MEMAHAMI KEMITRAAN PADA RANTAI PASOK CABAI MERAH

Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 43

9. MEMAHAMI KEMITRAAN PADA RANTAI PASOK CABAI MERAH

BESAR DENGAN PENDEKATAN BERPIKIR SISTEM Nendah Siti Permana 1 , Burhan Arief, Yosini Deliana, Tomy Perdana 2 Program Doktor Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang ade_nendahyahoo.com 2 Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memodelkan sistem kemitraan pada rantai pasok cabai merah besar di Jawa Barat. Pendekatan dinamika sistem digunakan untuk membangun model kemitraan pada rantai pasok cabai merah yang dinamis dan kompleks. Sebuah sistem termasuk dinamika sistem, memuat sejumlah komponen dan hubungan diantara komponen-komponennya menggunakan hubungan sebab akibat causal sebagai dasar dalam mengenali dan memahami tingkah laku dinamis dari sebuah sistem yang kompleks. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa hubungan kemitraan nonformal dalam rantai pasok cabai merah besar berawal dari kesenjangan kepemilikan modal antara petani dan pedagang perantara sehingga memunculkan motivasi untuk mengontrol petani dengan cara memberi bantuan keuangan kepada petani. Petani penerima bantuan harus berkomitmen menjual cabai hanya ke pedagang pemberi bantuan keuangan.Hal ini menyebabkan hilangnya kesempatan menjual cabai ke pihak lain, dan terjadi tekanan terhadap harga jual cabai petani. Petani menghadapi asimetri informasi terutama mengenai harga jual yang berlaku dipasar. Sedangkan pada kemitraan formal berawal dari adanya motivasi pihak industri untuk memperoleh bahan baku yang memenuhi persyaratan kualitas secara berkesinambungan.Dengan demikian terjadinya transfer teknologi dari mitra kepada petani. Petani memperoleh kepastian pemasaran dan kepastian harga, akses pemasaran yang lebih luas dan memiliki peluang memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Kata kunci :kemitraan, komitmen, asimetri informasi, transfer teknologi. Abstract This study aims to understand the system of supply chain partnerships in big red chili in West Java . System dynamics approach was applied to build a model partnership in the supply chain chili dynamic and complex . A system including the dynamics of the system , contains a number of components and the relationships among its components using causality causal as a basis for recognizing and understanding the dynamic behavior of a complex system . The results of this study can be suggested that informal partnerships in the supply chain of the red chili originated from capital ownership gap between farmers and middlemen so that the motivation to control the farmers by way of providing financial assistance to farmers . Beneficiary farmers have committed to sell only to dealers of chili who provided capital. This leads to the loss of opportunity to sell chili to the other party , and there is pressure on the selling price of chili farmers . Farmers face , especially the information asymmetry regarding the prevailing market price . While the formal partnership originated from the motivation of the industry to obtain raw materials that meet the quality requirements on an ongoing basis . Thus the transfer of technology from partners to farmers. Farmers obtain certainty marketing and price certainty , access a broader marketing and have the opportunity to obtain higher profits . Key words : Partneship, commitment,asymmetry of information, transfer of technology Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 44 Pendahuluan Agribisnis Cabai Merah merupakan sumber pendapatan yang menjanjikan bagi masyarakat khususnya petani, mengingat nilai jualnya yang relatif tinggi, serta potensi serapan pasar yang terus meningkat.Permintaan cabai merah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri