Kekuatan: Kelemahan: Ancaman 8.UPAYA MENINGKATKAN KETERSEDIAAN SAPI BALI BAKALAN MELALUI PENDEKATAN KLASTER AGRIBISNIS

Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 93 perubahan pemerintah daerah yang menjabat. Pemerintah di periode saat ini lebih memfokuskan komoditas hortikultura sebagai komoditas unggulan daerahnya,sehingga membuat kurangnya dukungan dan perhatian pemerintah terhadap komoditas singkong. T3 : Daya saing singkong dengan komoditas pangan lain lemah. Pengusahaan tanaman perkebunan seperti tanaman kayu yang marak akhir-akhir ini membuat banyak petani yang beralih atau tertarik untuk mengusahakan tanaman selain singkong. Ditingkat harga, singkong memiliki posisi yang kurang kompetitif dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Dengan kisaran harga antara Rp. 600 – Rp. 1000 per kg. Persaingan harga dan kebutuhan konsumen akan singkong dan komoditas lainnnya membuat singkong mengalami ancaman sehingga dibutuhkan inovasi dan peningkatan produksi singkong agar singkong mampu tetap bertahan diantara kompetisi yang terjasi ini. T4 : Kurang pengawasan dan pembinaan dari instansi terkait. Berbagai bentuk pelatihan dan bantuan terhadap budidaya maupun agroindustri singkong telah banyak diberikan terutama oleh dinas-dinas yang ada di Kabupaten Trenggalek seperti Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan dan Dinas Koperasi Industri Perdagangan Pertambangan dan Energi. Seluruh bentuk bantuan dan pelatihan yang diberikan terkait dengan komoditas singkong baik ditingkat usahatani maupun agroindustri tidak terlaksana secara maksimal dikarenakan tanpa dilakukan kegiatan pengawasan dan pendampingan setelah program yang diberikan berakhir. Akibatnya seluruh bentuk bantuan dan pelatihan tidak dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada penerimanya karena mereka tidak didampingi dan diawasi secara terus menerus. T5 : Trend impor tapioka meningkat. Data Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2012 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan impor tapioka dari kurun waktu 2002-2011. Adanya peningkatan impor tapioka memberikan ancaman terhadap produksi tapioka karena harga dan kualitas tapioka impor dan tapioka produksi lokal bersaing dipasaran. Berdasarkan penjabaran faktor-faktor internal dan eksternal dari sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek, terdapat 6 kekuatan, 5 kelemahan, 4 peluang dan 5 ancaman. Dari seluruh faktor tersebut, dapat dibuat matrik faktor internal IFAS dan matrik faktor eksternal EFAS yang di dalamnya tercantum bobot dan rating penelitian. Berikut adalah matrik faktor internal IFAS dan matrik faktor internal EFAS: Tabel 1. Matrik Evaluasi Faktor Internal Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek No. Faktor – Faktor Internal Bobot Rating Nilai

1. Kekuatan:

Kesesuaian iklim 0,12 4 0,48 Kesesuaian lahan 0,12 4 0,48 Teknik budidaya sederhana 0,06 2 0,12 Penanaman singkong telah membudaya di masyarakat 0,06 2 0,12 Ketersediaan tenaga kerja cukup 0,06 2 0,12 Agroindustri berbahan baku singkong memiliki nilai tambah positif 0,12 4 0,48 Subtotal Nilai : 0,55 18 1,82

