori Belajar Bandura ... 18
b. Teori Belajar Bruner ... 20
c. Prinsip Belajar Piaget ... 21
(8)
commit to user
e. Teori Belajar Konstruktif dan Kooperatif ... 25
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 25
4. Model Pembelajaran CTL ... 27
5. Kemampuan Berpikir Abstrak ... 31
6. Motivasi Berprestasi ... 34
7. Prestasi Belajar ... 36
8. Bahan Ajar Dinamika Partikel ... 37
B. Penelitian yang Relevan ... 46
C. Kerangka Berpikir ... 48
D. Hipotesis... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 55
B. Waktu Penelitian ... 55
C. Populasi dan Sampel ... 55
D. Metode Penelitian ... 56
E. Rancangan penelitian ... 56
F. Variabel Penelitian ... 56
G. Instrumen Penelitian ... 59
H. Teknik Pengambilan data I. Uji Coba Instrumen ... 60
J. Teknik Analisis data... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Motivasi Berprestasi ... 72
2. Kemampuan Berpikir Abstrak ... 74
3. Prestasi Belajar ... 77
B. Uji Prasyarat Analisis... 81
C. Pengujian Hipotesis... 91
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ... 104 BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
(9)
commit to user
A. Simpulan ... 106
B. Implikasi... 108
C. Saran... 109
Daftar Pustaka ... 110 Lampiran-Lampiran
(10)
commit to user
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Tahap pembelajaran inkuiri ... 27
2. Tabel 2.2 Tahap pembelajaran CTL ... 30
3. Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian ... 55
4. Tabel 3.2 Rancangan penelitian ... 56
5. Tabel 3.3 Hasil Validitas angket motivasi berprestasi ... 61
6. Tabel 3.4 Hasil Validitas kemampuan berpikir abstrak ... 61
7. Tabel 3.5 Hasil Validitas tes prestasi belajar siswa ... 61
8. Tabel 3.6 Taraf kesukaran tes prestasi belajar ... 63
9. Tabel 3.7 Daya beda tes prestasi belajar siswa ... 64
10. Tabel 3.8 Rancangan komputasi data statistik ... 68
11. Tabel 4.1 Deskripsi motivasi berprestasi siswa ... 72
12. Tabel 4.2 frekuensi nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri ... 73
13. Tabel 4.3 frekuensi nilai motivasi berprestasi kelas CTL ... 74
14. Tabel 4.4 Deskripsi kemampuan berpikir abstrak siswa ... 75
15. Tabel 4.5 Frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak inkuiri ... 76
16. Tabel 4.6 Frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak CTL ... 76
17. Tabel 4.7 Deskripsi nilai prestasi belajar siswa ranah kognitif ... 78
18. Tabel 4.8 frekuensi nilai prestasi belajar kelas inkuiri ... 78
19. Tabel 4.9 frekuensi nilai prestasibelajar kelas CTL ... 79
20. Tabel 4.10 uji normalitas prestasi belajar berdasarkan model... 82
21. Tabel 4.11 Hasil uji homogenitas ... 90
22. Tabel 4.12 Pemetaan analisis menggunakan anava ... 91
23. Tabel 4.13 Hasil analisis anava ... 91
24. Tabel 4.14 Hasil uji scheff efek hubungan antar faktor ... 94
(11)
commit to user
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 4.1 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri ... 73
2. Grafik 4.2 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas CTL ... 74
3. Grafik 4.3 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak kelas inkuiri ... 76
4. Grafik 4.4 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak kelas CTL ... 77
5. Grafik 4.5 Prestasi belajar kognitif siswa kelas inkuiri ... 78
6. Grafik 4.6 Prestasi belajar kognitif siswa kelas CTL ... 79
7. Grafik 4.7 Perbandingan nilai prestasi psikomotor inkuiri & CTL ... 89
8. Grafik 4.8 Perbandingan nilai prestasi afektif inkuiri & CTL ... 81
9. Grafik 4.9 Normalitas kemampuan berpikir abstrak CTL ... 83
10. Grafik 4.10 Normalitas kemampuan berpikir abstrak inkuiri ... 83
11. Grafik 4.11 Normalitas motivasi berprestasi kelas CTL ... 84
12. Grafik 4.12 Normalitas mottivasi berprestasi kelasinkuiri ... 84
13. Grafik 4.13 Normalitas siswa dengan kemampuan berpikir abstrak Tinggi ... 85
14. Grafik 4.14 Normalitas siswa dengan kemampuan berpikir abstrak Rendah ... 85
15. Grafik 4.15 Normalitas siswa dengan motivasi berprestasi tinggi ... 86
16. Grafik 4.16 Normalitas siswa dengan motivasi berprestasi rendah ... 86
17. Grafik 4.17 Normalitas prestasi kognitif kelas model CTL ... 87
18. Grafik 4.18 Normalitas prestasi kognitif kelas model inkuiri ... 87
19. Grafik 4.19 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi ... 88
20. Grafik 4.20 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah ... 88
21. Grafik 4.21 normalitas prestasi kognitif siswa dengan motivasi berprestasi tinggi ... 89
22. Grafik 4.22 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan motivasi berprestasi rendah ... 90 23. Grafik 4.23 Interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan
(12)
commit to user
Berpikir abstrak siswa ... 100 24. Grafik 4.14 Interaksi antara motivasi berprestasi dengan metode yang
Digunakan ... 102 25. Grafik 4.15 Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa
(13)
commit to user
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel dan Robinson ... 24 2. Gambar 2.2 Gaya yang bekerja pada balok yang menggantung ... 39 3. Gambar 2.3 Percepatan sebanding dengan F dan arahnya sama ... 41 4. Gambar 2.4 Gaya gesek arahnya berlawanan dengan arah benda ... 43 5. Gambar 2.5 F>fs benda bergerak dengan percepatan a dan gaya gesek
Yang bekereja adalah gaya gesek kinetis ... 44 6. Gambar 2.6 Gaya kontak suatu benda jika dikenai gaya ke kanan dan
Bidang sentuh kasar ... 45 7. Gambar 2.7 sebuah benda pada bidang miring ... 45
(14)
commit to user
HALAMAN MOTO
“
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu
berputus asa padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman”
(Q.S. Ali ’Imron: 139)
(15)
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Telah ku goreskan seberkas sejarah dalam hidupku, kukorbankan
semua yang kupunya untuk mencapai cita-cita mulia, karena itu
kupersembahkan karyaku ini untuk:
· Kedua Orang tuaku yang senantiasa selalu mendoakan dan mendukungku dalam kebaikan semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesejahteraan. · Kakakku Byuti Pradiana Nugraheni yang selalu memberikan arahan dan dukungan menjalani nikmat yang diberikan Allah SWT. · Keponakanku Nabila Syahwa Oktaviani Putri yang selalu menceriakan
hari-hariku semoga engkau mampu merasakan apa yang telah aku lakukan dalam menyelesaikan Tesis ini. · Istriku tercinta yang selalu bersabar dan bersyukur dalam segala hal keadaan. · Anak-anakku tercinta semoga kelak engkau dapat mengikuti jejakku dalam kebaikan. · Saudara-saudaraku yang telah memberikan Motivasi selama menyelesaikan Tesis ini. · Almamaterku tercinta.
