Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
93
perubahan pemerintah daerah yang menjabat. Pemerintah di periode saat ini lebih memfokuskan komoditas hortikultura sebagai komoditas unggulan daerahnya,sehingga membuat kurangnya dukungan dan perhatian
pemerintah terhadap komoditas singkong. T3 : Daya saing singkong dengan komoditas pangan lain lemah. Pengusahaan tanaman perkebunan
seperti tanaman kayu yang marak akhir-akhir ini membuat banyak petani yang beralih atau tertarik untuk mengusahakan tanaman selain singkong. Ditingkat harga, singkong memiliki posisi yang kurang kompetitif
dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Dengan kisaran harga antara Rp. 600
– Rp. 1000 per kg. Persaingan harga dan kebutuhan konsumen akan singkong dan komoditas lainnnya membuat singkong
mengalami ancaman sehingga dibutuhkan inovasi dan peningkatan produksi singkong agar singkong mampu tetap bertahan diantara kompetisi yang terjasi ini.
T4 : Kurang pengawasan dan pembinaan dari instansi terkait. Berbagai bentuk pelatihan dan bantuan terhadap budidaya maupun agroindustri singkong telah banyak diberikan terutama oleh dinas-dinas
yang ada di Kabupaten Trenggalek seperti Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan dan Dinas Koperasi Industri Perdagangan Pertambangan dan Energi. Seluruh bentuk bantuan dan pelatihan yang diberikan
terkait dengan komoditas singkong baik ditingkat usahatani maupun agroindustri tidak terlaksana secara maksimal dikarenakan tanpa dilakukan kegiatan pengawasan dan pendampingan setelah program yang
diberikan berakhir. Akibatnya seluruh bentuk bantuan dan pelatihan tidak dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada penerimanya karena mereka tidak didampingi dan diawasi secara terus menerus.
T5 : Trend impor tapioka meningkat. Data Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2012 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan impor tapioka dari kurun waktu 2002-2011. Adanya peningkatan
impor tapioka memberikan ancaman terhadap produksi tapioka karena harga dan kualitas tapioka impor dan tapioka produksi lokal bersaing dipasaran.
Berdasarkan penjabaran faktor-faktor internal dan eksternal dari sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek, terdapat 6 kekuatan, 5 kelemahan, 4 peluang dan 5 ancaman. Dari seluruh faktor tersebut,
dapat dibuat matrik faktor internal IFAS dan matrik faktor eksternal EFAS yang di dalamnya tercantum bobot dan rating penelitian. Berikut adalah matrik faktor internal IFAS dan matrik faktor internal EFAS:
Tabel 1. Matrik Evaluasi Faktor Internal Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek
No. Faktor
– Faktor Internal Bobot
Rating Nilai
1. Kekuatan:
Kesesuaian iklim 0,12
4 0,48
Kesesuaian lahan 0,12
4 0,48
Teknik budidaya sederhana 0,06
2 0,12
Penanaman singkong telah membudaya di masyarakat 0,06
2 0,12
Ketersediaan tenaga kerja cukup 0,06
2 0,12
Agroindustri berbahan baku singkong memiliki nilai tambah positif 0,12
4 0,48
Subtotal Nilai : 0,55
18 1,82
2. Kelemahan:
Produktivitas singkong rendah 0,11
2 0,23
Peran kelembagaan kurang optimal 0,06
1 0,06
Bahan baku singkong tidak tersedia secara kontinyu 0,06
1 0,06
Belum terstandarisasi proses produksi dan produk olahannya 0,17
3 0,51
Pendapatan usahatani singkong relatif rendah, walaupun masih menguntungkan
0,06 1
0,06
Subtotal Nilai : 0,45
8 0,91
Jumlah Total Nilai : 1,00
26 2,73
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
94
Tabel 2. Matrik Evaluasi Faktor Eksternal Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek
No. Faktor
– Faktor Eksternal Bobot
Rating Nilai 1.