pengolahan pangan. Konsumsi cabai merah per kapita di Indonesia 2008-2012 mengalami kenaikan sebesar 6,09. Apabila dikelola secara optimal, usahatani cabai merah besar akan menjadi kegiatan usaha yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan Dirjen Hortikultura, 2008. Produksi cabai dari tahun 2000 sampai tahun 2010 tercatat mengalami peningkatan sebesar 83,08, pada tahun 2011 produksi cabai tercatat mengalami penurunan akibat cuaca ekstrim yang melanda kawasan Indonesia. Dewasa ini petani cabai merah menghadapi masalah tingginya fluktuasi harga dan kesulitan menjual saat panen raya, hal tersebut menuntut adanya perubahan strategi pemasaran yang dilakukan petani. Salah satu strategi pemasaran tersebut adalah melalui kemitraan. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan suatu strategi bisnis, maka dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan Hafsah, 1999. Kemitraan usaha adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan, memperkuat dan saling menguntungkan Dyer et al , 2002. Karena merupakan strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh kemampuan membangun kepercayaan trust dan komitmen diantara pihak-pihak yang bermitra dalam menjalankan perjanjian yang telah disepakati. Dalam pengertian ini pelaku-pelaku yang tercakup dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis saling percaya, konsisten dan disiplin. Kepercayaan adalah faktor penting yang menumbuhkan komitmen di antara mitra dalam rantai suplai. Adanya kepercayaan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. Kurangnya kepercayaan di antara mitra rantai suplai sering mengakibatkan kinerja yang tidak efisien dan tidak efektif yang dapat dianggap sebagai biaya Kwon et al, 2004.Keberhasilan kinerja rantai pasokan didasarkan pada tingkat kepercayaan yang tinggi dan komitmen kuat di antara mitra rantai suplai. Perencanaan rantai pasokan yang efektif berdasarkan informasi bersama dan kepercayaan antara mitra-mitra merupakan persyaratan penting untuk kesuksesan manajemen rantai pasokan Sherman, 1992.Bagi petani kecil untuk berpartisipasi dalam kemitraan, mereka harus bergabungdengan petani lain dalam asosiasi dan koperasi dan kemudian menjalin kemitraan dengansektor swasta lainnya IFAD,2013. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memodelkan sistem kemitraan pada rantai pasok cabai merah besar di Jawa Barat. Pendekatan dinamika sistem digunakan untuk membangun model kemitraan pada rantai pasok cabai merah yang dinamis dan kompleks. Sebuah sistem termasuk dinamika sistem, memuat sejumlah komponen dan hubungan diantara komponen-komponennya menggunakan hubungan sebab akibat causal sebagai dasar dalam mengenali dan memahami tingkah laku dinamis dari sebuah sistem yang kompleks Sterman, 2000. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di empat kabupaten di Jawa Barat yang merupakan daerah sentra produksi cabai merah besar dimana petaninya banyak yang melakukan kerjasama kemitraan dalam pemasaran cabai baik kemitraan formal maupun nonformal. Daerah penelitian meliputi Kabupaten Garut, Ciamis, Tasikmalaya dan Kabupaten Bandung, adapun penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Dalam upaya memahami jenis-jenis kemitraan yang ada di Jawa Barat, dilakukan pertemuan wawancara dengan berbagai pemangku kepentingan diantaranya dengan petani cabai merah besar, kelompok tani, koperasi, PT. Heinz ABC, Dinas terkait, dan lain-lain. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, untuk data sekunder diperoleh melalui penelusuran kepustakaan dari berbagai sumber seperti, buku-buku, jurnal hasil penelitian terkait, laporan dari dinas terkait dan dari penelusuran internet. Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 45 Untuk data primer diperoleh dengan melakukan wawancara atau diskusi terbatas dengan berbagai pelaku dalam rantai pasok cabai merah besar. Data yang diperoleh kemudian dimodelkan dengan menggunakan pendekatan dinamika sistem dengan bantuan perangkat lunak Vensim PLE yang diunduh secara gratis dari internet. HASIL dan PEMBAHASAN Model Umum Rantai Pasok Cabai Merah Besar di Jawa Barat Rantai pasok cabai khususnya di Jawa Barat merupakan suatu jaringan yang kompleks dan terdiri dari berbagai tingkatan pelaku. Adapun para pelaku tersebut meliputi petani cabai , koperasi petani cabai, sub terminal agribisnis STA, bandar, grosir, pedagang pasar lokal, supplier, supermarket, dan industri. Hubungan antara pelaku dalam rantai pasok cabai untuk memenuhi kebutuhan industri, terdapat aliran produk cabai merah besar, kontrak kemitraan, spesifikasi produk, pembimbingan teknik budidaya serta aliran pembayaran. Dalam hubungan pelaku antara petani dengan Bandar dan Grosir cabai di pasar induk terdapat ikatan kontrak kemitraan nonformal, aliran pembayaran, tanpa ada spesifikasi produk yang dipersyaratkan. Sedangkan rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan supermarket terdapat ikatan kemitraan antara supplier dengan supermarket, aliran produk, spesifikasi produk dan aliran pembayaran. Gambar 1. lebih rinci mengilustrasikan jaringan rantai pasok cabai merah di Jawa Barat baik untuk memenuhi kebutuhan industri, super market maupun untuk memenuhi kebutuhan pasar umum. Gambar 1. Model Umum Rantai Pasok Cabai Merah Besar di Jawa Barat Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 46 Berdasarkan Gambar 1. dapat dijelaskan beberapa jenis aktivitas dalam rantai pasok cabai merah besar di Jawa Barat sebagai berikut : 1. Beberapa kegiatan dalam rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan industri meliputi budi daya cabai merah, proses panen, pengangkutan hasil ke tempat penampungan sementara Koperasi, sortasi, pemotesan, pengepakan, pengangkutan ke industri, pembayaran. 2. Beberapa kegiatan dalam rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan pasar umum meliputi : budidaya cabai, proses panen, pengepakan, pengangkutan, penyimpanan sementara di pasar induk dan di pasar lokal, pemasaran, pembayaran. 3. Beberapa kegiatan dalam rantai pasok cabai untuk memenuhi permintaan super market yaitu budi daya cabai merah, pengirimanpengangkutan ke pasar induk, pengangkutan ke lokasi supplier, sortasi, pengemasan, pengepakkan, pengangkutan ke super market, pemasaran, pembayaran. Apabila harga cabai sedang turun untuk memenuhi pesanan super market biasanya supplier membeli cabai tidak dari petani tapi dari pasar induk JENIS-JENIS HUBUNGAN KEMITRAAN pada RANTAI PASOK CABAI MERAH BESAR di JAWA BARAT Terdapat dua jenis kemitraan yang terjalin antara petani dan pelaku lainnya dalam rantai pasok cabai merah besar, baik kemitraan yang bersifat formal maupun nonformal. Kemitraan yang bersifat formal yaitu yang tertuang dalam bentuk kontrak yang telah disepakati dan harus dipatuhi oleh masing-masing pihak yang bermitra. Apabila ada pihak yang melanggar kesepakatan yang telah tertulis dalam kontrak, maka akan kena sanksi yaitu mengganti kerugian kepada mitra. Kemitraan formal yang saat ini ada dalam rantai pasok cabai hanya kerjasama kemitraan dalam pemasaran cabai antara petani yang tergabung dalam koperasi dengan industri yang mengolah cabai menjadi saus, dalam hal ini adalah PT. Heinz ABC. Adapun yang dimaksud dengan kemitraan nonformal adalah kemitraan yang tidak tertulis dalam kontrak, apabila salah satu pihak melanggar maka sangsinya berupa putusnya hubungan kemitraan. Kemitraan jenis ini biasanya terjadi antara petani dengan bandar dan antara petani dengan grosir di Pasar Induk.Kemitraan baik formal maupun nonformal harus didasarkan pada tujuan