2. Kelemahan:

Produktivitas singkong rendah 0,11 2 0,23 Peran kelembagaan kurang optimal 0,06 1 0,06 Bahan baku singkong tidak tersedia secara kontinyu 0,06 1 0,06 Belum terstandarisasi proses produksi dan produk olahannya 0,17 3 0,51 Pendapatan usahatani singkong relatif rendah, walaupun masih menguntungkan 0,06 1 0,06 Subtotal Nilai : 0,45 8 0,91 Jumlah Total Nilai : 1,00 26 2,73 Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 94 Tabel 2. Matrik Evaluasi Faktor Eksternal Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek No. Faktor – Faktor Eksternal Bobot Rating Nilai 1. Peluang 1. Potensi pasar olahan singkong tinggi 0,15 4 0,59 2. Trend konsumsi singkong segar dan olahan Indonesia meningkat 0,07 2 0,15 3. Konsumen antara singkong segar dan olahan banyak 0,15 4 0,59 4. Terdapat dukungan dari pihak diluar pemerintah daerah 0,07 2 0,15 Subtotal Nilai : 0,44 12 1,48

2. Ancaman

1. Terjadi anomali cuaca 0,19 2 0,37 2. Ketidakberpihakan Kebijakan pemerintah daerah terhadap singkong 0,09 1 0,09 3. Daya saing singkong dengan komoditas pangan lain lemah 0,09 1 0,09 4. Kurang pengawasan dan pembinaan dari instansi terkait 0,09 1 0,09 5. Trend impor tapioka meningkat 0,09 1 0,09 Subtotal Nilai : 0,56 6 0,74 Jumlah Total Nilai : 1 18 2,22 Dari hasil analisis faktor internal dan eksternal pada sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek, kemudian dianalisis dalam matrik kompetitif relatif dan matrik internal-eksternal sebagai berikut: WHITE AREA GREY AREA GREY AREA BLACK AREA Gambar 1. Matrik Posisi Kompetitif Relatif Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek Berdasarkan hasil analisis SWOT pada matrik posisi kompetitif relatif diperoleh nilai IFAS sebesar 2,73 dan nilai EFAS sebesar 2,22, setelah dimasukkan kedalam matrik kompetitif relative dapat dilihat pada Gambar 1. bahwa sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada pada White Area, bidang kuat berpeluang artinya sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek memiliki peluang pasar yang prospektif dan juga memiliki kompetensi untuk mengerjakan usaha tersebut. Sistem agribisniss singkong di Kabupaten Trenggalek memiliki peluang namun terkendala masalah eksternal, seperti dukungan pemerintah daerah terkait kebijakan pengembangan produksi singkong di Kabupaten Trenggalek dan juga daya saing komoditas singkong dengan komoditas pangan lainnya. Analisis internal-eksternal dapat digunakan untuk melihat strategi yang tepat untuk diterapkan dalam mengembangkan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek. Berikut adalah hasil analisis mastrik internal-eksternal pengembangan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek. IFAS 2,22 2,73 Low 2 High Low High 4 4 2 EFAS Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 95 Gambar 2. Matrik Internal Eksternal Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek Berdasarkan matrik internal-eksternal dapat diketahui bahwa sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada pada daerah V atau pertumbuhanstabilitas. Posisi ini menunjukkan bahwa agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada diposisi yang stabil artinya kegiatan usahatani maupun agroindustri untuk komoditas singkong mampu terus bertahan untuk melakukan proses produksinya sepanjang tahun. Untuk mengetahui strategi terpilih yang tepat untuk pengembangan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek dapat dilakukan dengan cara membuat matrik analisis grand strategy berdasarkan jumlah nilai terbesar dari masing-masing faktor. Analisis grand strategy ini dibagi menjadi empat strategi yaitu SO, WO, ST dan WT. Berikut adalah penjabaran dari setiap strategi. Tabel 3. Matrik Grand Strategy Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek STRENGTH S Kesesuaian iklim Kesesuaian lahan Teknik budidaya sederhana Penanaman singkong telah membudaya di masyarakat Ketersediaan tenaga kerja cukup Banyak agroindustri berbahan baku singkong WEAKNESS W Produktivitas singkong rendah Tidak terdapat kelembagaan penaung Bahan baku