(16)
commit to user
ABSTRACT
Pramudya Dwi Aristya Putra, S831002055, 2011 “Physics Learning using Guided Inquiry and CTL Model overviewed from Abstract Thinking Ability and Achievement Motivation (A case study of Dynamic particle material for grade X in Muhammadiyah 4 Senior High School Surabaya Academic Year 2010/2011). Thesis Advisor: I. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, II. Prof. Dr. H. Ashadi, Science Education Program ,Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta, 2011.
The purpose of the research were to know: 1) The effect of guided inquiry learning model and CTL toward the student learning achievement. 2) The effect of abstract thinking ability toward student learning achievement. 3) The effect of motivation achievement towards student learning achievement. 4) The interaction between guided inquiry learning model and the CTL with the thinking abstract ability toward student learning achievement. 5) The interaction between guided inquiry learning model and CTL with motivation achievement toward student learning achievement. 6) The interaction between abstract thinking ability and motivation achievement toward student learning achievement. 7) The interaction between guided inquiry learning model and CTL with motivation achievement and the abstract thinking ability toward student learning achievement.
The research used experimental method and was done in June – December 2010. The research population was the student of grade X in Muhammadiyah 4 Surabaya Senior high school. The research sample was taken using cluster random sampling, Class X1 was guided inquiry method and class X2 for CTL method. The data was collected using test for student achievement and abstract thinking ability and questioner for achievement motivation. The hypothesis were tested using ANOVA three ways technique with unequal cell.
The result of data analysis were: 1) there was no effect of guided inquiry learning model and CTL toward the student learning achievement. 2) there was effect of abstract thinking ability toward student learning achievement. 3) there was effect of achievement motivation toward student learning achievement. 4) there was interaction between guided inquiry learning model and the CTL with the ability to abstract thinking ability student toward student learning achievement. 5) there was no interaction between inquiry learning model and CTL with achievement motivation toward student learning achievement. 6) there was no interaction between abstract thinking ability with achievement motivation toward student learning achievement. 7) there was no interaction between guided inquiry learning model and CTL with achievement motivation and the abstract thinking ability toward student learning achievement.
Key word : Guided inquiry, CTL, abstract thinking ability, achievement motivation, learning achievement, dynamics particle.
(17)
commit to user ABSTRAK
Pramudya Dwi Aristya Putra, S831002055, 2011 “Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing dan CTL ditinjau dari Aspek Kemampuan Berpikir Abstrak dan Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)” Tesis Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Ashadi, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestassi belajar siswa. (2) Pengaruh kemapuan berpikir abstrak terhadap prestai belajar siswa. (3) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestai belajar siswa. (4) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. (5) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (7) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunankan metode eksperimen dan dilakukan pada bulan Juni – Desember 2010. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Muhammadiyah 4 Surabaya dan penentuan sampel menggunakan teknik Cluster random sampling, sampel terdiri dari 2 kelas. Kelas X1 menggunakan metode inkuiri dan kelas X2 menggunakan metode CTL. Data diambil dari tes untuk prestasi belajar dan kemampuan berpikir abstrak sedangkan untuk motivasi berprestasi data diperoleh dari angket. Analisis yang digunakan adalah anava tiga jalan dengan desain factorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan uji Analisis of means.
Dari data analisis bisa disimpulkan bahwa: (1) Tidak ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi belajar siswa. (2) Terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi rendah terhadap prestasi belajar. (3) Terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa,. (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
Kata Kunci: Inkuiri Terbimbing, CTL, Kemampuan berpikir Abstrak Motivasi berprestasi, Prestasi Belajar Siswa, dinamika partikel.
(18)
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan teknologi dewasa ini merupakan satu gejala yang tidak dapat dicegah. Manusia terus mengembangkan kualitas diri untuk senantiasa memudahkan dalam mengakses informasi. Dengan adanya kemudahan akses informasi maka seakan batas antara suatu negara tidak menjadi penghalang. Apabila hal ini disadari maka sebenarnya timbul suatu tantangan yang harus dijawab termasuk oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah masalah lapangan kerja. Tentu saja semakin berkembang beragam ilmu pengetahuan dan teknologi maka tidak dipungkiri suatu pemegang modal akan senantiasa mengutamakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tidak heran jika kebanyakan dari warga negara Indonesia memilih bekerja ke luar negeri dengan iming-iming penghasilan yang lebih besar jika dibandingkan di negeri sendiri. Walaupun mereka hanya bekerja sebagai tenaga menengah ke bawah. Kenyataan yang dihadapi justru banyak masalah yang menimpa pahlawan devisa negara. Dalam harian kompas 15 juni 2009 Siti hadjar mengalami penganiyaan oleh majikan di kajang, selanggor Malaysia. Ini adalah salah satu bukti bahwa bekerja di luar negeri tidaklah senyaman yang dibayangkan kebanyakan orang.
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia terkait dengan SDM salah satu penyebabnya adalah pendidikan di mana kompetensi lulusan sekolah ini masih rendah. Di sekolah siswa hanya diajarkan menyelesaikan masalah-masalah akademik saja sehingga tidak mampu untuk
(19)
commit to user
mengaplikasikan dalam gejala-gejala kehidupan yang nyata. Guru hanya memberikan materi atau informasi yang cenderung dengan pola pengajaran ceramah dan tanya jawab yang lebih dikenal dengan textbook center. Imbas dari kegiatan belajar seperti inilah yang menyebabkan pengetahuan siswa hanya sekadar pada sesuatu yang telah diberikan guru saja kemudian akhirnya siswa akan berperilaku pasif dalam kegiatan belajar, dengan pasifnya kondisi siswa maka akan berpengaruh pada pola kerja dan wawasan siswa.
Sebagai contoh di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya dengan pelaksanaan pembelajaran hanya sebatas textbook center memberikan suatu hasil prestasi belajar siswa rata-rata belum memadai, hanya berkisar antara 70 saja ditiap bab pelajaran. Untuk lebih jelas dapat disajikan dalam tabel 1.1
Tabel 1.1 Deskripsi ketuntasan siswa SMA Muhammadiyah 4 Surabaya mata pelajararan Fisika pada materi dinamika partikel
No Tahun KKM Tuntas Tidak Tuntas
2007/2008 65 47 % 53 %
2008/2009 65 48 % 52 %
2009/2010 70 60 % 40 %
Dari tabel 1.1 di atas maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa hampir 50% siswa dikatakatan belum tuntas tiap tahunnya. Padahal menurut kurikulum 2004 pembelajaran dikatakan tuntas apabila 75% nilai kelas telah tuntas.
Menurut KTSP dituliskan bahwa “Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaiatan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas,2006). Pernyataan ini
(20)
commit to user
menunjukkan bahwa pembelajaran IPA khususnya fisika merupakan suatu ilmu yang harus diajarkan dalam suatu proses penemuan. Selain itu kurangnya ketrampilan guru dalam menganalisis materi pembelajaran yang akan disampaikan akan mengakibatkan materi yang diajarkan kurang cocok dengan model pembelajaran. Misalnya materi dinamika partikel hanya diajarkan dengan metode ceramah. Padahal apabila ditelaah lebih lanjut karakter materi ini akan lebih baik jika diajarkan dengan metode percobaan atau eksperimen. Kurang variasinya guru dalam menyampaikan proses pembelajaran tidak menutup kemungkinan siswa akan cepat jenuh dan mengabaikan materi yang disampaikan oleh guru.