bersama, yaitu kesepakatan untuk bekerja sama dalam rangka untuk memajukan kepentingan bersama para mitra , memobilisasikekuatan mereka dan sumber daya secara transparan dan adil IFAD, 2013 Kemitraan Formal Antara PetaniKoperasi dengan Industri Beberapa manfaat yang diperoleh petani dalam melakukan kontrak kemitraan formal dengan industri : 1 hasil produksi hanya sebagian yang diikutsertakan dalam kontrak, sehingga petani masih memiliki peluang untuk memperoleh untung lebih tinggi apabila di pasaran harga cabai naik, lebih tinggi dari harga kontrak, petani bisa menjual ke pasaran umum asal kontrak volume sudah terpenuhi dan seijin koperasi, 2 ada kepastian dalam pemasaran dan harga, 3 petani menjadi lebih profesional karena harus menghasilkan cabai yang memenuhi kualitas yang dipersyaratkan oleh mitra industri, 4 pengetahuan petani mengenai teknik budidaya dan teknik pascapanen bertambah karena ada bimbingan dari mitra, 5 akses pemasaran dari produk yang dihasilkan bertambah luas, karena dengan mengetahui teknik budidaya yang benar sesuai GAP, maka terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, sehingga ke depannya diharapkan bisa memperluas kemitraan dengan berbagai pihak seperti dengan super market atau eksportir dalam waktu yang bersamaan. Kerugian-kerugian yang dirasakan petani selama menjalani kemitraan formal dengan industri adalah : 1 cabai yang diterima oleh industri hanya cabai yang memenuhi persyaratan dengan kriteria warna merah mulus tidak ada bercak warna lain, penampilan mengkilat, kotoran dan kandungan hama penyakit maksimal 3, 2 apabila kewajiban pengiriman cabai belum terpenuhi, petani tidak boleh menjual cabai ke pihak lain walaupun harga dipasaran sedang tinggi, 3 petani tidak memperoleh bantuan permodalan dari Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 47 industri, 4 pembayaran ditangguhkan sekitar 1 bulan, atau pengiriman yang pertama dibayar pada pengiriman yang ke empat dan seterusnya, karena cabai dipanen rata-rata seminggu sekali. Pada Gambar 2. disajikan model kemitraan formal antara Koperasi petani cabai dengan Industri pengolahan cabai menjadi saus. Berdasarkan Gambar 2. dapat dijelaskan bahwa kemitraan formal pada rantai pasok cabai berawal dari adanya kebutuhan industri untuk memperoleh bahan baku cabai untuk pembuatan saus secara berkelanjutan, untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan yaitu terpenuhinya kapasitas minimal pengolahan bahan baku dan untuk memenuhi permintaan saus bagi pelanggan, maka kebutuhan bahan baku cabai harus selalu tersedia baik kualitas maupun kuantitas secara berkesinambungan. Keadaan ini memunculkan motivasi bagaimana caranya untuk memperoleh cabai yang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku pembuatan saus secara berkesinambungan. Salah satu cara yang ditempuh pihak industri pengolahan cabai adalah bermitra dengan berbagai pihak salah satunya dengan petani. Walaupun harga jual telah disepakati dalam kontrak, kenyataannya masih ada tekanan terhadap harga jual cabai petani. Harga cabai yang disepakati dalam kontrak ditetapkan secara sepihak oleh industri, petani yang tergabung dalam Koperasi memiliki posisi tawar yang lebih rendah dari industri, sehingga tidak berdaya melakukan penawaran untuk memperoleh harga yang lebih tinggi. Petani mau menerima dengan alasan karena ada kepastian dalam pemasaran dan kepastian harga jual cabai. Harga diartikan sebagai Jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya William et. all, 1978. Harga cabai yang diterima petani dapat dinyatakan belum sebanding dengan pelayanan yang harus diberikan petani kepada industri sebagai mitra, karena persyaratan kualitas yang diminta oleh industri dirasakan terlalu ketat sementara penerimaan petani dari hasil penjualan cabai harus ditangguhkan rata-rata satu bulan, dan petani sama sekali tidak memperoleh bantuan permodalan dari pihak mitra industri. Pada dasarnya ada empat tujuan penetapan harga, yaitu : beroriantasi pada laba, berorientasi pada volume, berorientasi pada citra image serta berorientasi pada stabilitas harga William et. all, 1978. Adapun tujuan petani menerima penetapan harga dari industri adalah untuk memperoleh stabilitas harga penjualan dan untuk mempertahankan kerjasama kemitraan dalam pemasaran yang berkelanjutan.. Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 48 Gambar 2. Diagram Causal Loop Menjalin Kemitraan untuk Memperoleh Bahan Baku Pembuatan Saus Secara Berkesinambungan Berdasarkan Gambar 2. pada causal loop yang pertama dapat dijelaskan motivasi untuk memperoleh cabai sebagai bahan baku pembuatan saus secara kontinu, dapat meningkatkan jalinan kemitraan antara industri dengan petani. Jalinan kemitraan dapat meningkatkan transfer teknologi kepada petani sehingga petani pemahaman teknik budidaya yang benar sesuai good agriculture practices GAP meningkat. Adanya pemahaman teknik budidaya menyebabkan kuantitas cabai yang dihasilkan petani meningkat. Jadi adanya proses transfer teknologi dapat meningkatkan produksi cabai petani, sehingga kuantitas hasil cabai yang dapat dikirim ke industri semakin meningkat. Dengan demikian maka semakin tinggi peluang terpenuhinya kontrak volume cabai. Semakin tinggi peluang terpenuhinya kontrak volume cabai maka semakin terpenuhi kebutuhan cabai untuk bahan baku pembuatan saus. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa umpan balik yang terjadi pada keterkaitan variable- variabel pada causal loop pertama merupakan umpan balik positif. Artinya semakin tinggi motivasi untuk cabai sebagai bahan baku pembuatan saus secara kontinu, maka kebutuhan cabai untuk bahan baku pembuatan saus secara kuantitas semakin terpenuhi. Pada causal loop yang kedua, dapat dijelaskan bahwa transfer teknologi kepada petani mengakibatkan pemahaman teknologi pascapanen petani meningkat, Sehingga petani dapat meningkatkan kualitas hasil cabai. Semakin tinggi kualitas cabai yang dihasilkan maka semakin terpenuhi kualitas cabai sesuai yang dipersyaratkan oleh industri, dan semakin terpenuhi kebutuhan cabai untuk bahan baku pembuatan saus. Umpan balik yang terjadi pada keterkaitan antar variable pada causal loop kedua merupakan umpan balik positif, artinyaArtinya semakin tinggi motivasi untuk memperoleh cabai sebagai bahan baku pembuatan saus secara kontinu, maka kebutuhan cabai sebagai bahan baku pembuatan saus secara kualitas terpenuhi. Motivasi untuk memperoleh cabai sebagai bahan baku pembuatan saus secara kontinyu Keterbatasan pengetahuan Keterbatasan Modal Keterbatasan pemasaran Motivasi membentuk aliansi Kepercayaan Kemitraan pemasaran cabai Transfer teknologi Kemauan berbagi informasil Pemahaman teknologi Budidaya cabai petani Pemahaman teknologi pascapanen cabai petani Kuantitas hasil cabai Kualitas hasil cabai petani + + + + + + + + + + Harga jual cabai petani sesuai kontrak Terpenuhi kontrak kualitas cabai sesuai spek industri + + Penerimaan petani Keuntungan petani + Biaya produksi Produksi cabai petani + + - Investasi petani - + + + + Komitmen hanya menjual cabai kepada pihak industri Transparansi Asimetri informasi - - - Terpenuhi kebutuhan cabai utk bahan baku pembuatan saus + Terpenuhi kontrak volume + + + + Kepastian dalam pemasaran + + Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 49 Berdasarkan Gambar 3. causal loopyang pertama dapat dijelaskan, dengan melakukan kerjasama kemitraan secara formal dapat meningkatkan kepastian pemasaran cabai petani.Adanya kepastian dalam pemasaran cabai dapat meningkatkan komitmen petani hanya menjual cabai kepada pihak