singkong tidak tersedia secara kontinyu Kualitas produk olahan singkong kurang baik Pendapatan usahatani singkong rendah OPPORTUNITIES O Potensi pasar olahan singkong tinggi Trend konsumsi singkong segar dan olahan Indonesia meningkat Konsumen antara singkong segar dan olahan banyak Terdapat dukungan dari pihak diluar pemerintah daerah Strategi S-O Membangung jaringan informasi pasar singkong dan produk olahannya sampai ke luar daerah Menarik dan mempermudah masuknya investor luar daerah dalam hal singkong Membina dan mengembangkan agroindustri yang sudah ada Mempromosikan singkong dan produk olahannya sebagai produk unggulan daerah Strategi W-O Menerapkan sistem lumbung pangan atau bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait sebagai buffer stock Meningkatkan penerapan GMP pada agroindustri singkong yang ada guna meningkatkan kualitas produk Mengadakan kerjasama dengan pihak luar dalam kegiatan peningkatan input produksi seperti pupuk Melakukan instensifikasi dan ekstensifikasi singkong I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Penciutan IV Stabilitas V Pertumbuhan Stabilitas VI Penciutan VII Pertumbuhan VIII Pertumbuhan IX Likuiditas I F A S 4 3 2 1 1 2,73 IFAS EFAS E F A S 2 3 2,2 Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 96 THREATHS T Terjadi anomali cuaca Ketidakberpihakan Kebijakan pemerintah daerah terhadap singkong Daya saing singkong dengan komoditas pangan lain lemah Kurang pengawasan dan pembinaan dari instansi terkait Trend impor tapioka meningkat Strategi S-T Bekerjasama dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi untuk meningkatkan teknik budidaya dan tanaman singkong dalam menghadapi anomaly iklim Membuat kebijakan-kebijakan yang memberikan petani dan pelaku agroindustri singkong insentif sehingga dapat bersaing dengan tanaman pangan lain Melakukan pengawasan dan pembinaan rutin baik dalam hal usahatani maupun agroindustri Membina dan mengarahkan agroindustri yang ada untuk menggunakan bahan baku tapioka local kabupaten Trenggalek Strategi W-T Mensosialisasikan secara kontinyu penggunaan bibit unggul kepada petani singkong Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan penaung Memperbaiki mutu tapioka dengan penerapan GMP SIMPULAN Strategi pengembangan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek dengan analisis SWOT teridentifikasi terdapat erdapat 6 faktor kekuatan, 5 faktor kelemahan, 4 faktor peluang dan 5 faktor ancaman. Nilai IFAS sebesar 2,73 dan nilai EFAS sebesar 2,22 sehingga sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada pada posisi White Area bidang kuat berpeluang, artinya sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek memiliki peluang yang prospektif dan memiliki kompetensi untuk mengerjakannya. Selain itu sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada pada posisipertumbuhan atau stabilisasi. Grand strategi dalam rangka pengembangan sistemagribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek adalah dengan peningkatan produksi singkong lewat intensifikasi dan ekstensifikasi, peningkatan peran pemerintah melalui kebijakan standarisari dan pendampingan pemerintah terhadap kegiatan usahatani dan agroindustri singkong serta penganekaragaman agroindustri olahan singkong. DAFTAR PUSTAKA Sumber buku: Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek. 2013. Kabupaten Trenggalek dalam Angka. Trenggalek: Badan Pusat Statistik Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan Ubi Kayu 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Sianipar. 2003. Teknik-Teknik Analisis Manajemen. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI Yulifianti, Rahmi dkk. 2012. Tepung Kasava Modifikasi Sebagai Bahan Subtitusi Terigu Mendukung Diversifikasi Pangan. Palawija, 23, 1-12 Sumber tesis: Hartono, Stefani. 2012. Optimasi Formula dan Proses Pembuatan Muffin Berbasis Substitusi Tepung Komposit Jagung dan Ubi Jalar Kuning. Skripsi dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 97

15. STRATEGI PENGEMBANGAN SUPPLY CHAIN RUMPUT LAUT DI