Apabila diamati lebih lanjut tentunya kondisi siswa juga akan berpengaruh dalam menentukan perolehan prestasi belajar, misalnya motivasi berprestasi, gaya belajar, kemampuan awal, IQ , kemampuan berpikir abstrak dan lain sebagainya. Hal yang demikian kurang sekali diperhatikan oleh pendidik di Indonesia pada umumnya. Mereka seakan mampu menyamaratakan kemampuan anak yang sebenarnya berbeda-beda. Apalagi kondisi belajar di sekolah negeri dengan rata-rata siswa satu kelas antara 30 sampai dengan 40 memberikan efek yang kurang maksimal jika harus memperhatikan kemampuan internal siswa.
Permasalahan berikutnya adalah materi yang diajarkan pada siswa kelas X pada khususnya. Sesuai dengan kurikulum Depdiknas dalam KTSP meliputi pengukuran, vektor, gerak lurus dan melingkar serta dinamika partikel. Jika ditelaah lebih lanjut materi-materi yang disajikan dalam semester 1 ini akan saling berkaitan. Konsep dari suatu materi yang akan diajarkan harus berpijak dari
(21)
commit to user
konsep materi sebelumnya. Sehingga perlunya model pembelajaran yang mampu untuk mengantarkan dari memori jangka pendek siswa ke dalam memori jangka panjang siswa. Namun kenyataan yang dihadapi proses pemberian pelajaran fisika dipandang hanya merupakan suatu rangkaian yang terpisah.
Prasarana yang dihadapi tentunya juga akan memberikan hasil yang lain terhadap prestasi belajar siswa. Prasarana ini adalah syarat mutlak dalam proses belajar-mengajar. Prasarana bisa meliputi media pembelajaran yang digunakan baik itu internet atau sebatas dengan peralatan manual yang ada. Apabila sekolah memiliki sarana dan prasarana yang lebih banyak atau lengkap maka ketercapaian prestasi belajar siswa akan cenderung lebih mudah. Prasarana yang lengkap ini akan digunakan siswa sendiri dalam mengembangkan kecakapan perolehan ilmu pengetahuan baik secara bimbingan ataupun secara mandiri. Akan tetapi jika sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah hanya terbatas dan kurang lengkap sebaiknya guru mampu berkreasi dengan lingkungan sekitar. Dengan interaksi antara lingkungan dan proses pembelajaran harapan yang diberikan adalah ketercapaian prestasi belajar akan lebih baik
Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan berbagai cara, mulai perubahan kurikulum, subsidi operasional, stadarisasi Ujian Nasional (UN) dan lain sebagainya. Inovasi pembelajaran tidak juga ditinggalkan demi terciptanya SDM yang berkualitas. Pembelajaran mulai diarahkan berpusat kepada siswa (student center) yang diyakini sebagai salah satu solusi menangani pembelajaran yang pasif. Guru lebih banyak mengatur strategi belajar daripada hanya sekadar memberikan informasi,
(22)
commit to user
sehingga tugas guru adalah lebih banyak mengelola kelas sebagai suatu kelompok belajar yang dapat bekerja sama dan menghasilkan produk baru. Dengan pola pembelajaran seperti ini maka siswa akan berusaha memanfaatkan media yang ada baik visual, audio atau bahkan audio visual. Selain itu informasipun dapat mereka cari dari tempat tinggal mereka.
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang diduga mampu untuk mengimplemantasikan dan memecahkan masalah yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. inkuiri adalah suatu proses ilmiah yang mengacu pada cara belajar ilmuan dengan mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti dari cara memperoleh hasil mereka. Sehingga proses ini mampu mengembangkan pengetahuan mereka (Wenning,2007). Dengan bimbingan dari guru siswa berusaha untuk menjelaskan hubungan yang tekait antara konsep, fakta-fakta dan prinsip dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan pembelajaran inkuiri siswa diharapkan akan mampu untuk melibatkan secara maksimal seluruh kemampuannya untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Lain daripada itu, pelaksanaan pembelajran inkuiri juga tidak sebatas dengan pengguanan laboratorium sebagai tempat untuk bereksperimen. Pengamatan atau obsevasi pada suatu obyek penelitian juga dirasakan penting untuk menemukan suatu konsep fisika. Pengamatan objek dan gejala alam dilakukan dengan lima indra yaitu penglihat (mata), alat pembau (hidung), alat pengecap (lidah), alat peraba (kulit) dan alat pendengar (telinga). Perlu diingat
(23)
commit to user
bahwa pengamatan harus dilakukan secara menyeluruh meliputi semua obyek yang diamati. Sebagai contohnya lampu yang sedang menyala, pengamatan perlu dilakukan sumbernya, nyala lampunya dan juga jenis lampu bahkan sampai dengan filamen lampu. Pengamatan yang dilakukan juga harus melibatkan sebanyak mungkin indra dan juga alat ukur.
Untuk itulah penggunaan model pembelajaran CTL merupakan pembanding ideal pelaksanaan proses pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi (Johnson, 2007:67). Pelajaran sering berjalan terbaik bagi diri siswa apabila para siswa mempuyai peluang untuk menyatakan gagasan dan pendapat mereka sehingga pengalaman inilah yang akan menjadi pelajaran bagi mereka (Crawford,2009). Dari sini dapat digambarkan sebuah peristiwa yaitu adanya penemuan makna dari siswa dengan menghubungkan peristiwa di sekitar siswa dengan akademik yang ada di sekolah. Ketika siswa dapat menemukan makna maka mereka akan menemukan alasan untuk belajar. Oleh sebab itu siswa mempunyai motivasi dari dalam diri mereka. Dalam pendekatan belajar dengan menggunakan CTL terdapat tujuh komponen antara lain konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2007). Pembelajaran CTL akan menetapkan tujuh kompenen ini dalam tahap-tahap pembelajaran yang diberikan sehingga akan menjadikan pembalajaran ini sebagai satu kesatuan.
(24)
commit to user
Dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya akan sangat membantu siswa apabila memiliki pola pemikiran abstrak. Karena dalam ilmu fisika selain siswa dituntut untuk mampu melakukan suatu percobaan atau eksperimen tentunya dari data-data yang mereka peroleh akan dianalisis menjadi sebuah kesimpulan dari suatu gajala alam. Kemampuan berpikir abstrak merupakan sekumpulan ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir merupakan proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
Berpijak hal yang demikian dalam melakukan eksperimen tidak akan meninggalkan suatu motivasi kinerja bagi seorang siswa. Motivasi sendiri adalah sutau dorongan kepada seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Jika motivasi ini tinggi maka akan senantiasa melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan sistematis sehingga hasil akhir dari pelaksanaan model pembelajaran ini akan tercapai yaitu menigkatnya prsestasi belajar siswa sebagai pembelajaran tuntas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Taasoobshirazi dalam international journal (2007) menunjukkan bahwa motivasi berprestasi yang dimiliki oleh peserta didik wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan peserta didik pria. Hal ini dikarenakan wanita memiliki motivasi intrinsiknya lebih rendah, tingkat kecemasan lebih tinggi dan tidak sesuai dengan karir mereka. Karena itulah dapat di sarankan dalam pembelajaran fisika memberikan tugas proyek yang menghubungkan ilmu fisika yang menjadi pokok bahasan di ruang kelas, tujuan karir dan pengalaman hidup sehari-hari.