industri. Keadaan ini dapat mengurangi transparansi yang dilakukan oleh industri terutama dalam hal penetapan harga beli cabai dari petani. Sebagaimana diketahui bahwa semakin tinggi tingkat keterbukaan transparan menyebabkan semakin kecil terjadinya asimetri informasi.Contohnya pada pemberian insentif harga apabila terjadi kenaikan harga cabai di pasar umum melebihi Rp. 14.000,- kg, penetapan harga yang berlaku di pasaran umum seluruhnya ditetapkan oleh industri, petani tidak dilibatkan dan harus menerima berapapun insentif kenaikan harga yang diberikan oleh industri. Insentif kenaikan harga cabai tidak secara utuh diterima oleh petani karena harus dibagi dengan Koperasi. Adapun persentase pembagiannya adalah 40 untuk Koperasi dan 60 untuk petani. Semakin tinggi asimetri informasi menyebabkan semakin rendah harga yang diterima petani. Gambar 3. Diagram Causal Loop Keterbatasan Pemasaran Meningkatkan Motivasi untuk Beraliansi dan Bermitra. Semakin tinggi harga jual cabai petani dapat meningkatkan penerimaan petani, dan menyebabkan semakin tinggi tingkat investasi petani sehingga semakin rendah keterbatasan modal petani. Keterbatasan modal menyebabkan semakin tinggi keterbatasan pengetahuan petani.. Keterbatasan pengetahuan menyebabkan semakin meningkatnya keterbatasan pemasaran. Keterbatasan pemasaran menyebabkan semakin tinggi motivasi beraliansi atau membentuk aliansi. Causal loop pertama membentuk umpan balik positif, artinya semakin tinggi keinginan untuk menjalin kemitraan dalam pemasaran, menyebabkan semakin kuat motivasi petani untuk beraliansi, karena kemitran formal hanya dapat terlaksana dengan lembaga berbadan hukum. Petani yang telah merasakan manfaat dari adanya kerjasama kemitraan maka motivasi membentuk aliansi akan semakin tinggi agar dikemudian hari dapat terus melakukan kemitraan secara berkesinambungan. Berdasarkan causal loop kedua hubungan antar variable menghasilkan umpan balik positif, artinya dengan adanya kemitraan dalam pemasaran cabai, dapat meningkatkan transfer teknologi budidaya sehingga produksi cabai petani meningkat, keuntungan petani meningkat, investasi petani meningkat, akses pemasaransemakin luas, sehingga akhirnya motivasi membentuk aliansi semakin meningkat. Motivasi untuk memperoleh cabai sebagai bahan baku pembuatan saus secara kontinyu Keterbatasan pengetahuan Keterbatasan Modal Keterbatasan pemasaran Motivasi membentuk aliansi Kepercayaan Kemitraan pemasaran cabai Transfer teknologi Kemauan berbagi informasil Pemahaman teknologi Budidaya cabai petani Pemahaman teknologi pascapanen cabai petani Kuantitas hasil cabai Kualitas hasil cabai petani + + + + + + + + + + Harga jual cabai petani sesuai kontrak Terpenuhi kontrak kualitas cabai sesuai spek industri + + Penerimaan petani Keuntungan petani + Biaya produksi Produksi cabai petani + + - Investasi petani - + + + + Komitmen hanya menjual cabai kepada pihak industri Transparansi Asimetri informasi - - - Terpenuhi kebutuhan cabai utk bahan baku pembuatan saus + Terpenuhi kontrak volume + + + + Kepastian dalam pemasaran + + Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 50 Kemitraan Nonformal antara Petani Cabai Merah dengan Bandar dan Grosir Cabai hubungan kemitraan nonformal berawal dari adanya kesenjangan kepemilikan modal di tingkat petani yang rendah dan kepemilikan modal yang relatif besar di pihak pedagang perantara, baik bandar maupun grosir. Hal tersebut memunculkan motivasi untuk mengontrol atau mengendalikan petani agar pedagang memperoleh keuntungen dengan cara mengikat petani dengan memberi bantuan keuangan kepada petani baik untuk modal usaha maupun untuk keperluan lainnya. Berdasarkan Gambar 4. dapat dijelaskan, kepemilikan modal di pedagang dapat meningkatkan motivasi untuk mengontrol petani yang bermodal