(25)
commit to user
Karakteristik materi dinamika partikel dalam kehidupan sehari-hari bisa langsung diamati oleh siswa, misalnya seorang yang mendorong meja dengan gaya tertentu sehingga meja dapat berpindah. Sesuai dengan dasar penemuan konsep dinamika partikel mampu ditemukan oleh para ahli fisika melalui pengamatan. Kegiatan pengamatanpun bermacam-macam bisa melalui kegiatan eksperimen, observasi, pembelajaran proyek, investigasi dan lain sebagainya. Oleh sebab itu akankah lebih baik jika proses pembelajaran di dalam kelas dapat dikembalikan sebagai mana para ilmuan mampu menemukan konsep ini. Melalui model pembelajaran inkuiri siswa mampu bereksperimen di laboratorium sehingga siswa dapat menemukan konsep fisika secara langsung. Selain itu kegiatan pembelajaran CTL akan mampu menerapkan suatu konsep dinamika partikel dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan menampilkan hasil karya guna memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep yang telah ditemukan. Proses eksperimen akan diperlukan kemampuan berpikir abstrak siswa sehingga Berdasarkan data-data yang telah diperoleh siswa maka akan ditarik suatu simpulan konsep dinamika partikel. Kegiatan eksperimen tidak selalu langsung menemukan suatu konsep dasar. Ada kalanya kegiatan ini akan menemui kegagalan sehingga perlu adanya motivasi berprestasi untuk terus berusaha dalam melakukan serangkain kegiatan pembelajaran. Untuk itulah maka dilakukan suatu Penelitian dengan judul “Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing dan CTL ditinjau dari kemampuan berpikir Abstrak dan motivasi Berprestasi” untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
(26)
commit to user B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul antara lain adalah:
1. Rendahnya nilai rata-rata di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya , yaitu berkisar antara 70 saja di tiap bab pelajaran.
2. Kompetensi lulusan yang cenderung kurang mampu untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari.
3. Pembelajaran masih cenderung textbook center yang menyebabkan siswa hanya mendapatkan materi secara teoritis saja. Penggunaan alat-alat laboratorium jarang digunakan padahal ketersediaan alat-alat laboratorium cenderung memadai.
4. Proses pembelajaran di sekolah kurang inovatif sehingga siswa cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas, padahal model-model pembelajaran pada masa kini sangat banyak, misalnya pembelajaran langsung, kooperatif, inkuiri, CTL dan lain sebagainya. Penerapan berbagai model pembelajaran tersebut akan memberikan suatu inovatif sehingga siswa akan merasakan pengalaman yang baru dalam proses belajar.
5. Kurang pahamnya guru terhadap karakteristik materi yang diajarkan. Misalnya pada materi dinamika partikel memiliki karakteristik dengan proses pembelajaran penemuan konsep. Akan tetapi kenyataannya guru menyampaiakn proses pembelajaran cukup dengan metode ceramah, mencatat dan latihan problem solving.
(27)
commit to user
6. Kurang diperhatikannya kondisi internal siswa. Hal ini terjadi karena rombongan belajar siswa di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya setiap kelas adalah 30 sampai dengan 38 siswa. Padahal kondisi internal siswa akan berpengaruh dalam proses perolehan prestasi belajar. Kondisi ini meliputi motivasi berprestasi siswa, IQ, Ketrampilan berpikir, kesadaran lingkungan, proses berpikir abstrak siswa, gaya belajar dan lain sebagainya.
7. Proses pemberian pelajaran fisika di sekolah cenderung dipandang sebagai suatu rangkaian yang terpisah. Padahal menurut kurikulum Depdiknas dalam KTSP materi kelas X semester 1 meliputi pengukuran, vektor, garak lurus dan melingkar serta dinamika partikel. Padahal untuk berpijak kemateri berikutnya tentunya akan memerlukan konsep dasar materi sebelumnya.
8. Kondisi lingkungan sekitar siswa yaitu guru cenderung mengajarkan hanya terpaku pada pengetahuan yang ada di buku. Guru tidak mengkaitkan kondisi-kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Artinya pengalaman-pengalaman yang dialami oleh siswa kurang dilibatkan dalam penyampaikan materi sehingga ilmu yang disajiakan terkesan hanya merupakan teori. Penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari kurang di sajikan dalam proses belajar. 9. Media yang digunakan dalam proses belajar-mengajar kurang berfariasi. 10.Prasarana seperti komputer dan peralatan digital di sekolah terbatas sehingga
untuk akses internet guna menambah pengetahuan siswa cenderung kurang.
C. BATASAN MASALAH
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah prestasi belajar di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya belum maksimal, penyebab dari permasalahan ini
(28)
commit to user
telah diuraikan dalam identifikasi masalah di atas. Namun kiranya agar tidak terjadi pembahasan yang melebar perlu adanya suatu batasan masalah antara lain:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Inkuiri terbimbing yang merupakan proses belajar penemuan melaui serangkaian praktikum dan CTL yang meruapakan proses pembelajaran kontekstual berbasis proyek pada materi dinamika partikel.
2. Faktor internal pertama yang diperhatikan adalah kemampuan berpikir abstrak merupakan suatu tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam mengahadapi situasi-situasi dalam memecahkan masalah yang dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.
3. Faktor internal kedua yang diperhatikan adalah Motivasi belajar merupakan dorongan atau semangat individu baik secara intern atau ekstern untuk memeproleh tujuan pembelajaran yaitu prestasi belajar siswa. Motivasi ini juga dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.
4. Prestasi belajar adalah hasil nilai akhir siswa setelah diberikan perlakuan model pembelajaran baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5. Obyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Surabaya tahun pelajaran 2010/2011.
6. Materi yang disampaikan adalah Dinamika Partikel.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah peneliti dapat dirumuskan:
(29)
commit to user
1. Adakah pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestassi belajar siswa?
2. Adakah pengaruh kemapuan berpikir abstrak terhadap prestai belajar siswa? 3. Adakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestai belajar siswa?
4. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa?
7. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa?
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestassi belajar siswa.
2. Mengetahui pengaruh antara kemapuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestai belajar siswa.
3. Mengetahui pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestai belajar siswa.
(30)
commit to user
4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
5. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
6. Menngetahui interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
7. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri dengan CTL yang ditinjau dari aspek kemampuan berpikir abstarak dan motivasi berprestasi siswa di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya tahun ajaran 2010/2011.
b. Untuk menanbah ilmu pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri dengan CTL yang ditinjau dari aspek kemampuan berpikir abstarak dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar fisika.
c. Sebagai bahan pertimbangan serta acuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya terkait dengan model atau materi yang sama.