rendah. Motivasi mengontrol petani akan meningkatkan bantuan keuangan dari pedagang ke petani, sehingga menyebabkan semakin tinggi komitmen petani hanya menjual cabai kepada pedagang. Komitmen hanya menjual ke pedagang pemberi bantuan mengurangi kesempatan menjual ke pihak lain. Penjualan cabai hanya ke pedagang pemberi bantuan menyebabkan semakin tinggi tekanan terhadap harga jual cabai petani sehingga penerimaan semakin kecil dan utang petani semakin sulit dilunasi dan akan terus-menerus terikat kepada pedagang. Pembayaran utang-utang petani menyebabkan kepemilikan modal pedagang semakin tinggi sehingga motivasi mengontrol petani semakin tinggi.Keterkaitan antar variabel pada Gambar 4. Membentuk umpan balik negatif, artinya motivasi mengontrol petani dengan cara memberi bantuan keuangan menyebabkan petani terikat untuk menjual cabai ke pedagang dan teriket selalu berutang ke pedagang. Pembayaran utang-utang petani dapat meningkatkan kepemilikan modal pedagang. Kepemilikan modal meningkat menyebabkan motivasi untuk mengontrol petani pun semakin meningkat. Gambar 4. Diagram Causal Loop Tingginya Kepemilikan Modal Pedagang Menyebabkan Motivasi untuk Mengontrol Petani Semakin Tinggi. Berdasarkan Gambar 5. causal loop pertama menjelaskan bantuan pembiayaan dapat meningkatkan komitmen hanya menjual ke pedagang pemberi bantuan. Sehingga menyebabkan berkurangnya transparansi pedagang ke petani. sehingga meningkatkan asimetri informasi. Asimetri informasi menyebabkan semakin rendahnya harga jual cabai petani. walaupun penerimaan rendah petani tetap berkewajiban membayar utang kepada pedagang. Petani harus disiplin menyicil utang sehingga kepercayaan pedagang ke petani bertambah. Dimusim berikutnya kemudahan menerima bantuan keuangan dari pedagang semakin tinggi. Keterkaitan antar variabel pada causal loopyang kedua membentuk umpan balik negatif. Artinya pemberian pinjaman modal atau pembiayaan dari pedagang menyebabkan petani akan terikat kepada pedagang selamanya. Transparansi Motivasi utk mengontrol petani Kepemilikan modal pedagang Bantuan pembiayaan dari pedagang Komitmen hny menjual kpd pedagang pemberi bantuan Kesempatan menjual ke pihak lain Penjualan ke pedagang pemberi bantuan Tekanan thdp harga jual cabai petani Harga jual cabai petani Penerimaan petani Pembayaran utang petani ke pedagang pemberi bantuan Utang petani ke pedagang pemberi bantuan Kepercayaan pedagang kpd petani Asimetri informasi + + + - - + - - - - + + - - + Volume produksi cabai petani Biaya produksi + - Keuntungan petani + - Alokasi pengiriman ke pedagang pemberi bantuan - + Keinginan petani menanam cabai + + Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 51 Gambar 5. Diagram Causal Loop Pada causal loop kedua menjelaskan Harga yang tinggi dapat meningkatkan keinginan petani untuk menanam cabai, sehingga meningkatkan volume produksi. Bila produksi di petani meningkat maka pengiriman cabai ke pedagang pemberi bantuan akan meningkat, penjualan cabai ke pedagang pemberi bantuan meningkat, sehingga tekanan terhadap harga jual meningkat. Keterkaitan variabel pada causal loop kedua membentuk umpan balik negatif. Artinya semakin tinggi volume produksi cabai yang dihasilkan petani, yang akan yang akan diuntungkan adalah pedagangang karena akan meningkatkan alokasi pengiriman cabai ke pedagang pemberi bantuan keuangan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Dalam rantai pasok cabai merah besar di Jawa Barat terdapat 2 jenis hubungan kerja sama kemitraan, yaitu: kemitraan formal yang terjadi antara petani cabai merah besar dengan industri pengolahan saus, dan kemitraan nonformal yang terjadi antara petani cabai merah besar dengan Bandar dan grosir. Dari kedua model kemitraan tersebut masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Pada