(31)
commit to user 2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dalam proses belajar-mengajar .
b. Memberikan informasi kepada guru mata pelajaran fisika untuk mengembangkan model-model pembelajaran khususnya inkuiri dan CTL serta lebih memperhatikan kondisi internal siswa.
c. Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berprestasi dengan mengembangkan minat, ketrampilan dan kemampuan berpikir melalui proses penyelidikan dan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang nyata.
d. Melalui proses pembelajaran menggunakan model inkuiri dan CTL ini diharapkan siswa mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan dan bermakna.
(32)
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran Fisika
Menurut Cronbach dalam Suprijono (2007:1) menyebutkan bahwa “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience” yang berarti pembelajaran adalah perubahan sikap dari suatu hasil pengalaman. Sehingga dasar dari suatu pelajaran adalah pengalaman yang diberikan kepada anak. Pengalaman yang diberikan dapat berbagai macam bentuknya baik secara disengaja ataupun tidak disengaja. Sebagai contoh adalah siswa yang melakukan suatu kegiatan praktikum di ruang laboratorium sekolah merupakan proses belajar yang disengaja. Makna disengaja adalah pengalaman yang sudah di rencanakan sebelumnya yaitu oleh pendidik atau guru.
Menurut Rebber dalam Nursalim (2007:90) membatasi belajar dengan dua definisi. Pertama belajar adalah the process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Pengertian ini lebih sering dipakai dalam istilah psikologi kognitif. Kedua, belajar adalah a relatively permanent response potentially which occur as a result of reinforced practice ( suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat). Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial untuk memahami proses belajar, yaitu: Relatively permanent (yang secara umum menetap) Istilah ini bermakna bahwa perubahan yang serupa sementara seperti perubahan karena
(33)
commit to user
mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena perubahan fisik bukanlah termasuk belajar. Kedua Response potentially (kemampuan bereaksi) merupakan pengakuan terhadap perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar. Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesis yang hanya dapat dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur. Ketiga Reinforced (yang diperkuat) merupakan kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberikan penguatan. Keempat Practice (praktek atau latihan) menunjukkan bahwa proses belajar membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.
Jika ditelaah tentang pengertian belajar di atas tentunya ada suatu proses yang harus dilakukan sehingga mengakibatkan adanya perubahan yang tampak. Proses ini merupakan suatu aktivitas selama memahami sesuatu untuk memperoleh pengalaman baru. Prinsip seseorang yang telah melakukan proses pembelajaran adalah adanya perubahan prilaku. Perubahan perilaku ini tentunya merupakan perubahan yang disadari dan berjalan secara kontinu. Selain hal itu perlu ditekankan bahwa perubahan perilaku yang terjadi adalah perubahan yang positif. Prinsip berikutnya belajar dapat juga dilakukan dalam situasi keadaan nyata atau kehidupan sehari-hari. Belajar sendiri merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya sehingga terciptalah pengalam yang nyata. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari secara sistematis. Sehingga pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
(34)
commit to user
prinsip-prinsip saja melainkan juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan agar seseorang mampu memahai gejala-gejala yang ada di alam ini. Pembelajaran IPA diarahkan untuk membuktikan suatu fenomena dan bereksperimen sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam (Diknas,2004). Sebagai contoh Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa adanya pemahaman yang baik tentang fisika.
Oleh karena itu pengembangan pembelajaran fisika ditujukan untuk mengembangkan kemampuan observasi dan eksperimen siswa agar mampu berpikir secara logis dan sistematis. Hal demikian didasari dengan tujuan pembelajaran fisika yakni mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan
(35)
commit to user
merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data serta mengkomunikasikan hasil percobaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan dalam suatu proses pembelajaran fisika. Selanjutnya dengan kemampaun matematis siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir taat asas. Kemampuan ini dilatihkan dalam proses pengelolaan data yang kebenarannya tidak diragukan lagi untuk selanjutnya siswa akan berlatih dalam menghubungkan antara pengetahuannya dalam bentuk suatu konsep, prinsip, hukum, teori dan postulat.
2. Teori Belajar
a. Teori Belajar Bandura
Menurut Bandura dalam Nursalim dkk (2007:57) “ Bandura membedakan perolehan pengetahuan (belajar) dan kinerja yang teramati berdasarkan pengetahuan (perilaku) tersebut.” Dengan kata lain bahwa apa yang kita ketahui dapat lebih banyak dari apa yang dapat kita perhatikan. Sehingga untuk menanamkan suatu sikap atau pengetahuan kepada seorang anak perlu kiranya melakukan suatu kegiatan dengan maksud untuk mengarahkan pengetahuan tersebut ke dalam memori jangka penjang anak. Oleh karena itu seseorang yang ingin mendapatkan pengetahuan bukan berarti hanya dikendalikan oleh lingkungannya saja akan tetapi manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri.
Pembelajaran sosial yang ditekankan dalam bandura adalah “reciprocal determinism yaitu model yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
(36)
commit to user
interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan lingkungan” (Suprijono, 2007:20). Ada faktor yang saling berinteraksi antara faktor internal dan eksternal dalam teori kognitif sosial Bandura. Seseorang menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.
Suatu faktor yang terabaikan oleh teori perilaku tradisional adalah fakta adanya pengaruh yang amat kuat dari pemodelan dan pengintimidasian pada proses belajar.
1) Belajar dengan mengamati orang lain
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan. Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang diamati orang lain (vicarious conditing). Ini terjadi apabila seseorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur karena melakukan perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain melihat hal itu memodifikasi perilakunya seolah-olah ia sendiri yang telah menerima pujian atau teguran itu. Kedua jenis pembelajaran yang melaui pengamatan meniru perilaku sesuatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamatan itu sedang memperhatikan. Model tidak harus diperankan secara langsung tetapi dapat menggunakan seorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
2) Elemen pembelajaran melalui pengamatan
Menurut bandura dalam Nursalim dkk (2007:58) ada empat elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan, yaitu Atensi, seseorang harus menaruh perhatian (atensi) kepada orang yang menarik atau
(37)
commit to user
model yang dikagumi supaya dapat belajar melaui pengamatan. Retansi, agar dapat meniru perilaku model harus dapat mengingat perilaku itu. Pada fase retensi latihan pengamatan sangat membantu siswa untuk mengingat elemen-elemen perilaku yang dikehendaki sebagi misal urutan langkah-langkah suatu pekerjaan. Produksi, suatu proses pembelajaran dengan memberikan latihan-latihan agar
membantu siswa lancar dan ahli dalam menguasai materi pelajaran. Pada fase ini dapat mempengaruhi terhadap motivasi siswa dalam menunjukkan kinerja. Motivasi, suatu cara agar dapat mendorong kinerja dan mempertahankan tetap
dilakukannya ketrampilan yang baru diperoleh dengan memberikan penguatan (bisa berupa nilai dan penghargaan atau insentif). Teori belajarn Bandura dalam penelitian ini berkaitan dengan cara siswa untuk memperoleh informasi keilmuan. Siswa akan melakukan suatu observasi dan percobaan-percoabaan baik sederhana atau komplek untuk menadapatkan konsep fisika.
b. Teori Belajar Bruner
Model pembelajaran Jerome Bruner dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning).
“ Bruner menggangap bahwa belajar pengetahuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendirian untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetauahuan yang benar-benar bermakna.” (Trianto, 2007:26)
Di dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Dari uraian di atas maka dapat disarankan bahwa proses pembelajaran hendaknya melalui
(38)
commit to user
partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar siswa mampu memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen.
Menurut Rosser dalam Nursalim dkk (2007:61) model Bruner terhadap belajar di dasarkan pada dua asumsi. Pertama bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses yang interaktif. Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, maka perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga pada orang itu sendiri. Asumsi kedua orang yang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang telah diperoleh sebelumnya. Kaitan dengan penelitian ini adalah siswa akan berinteraksi dengan lingkungan tempat melakukan suatu percobaan atau eksperimen baik di laboratorium atau di lingkungan sekitar sekolah.
c. Prinsip belajar Piaget
Piaget dalam Suprijono (2007:24) menjelaskan bahwa “perkembangan kognitif merupakan proses genetik.” Artinya perkembangan kognitif adalah proses yang didasarkan oleh perkembangan mekanisme biologis. Dalam proses perkembangan biologis ini tentunya sebagian besar akan dipengaruhi oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diperoleh akan datang dari suatu tindakan. Dalam Trianto (2007: 14) “Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting dari terjadinya perubahan perkembangan.” Oleh karena itu interaksi sosial dengan teman sebayanya juga akan membentuk proses perkembangan kognitif anak. Khususnya mereka akan saling berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
(39)
commit to user
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya.
Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk beradaptasi dan organisasi ( tindakan penataan ), untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut: (1) Skema istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.(2) Asimilasi merupakan suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi
(40)
commit to user
pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, dengan proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu. (3) Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan. Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, dalam penelitian ini siswa akan melakukan suatu interaksi antara kemampuan kognitif dengan pengalaman yang telah didapatkan sehingga mampu untuk menarik suatu simpulan materi pembelajaran.
d. Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110-111):
“Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisassi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.”
Jadi disini belajar ada dua cara yang dilakukan menurut Ausubel yaitu siswa mancari informasi dengan cara penemuan dan selanjutnya dari informasi yang telah ditemukan oleh siswa tersebut dikaitkan menjadi satu agar terbentuk suatu fakta-fakta, konsep-konsep atau menjadi suatu generalisasi gejala alam. Konsep yang ditemukan secara pribadi berdasarkan pengalaman nyata yang dirasakan
(41)
commit to user
oleh siswa akan memberikan imbas kepada memori siswa. Karena siswa tahu betul suatu keadaan yang telah dilakukannya maka akan menuju kepada memori jangka panjang siswa.
Pada gambar 2.1 Belajar bermakna adalah suatu proses informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki oleh seseorang yang sedang belajar. Apabila siswa telah melakukan hal yang demikian maka disebut dengan asimilasi materi pelajaran. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara penemuan dan penerimaan. Secara penerimaan merupakan cara belajar dengan bentuk materi disajikan dalam bentuk final oleh seorang guru kemudian siswa menghafal materi tersebut. Dalam hal ini tidak ada struktur kognitif yang diproses oleh siswa. Hal yang demikian dinamkan pelajaran secara menghafal. Sedangkan cara penemuan siswa menemukan materi yang diajarkan Siswa dapat
mengasimilasi materi pelajaran
Secara
penerimaan 4. Siswa menghafal
materi yang disajikan 1. Materi disajikan
dalam bentuk final
Secara Penemuan
2. Materi ditemukan oleh siswa
3. Siswa menghafal materi
2. Kegiatan pembelajaran dapat diterapkan dalam pengalaman
1. Siswa menemukan materi
3. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif Belajar Bermakna
Belajar Hafalan
(42)
commit to user
dari guru melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian terjadi proses siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif. Proses pembelajaran yang demikian merupan proses pembelajaran bermakna.
Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa serta cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktiur kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan model pembelajaran penemuan dimana siswa berinteraksi dengan objek melalui pengamatan/observasi.
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Sumadi (1993:193) menyatakan bahwa inkuiri merupakan bagian dari discovery atau penemuan yang berarti pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan. Sehingga inkuiri ini adalah suatu bentuk dari penyelidikan, penggalian informasi yang dilakukan oleh manusia. Trianto (2007:135) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dalam pembelajaran inkuiri diperlukan suatu keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses belajar mengajar sehingga siswa akan terarah pada kegiatan-kegiatan pembelajaran yang logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pada akhir kegiatan pembelajaran ini akan
(43)
commit to user
mampu mengarahkan siswa pada proses pembagunan rasa percaya diri tentang informasi yang telah ditemukan. Menurut Trianto (2007:135) kondisi umum timbulnya inkuiri bagi siswa adalah aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi, inkuiri berfokus pada hipotesis dan penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi fakta). Pembalajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Dalam kegiatan inkuiri akan mampu meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Di dalam proses inkuiri tidak hanya menekankan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan inkuiri merupakan proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat simpulan.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen and Kauchak (1996) dalam Trianto (2007:109) adapun fase pembelajaran inkuiri ditampilkan dalam tabel 2.1.
4. Model Pemebelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
(44)
commit to user
Dengan model semacam ini diharapkan siswa mampu memahami apa yang telah dipelajari karena berkaitan erat dengan kehidupan nyata dan pengalaman pribadi siswa. Menurut Johnson dalam bukunya CTL diartikan sebagai berikut:
CTL merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. (Johnson,2007: 67)
Tabel 2.1 Tahap pembelajaran Inkuiri
No. Fase Perilaku Guru
1. Menyajikan pertanyaan
atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaan
untuk memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
5. Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengelolaan data yang terkumpul.
6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Dari uraian Johnson disebutkan suatu konteks yang dapat diartikan menjalin bersama, keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya (Webster’s New World Dictionary, 1968
(45)
commit to user
dalam Johnson 2007:86). Maksudnya adalah keadaan yang muncul bisa berasal dari lingkungan pribadi siswa dan budayanya. Depdiknas (www.Depdiknas/artikel/ pembelajaran kontekstual.htm) mengartikan bahwa Model kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Artinya guru mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa. Mereka dapat bekerja dan mengalami suatu kegiatan yang bermakna, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Menurut Depdiknas (www.Depdiknas/artikel/ pembelajaran kontekstual.htm) dalam penerapan pembelajaran dengan model CTL harus ada tujuh komponen utama, antara lain: pertama kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar di mana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Kedua inkuiri (menemukan) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Ketiga Questioning (Bertanya) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan
(46)
commit to user
bertanya berguna untuk menggali informasi, menggali pemahaman siswa, membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Keempat Learning Community (Masyarakat Belajar) Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar teman atau antar kelompok. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran. Kelima Modelling (Pemodelan), Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau mendatangkan dari luar. Keenam Reflection (Refleksi) merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu. Paling akhir merupakan Authentic Asessmen (Penilaian Sebenarnya) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa
(47)
commit to user
siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. Dalam model-model pembelajaran selalu memiliki langkah-langkah supaya pembelajaran yang diberikan dapat berjalan dengan baik. Tahapan/sintaks CTL disajikan dalam tabel 2.2
Tabel. 2.2 Tahapan/sintaks model pembelajaran CTL
No. Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan siswa
1. Merumuskan masalah Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, mennjelaskan apa yang perlu dipersiapkan, memotivasi siswa agar siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran
Mengidentifikasi masalah,
menyiapkan peralatan, merakit alat
2. Mengamati atau
melakukan observasi
Guru membantu siswa dalam mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau obyek yang diamati, (mencari gambar di koran, internet, majalah) dan kerja di laboratorium
Melakukan pengamatan, mencatat data.