kemitraan formal terjadi transfer teknologi dari industri ke petani, pihak industri memberi bimbingan teknik budidaya agar petani mampu menghasilkan cabai sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh industri. Selain itu dengan menjalin kemitraan formal petani memperoleh kepastian dalam pemasaran, kepastian harga, ada persyaratan kualitas tertentu pada cabai yang dijual ke industri, pembayaran ke petani ditangguhkan rata- rata satu bulan, tidak ada bandtuan permodalan dari pihak industri kepada petani. Sedangkan pada kemitraan nonformal antara petani dengan Bandar dan grosir memiliki karakteristik sebagai berikut : tidak ada transfer teknologi, tidak ada persyaratan khusus untuk cabai yang diperjual belikan, ada bantuan pinjaman keuangan dari pedagang kepada petani, pembayaran kepada petani dilakukan secara tunai. Adapun kesamaan dari kedua model kemitraan tersebut yaitu terjadi asimetri informasi dan tekanan terhadap harga jual cabai petani. Pada kedua model kemitraan harga jual ditetapkan oleh mitra, petani tidak memiliki kekuatan untuk melakukan penawaran, petani menerima berapapun harga yang ditentukan oleh mitra. Pada kemitraan formal walaupun ada kepastian harga jual akan tetapi harga cabai yang diterima petani belum sebanding dengan pelayanan yang harus diberikan petani kepada perusahaan industri sebagai Transparansi Motivasi utk mengontrol petani Kepemilikan modal pedagang Bantuan pembiayaan dari pedagang Komitmen hny menjual kpd pedagang pemberi bantuan Kesempatan menjual ke pihak lain Penjualan ke pedagang pemberi bantuan Tekanan thdp harga jual cabai petani Harga jual cabai petani Penerimaan petani Pembayaran utang petani ke pedagang pemberi bantuan Utang petani ke pedagang pemberi bantuan Kepercayaan pedagang kpd petani Asimetri informasi + + + - - + - - - - + + - - + Volume produksi cabai petani Biaya produksi + - Keuntungan petani + - Alokasi pengiriman ke pedagang pemberi bantuan - + Keinginan petani menanam cabai + + Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 52 mitra, karena persyaratan kualitas yang diminta oleh industri dirasakan terlalu ketat sementara pembayaran kepada petani dari hasil penjualan cabai ditangguhkan rata-rata satu bulan, dan petani sama sekali tidak memperoleh bantuan permodalan dari industri. DAFTAR PUSTAKA Sumber buku: Dirjen Hortikultura. 2008. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta. Hafsah, M. J. 1999. Kemitraan Usaha : Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Saptana, Ariel Daryanto, Heny K. Daryanto, Kuncoro. 2009. Strategi Kemitraan Usaha dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Agribisnis Cabai Merah di Jawa Tengah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Balitbang Deptan. Jakarta Sumber jurnal: Dyer J. H, Wujin Chu. 2002. The Role Trustworthiness in Reducing Transaction Cost and Improving Performance: Empirical Evidence from The United States, Japan and Korea. IFAD. 2013. The Power of Partnerships : Forging Alliances for Sustainable Smallholder Agriculture. Governing Council. Rome. Italy. Kwon Ik Whan, Taewon Suh. 2004. Factors Affecting the Level of Trust and Comminment in Supply Chain Relationship. Journal of Supply Chain Management Vol 4 No 2 pg 4. Sherman S. 1992 . “Are Strategic Alliances Working?”. Journal of Supply Chain Management. . Sterman J.D. 2000. Business Dynamics : System Thinking and Modelling for a Complex World. Irwin McGraw Hill. Boston. Vorst, J.G.A.J. van der. 2000. Performance Measurement in Agri-food Supply-Chain Network. Wageningen. Netherlands. William J,Stanton, 1975. Fundamentals of Marketing, Fourth edition, Kogakhusa, Mc.Graw-Hill, Tokyo. Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 53

10. ANALISIS KOLABORASI ANTAR PELAKU DALAM RANTAI PASOK