3 Menganalisis dan
menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
Guru membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang layak (membuat laporan, menggolongkan)
Menganalisis data, menabelkan, membuat laporan
4 Mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelaas, guru atau audience lainnya.
Guru membantu siswa untuk menyampaikan karya siswa pada pembaca, teman sekelas dengan menempelkan karya mereka pada dinding kelas.
Mempresentasikan di depan kelas
5. Kemampuan Berpikir Abstrak
Penalaran abstrak adalah tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam menghadapi
(48)
commit to user
situasi-situasi, terutama dalam memecahkan masalah dengan menggunakan fasilitas verbal, dan lambang-lambang bilangan. Hal ini merupakan konsep-konsep dasar kecerdasan yang menekankan pada kemampuan abstraksi. Dalam konsep Binet (menurut Suryabrata dalam www.andrablog.com) unsur abstraksi dalam kecerdasan terwujud dalam kemampuan memutuskan secara tepat, berpikir secara rasional, dan mempunyai otokritik. Sifat abstrak adalah kemampuan mengoperasikan simbol-simbol, lambang-lambang, rumus-rumus, terutama dalam tingkatan analisis dan interpretasi.
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir atau perekembangan kognitif merupakan proses genetik. Artinya perkembangan kognitif didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem sayaraf. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, individu akan mengalami adaptasi intelektual yang menyebabkan perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi 4 yaitu:
a. Sensory motor (Umur 0 – 2 tahun)
Merupakan tahap paling awal perkembangan pada waktu bayi lahir sampai sekitar anak berumur 2 tahun. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih di dasarkan pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau dan lain-lain. Pada tahap ini gagasan anak pada suatu benda berkembang dari periode belum mempunyai gagasan menjadi sudah mempunyai gagasan. Gagasan menganai benda yang sangat berkaitan ruang dan waktu belum terkoordinasi dengan baik.
(49)
commit to user b. Pre-operation (Umur 2 - 7 tahun)
Tahap pemikiran pra operasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotik yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek. Secara jelas, cara berpikir simbolik ini diungkapkan dengan pengguanaan bahasa. Adanya pengguanaan simbol, anak dapat mengungkapkan dan membicarakan macam-macam benda dalam waktu yang bersamaan. Dengan bahasa, anak dapat mengungkapkan hal yang tidak sedang dilihat. Anak dapat membicarakan sesuatu hal tanpa terikat dalam ruang dan waktu dimana hal tersebut terjadi.
c. Concrete operation (Umur 7 – 11 tahun)
Tahap operasi kongkrit dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-atauran tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi ini bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan pada awalnya. Misal, bila A + B = C, maka dapat dikembalikan C – B = A. Operasi ini selalu mengandung sifat kekekalan (konservasi) dan berkaitan dengan sistem operasi yang lebih menyeluruh. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa ciri utama pemikiran operasi konkrit adalah adanya transformasi reversible dan sistem kekekalan. Dengan operasi itu anak tidak mempunyai kesulitan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan konservasi. Pemikiran anak lebih decentering daripada tahap sebelumnya, yaitu anak dapat menganalisis masalah dari berbagai segi.
(50)
commit to user
Pada tahap ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif di mana seorang remaja sudah dapat berpikir secara logis, berpikir dengan pemikiran yang teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang telah diamati saat itu. Pada tahap ini logika remaja berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Ia mulai suka membuat teori tentang segala sesuatu yang sedang dihadapi. Pikiranya sudah dapat melampaui waktu dan tempat. Tidak hanya terikat dengan hal-hal yang telah dialami tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena dapat berpikir secara hipotesis.
Pada perkembangan ini otak juga berpengaruh dalam sistem perkembangan kognitif anak. Karena otak manusia terdiri dari dua belahan yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan bentuk-bentuk belajar logis yang memiliki langkah-langkah dengan urutan-urutan tertentu seperti dalam mempelajari ruang di bidang ilmu pengetahuan geometri. Skenario belajarnya berbentuk linier dan sequential, mengarah ke dalam sebuah pola. Cara belajar seperti ini sangat efektif dan efisien dalam memproses dan menyediakan informasi verbal yang dapat membangun pola berpikir tersebut. Perkembangan otak kiri adalah pengembangan kemampuan mensintesis data menjadi terpadu berdasarkan hubungan ruang dan waktu.
Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistic. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengatahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi kesadaran yang berkaitan dengan perasaan,
(51)
commit to user
spasial, pengenalan, bentuk dan pola musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
6. Motivasi Berprestasi
Motivasi adalah suatu dorongan pada diri seseorang sehingga mampu melakukan sesuatu untuk kepentingannya diri sendiri. Menurut Frederick J Mc. Donald dalam H. Nashr (2004:39) “Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.” Sehingga motivasi ini penting bagi seseorang karena merupakan kondisi psikologis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar tentunya motivasi merupakan daya penggerak di dalam diri siswa yang akan menimbulkan semangat belajar serta melakukan suatu proses pembelajaran dengan baik.
Menurut Sobry Sutikno (www. Google/ motivasi belajar.html) disebutkan bahwa motivasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi intristik yaitu jenis motivasi yang timbul dari diri seseorang tanpa adanya suatu paksaan dari pihak lain akan tetapi merupakan kemauan diri sendiri dan motivasi Ekstrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu bisa merupakan ajakan, hadiah ataupun paksaan dari pihak yang lainnya. Siswa yang setiap kali proses pembelajaran berlangsung selalu memperhatikan guru bisa jadi mereka memiliki motivasi intristik. Siswa ini dengan kesadaran dirinya memperhatikan materi yang diajarakan tanpa adanya suatu paksaan atau memang merasa butuh dengan kaitan materi yang diajarkan. Adanya gangguan dari luar seperti suara
(52)
commit to user
gaduh ataupun lalu lalang kendaran bukan merupakan hambatan berarti bagi siswa seperti ini. Lain halnya dengan siswa yang tidak memiliki motivasi Ekstrinsik, kondisi siswa seperti ini mutlak memerlukan berbagai dorongan untuk mampu mengikuti materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik.
Satu jenis motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi atau achievement motivation (Muhammad,2007:27). “Kecenderungan berupaya sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan mengarah pada keberhasilan/kegagalan”. Dengan adanya motivasi berprestasi ini seorang siswa akan cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil yang maksimal. Tentunya setiap siswa akan berbeda menyikapi hal ini. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan bertahan lebih lama dalam proses pembelajaran sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang memuaskan menurut dia. Siswa dengan motivasi berprestasi kurang akan cenderung menghubungkan kegagalannya dengan kurangnya upaya (faktor internal). Singkatnya seorang siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi apabila mengalami kegagalan maka akan melipatgandakan upaya mereka sampai mereka benar-benar berhasil.
7. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, prestasi belajar berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis. (2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual
(53)
commit to user
terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkrit dan terdefinisi serta prinsip hasil. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi pengguanaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.(4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehensive (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), Application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), Valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domaian psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan routinezed. Di samping itu psikomotor mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, managerial dan intelektual. Sementara, menurut lindgreen hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Hasil belajar sendiri adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh para pakar pendidikan sebagiamana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris, melainkan komprehensif. Oleh karena itu, guru hendaknya dalam
(1)
commit to user
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh suatu simpulan sebagai berikut ini:
1. Pembelajaran CTL dan Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan hasil nilai rata-rata 65,80 dan 60,34. Pelaksanaan kedua model pembelajaran ini bertujuan untuk membentuk pola pikir sains siswa. Siswa akan mampu untuk menaganalisis gejala alam yang ada sebelum menarik suatu simpulan.
2. Kemampuan berpikir abstrak siswa memberikan pengaruh yang besar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan CTL. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi mampu memberikan sumbangsih yang besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mudah menganalisis gejala-gejala alam yang ada untuk menarik suatu simpulan.
3. Motivasi berprestasi siswa mempengaruhi prestasi siswa dalam pencapaian prestasi belajar. Motivasi berprestasi siswa yang tinggi akan senatiasa melakukan percobaan ataupun eksperimen secara baik karena pada kedua model ini siswa akan cenderung melakukan percobaan atau eksperimen baik di laboratorium atau di lingkungan sekitar untuk membuktikan gejala alam yang ada sebagai suatu konsep dasar fisika.
(2)
commit to user
4. Dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan CTL terjadi
suatu interaksi dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi ketika mengikuti pembelajaran dengan model CTL mampu menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang rendah juga mampu menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula ketika mengikuti pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing.
5. Dalam proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan CTL
tidak terjadi interaksi dengan motivasi berprestasi siswa. Hal yang demikian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi pula baik diajarkan dengan menggunakan model inkuiri terbimbing atau CTL.
6. Ketika pembelajaran berlangsung tidak terjadi interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan kemampuan berpikir abstrak tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi berprestasi berprestasi rendah akan memiliki prestasi belajar yang rendah pula.
7. Pelaksanaan pembelajaran CTL dan inkuri terbimbing tidak memberikan interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dan motivasi berprestasi siswa terhadap kemampuan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi belajar tinggi akan mengahsilkan prestasi belajar yang tinggi apabila ikut dalam proses belajar
(3)
commit to user
CTL atau inkuiri terbimbing sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan berpikir abstrak rendah akan cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah baik di kelas CTL atau inkuri terbimbing.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Prestasi belajar fisika dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dibawakan oleh seorang guru. Model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran CTL memberikan hasil belajar yang sama. Karena tujuan dari model pembelajaran ini adalah sama yaitu membentuk perilaku sains terhadap siswa. Siswa dituntut untuk mengamati setiap gejala alam yang ada dengan memulai mengajukan hipotesis, merancang kegiatan, mengumpulkan data dan pada akhirnya menyimpulkan suatu gejala alam yang ada. Proses belajar ini tentunya tidak lepas dari motivasi berprestasi siswa baik internal atau ekternal, dengan adanya motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa tentunya akan mempengaruhi hasil belajar yang ada. Siswa dengan motivasi berprestasi berpresatasi yang tinggi akan senantiasa mencapi tujuan dengan keberhasilan yang tinggi pula begitupun sebaliknya. Untuk memperoleh hasil akhir yang mampu diterima siswa maka fakta-fakta yang diperoleh oleh siswa perlu dihubung-hubungkan sehingga menjadi kesatuan yang kompleks. Hal yang demikian tidak lepas dari peranan kemampuan berpikir abstrak siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan lebih mudah untuk menarik suatu fakta mejadi simpulan dan siswa yang memiliki
(4)
commit to user
kemampuan berpikir abstrak rendah tentunya perlu bantuan dari seorang guru untuk mencapai suatu simpulan yang dapat diterima oleh siswa.
2. Implikasi Praktis
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL ditinjau dari aspek kemampuan berpikir abtrak siswa dan motivasi berprestasi siswa pada materi dinamika partikel sangat perlu diterapkan dalam rangka membentuk pola pikir sains siswa. Karena dalam pembelajaran ini menuntut seorang siswa untuk selalu aktif dalam memperoleh informasi dari observasi, membuat pertanyaan, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan membuat simpulan. Hendaknya guru benar-benar memperhatikan model yang akan digunakan sehingga dalam proses pembelajaran akan mendapatkan tujuan apa yang telah ditentukan terlebih dahulu. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah motivasi berprestasi siswa karena dalam proses pembelajaran CTL dan inkuiri terbimbing motivasi memegang peranan yang penting. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan melakukan kegiatan pembelajaran yang baik, siswa ini akan terus mencoba untuk membuktikan suatu fenomena alam. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah kemampuan berpikir abstrak siswa. Kemampuan berpikir abstrak akan mengarahkan seorang anak untuk mengaitkan berbagai fakta di lingkungan menjadi suatu konsep dasar fisika.
(5)
commit to user
C. SARAN
1. Saran untuk Guru
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang di atas maka dapat dikemukakan saran untuk guru adalah sebelum memulai pelajaran hendaknya seorang guru menentukan tujuan atau ketrampilan yang akan diberikan oleh siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL sangat baik digunakan untuk membentuk pola pikir sains kepada siswa terutama pada materi dinamika partikel. Untuk menghasilkan prestasi belajar yang maksimal hendaknya guru memperhatikan kondisi internal siswa. Proses belajar yang mengarah pada kegiatan praktikum atau eksperimen mengutamakan kemampuan berpikir abstrak siswa. Kemampuan ini perlu dilakukan pengukuran oleh guru sebelum melakukan proses belajar mengajar. Selain itu motivasi berprestasi siswa juga perlu diketahui dulu oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran karena mengingat kegiatan belajar akan banyak terpusat pada siswa.
2. Saran untuk peneliti berikutnya
Rumpun kegiatan pembelajaran untuk melatih pola pikir sains siswa selain CTL dan Inkuiri terbimbing masih terdapat model pembelajaran lain. Tentunya model pembelajaran ini akan memberikan sumbangan penelitian yang lain pula. Dalam penelitian ini tentunya harus memperhatikan kondisi siswa. Pelatihan pola pikir sains akan lebih efektif diberikan kepada siswa dengan tingkat kecerdasan menegah ke atas. Hal yang demikian menjadi acuan karena dalam kegiatan
(6)
commit to user
pembelajaran ini menuntut siswa untuk mandiri dan aktif terhadap instruksi-instruksi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Kondisi internal siswa selain motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir abstrak sangat mutlak diperlukan juga, gaya belajar dan cara berpikir anak merupakan hal yang akan memberikan hasil lain dalam penelitian. Gaya belajar anak akan dibagi-bagi baik audio, visual atau audiovisual tentunya akan memberikan sumbangan yang lain guna melengkapi penelitian ini.