Peluang
1. Potensi pasar olahan singkong tinggi 0,15
4 0,59
2. Trend konsumsi singkong segar dan olahan Indonesia meningkat
0,07 2
0,15 3. Konsumen antara singkong segar dan olahan banyak
0,15 4
0,59 4. Terdapat dukungan dari pihak diluar pemerintah daerah
0,07 2
0,15
Subtotal Nilai : 0,44
12 1,48
2. Ancaman
1. Terjadi anomali cuaca 0,19
2 0,37
2. Ketidakberpihakan Kebijakan pemerintah daerah terhadap singkong
0,09 1
0,09 3. Daya saing singkong dengan komoditas pangan lain lemah
0,09 1
0,09 4. Kurang pengawasan dan pembinaan dari instansi terkait
0,09 1
0,09 5. Trend impor tapioka meningkat
0,09 1
0,09
Subtotal Nilai : 0,56
6 0,74
Jumlah Total Nilai : 1
18 2,22
Dari hasil analisis faktor internal dan eksternal pada sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek, kemudian dianalisis dalam matrik kompetitif relatif dan matrik internal-eksternal sebagai berikut:
WHITE AREA
GREY AREA
GREY AREA
BLACK AREA
Gambar 1. Matrik Posisi Kompetitif Relatif Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek Berdasarkan hasil analisis SWOT pada matrik posisi kompetitif relatif diperoleh nilai IFAS sebesar 2,73 dan
nilai EFAS sebesar 2,22, setelah dimasukkan kedalam matrik kompetitif relative dapat dilihat pada Gambar 1. bahwa sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada pada
White Area, bidang kuat berpeluang artinya sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek memiliki peluang pasar yang
prospektif dan juga memiliki kompetensi untuk mengerjakan usaha tersebut. Sistem agribisniss singkong di Kabupaten Trenggalek memiliki peluang namun terkendala masalah eksternal, seperti dukungan pemerintah
daerah terkait kebijakan pengembangan produksi singkong di Kabupaten Trenggalek dan juga daya saing komoditas singkong dengan komoditas pangan lainnya.
Analisis internal-eksternal dapat digunakan untuk melihat strategi yang tepat untuk diterapkan dalam mengembangkan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek. Berikut adalah hasil analisis mastrik
internal-eksternal pengembangan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek.
IFAS
2,22
2,73
Low 2
High Low
High 4
4 2
EFAS
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
95
Gambar 2. Matrik Internal Eksternal Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek
Berdasarkan matrik internal-eksternal dapat diketahui bahwa sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada pada daerah V atau pertumbuhanstabilitas. Posisi ini menunjukkan bahwa
agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada diposisi yang stabil artinya kegiatan usahatani maupun agroindustri untuk komoditas singkong mampu terus bertahan untuk melakukan proses produksinya
sepanjang tahun.
Untuk mengetahui strategi terpilih yang tepat untuk pengembangan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek dapat dilakukan dengan cara membuat matrik analisis
grand strategy berdasarkan jumlah nilai terbesar dari masing-masing faktor. Analisis
grand strategy ini dibagi menjadi empat strategi yaitu SO, WO, ST dan WT. Berikut adalah penjabaran dari setiap strategi.
Tabel 3. Matrik Grand Strategy Sistem Agribisnis Singkong di Kabupaten Trenggalek
STRENGTH S Kesesuaian iklim
Kesesuaian lahan Teknik budidaya sederhana
Penanaman singkong telah membudaya di masyarakat
Ketersediaan tenaga kerja cukup Banyak agroindustri berbahan baku
singkong WEAKNESS W
Produktivitas singkong rendah Tidak terdapat kelembagaan
penaung Bahan baku singkong tidak
tersedia secara kontinyu Kualitas produk olahan singkong
kurang baik Pendapatan usahatani singkong
rendah
OPPORTUNITIES O Potensi
pasar olahan
singkong tinggi Trend konsumsi singkong
segar dan olahan Indonesia meningkat
Konsumen antara singkong segar dan olahan banyak
Terdapat
dukungan dari
pihak diluar
pemerintah daerah
Strategi S-O Membangung jaringan informasi pasar
singkong dan produk olahannya sampai ke luar daerah
Menarik dan mempermudah masuknya investor luar daerah dalam hal singkong
Membina
dan mengembangkan
agroindustri yang sudah ada Mempromosikan singkong dan produk
olahannya sebagai produk unggulan daerah
Strategi W-O Menerapkan sistem lumbung
pangan atau bekerja sama dengan
instansi pemerintah
terkait sebagai buffer stock Meningkatkan penerapan GMP
pada agroindustri singkong yang ada guna meningkatkan kualitas
produk Mengadakan kerjasama dengan
pihak luar dalam kegiatan peningkatan
input produksi
seperti pupuk Melakukan instensifikasi dan
ekstensifikasi singkong
I Pertumbuhan
II Pertumbuhan
III Penciutan
IV Stabilitas
V Pertumbuhan Stabilitas
VI Penciutan
VII Pertumbuhan
VIII Pertumbuhan
IX Likuiditas
I F A S
4 3
2 1
1 2,73
IFAS
EFAS E
F A
S
2
3 2,2
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
96
THREATHS T Terjadi anomali cuaca
Ketidakberpihakan Kebijakan pemerintah daerah terhadap
singkong Daya saing singkong dengan
komoditas pangan lain lemah Kurang
pengawasan dan
pembinaan dari
instansi terkait
Trend impor
tapioka meningkat
Strategi S-T Bekerjasama
dengan lembaga
penelitian, perguruan tinggi untuk meningkatkan teknik budidaya dan
tanaman singkong dalam menghadapi anomaly iklim
Membuat
kebijakan-kebijakan yang
memberikan petani
dan pelaku
agroindustri singkong insentif sehingga dapat bersaing dengan tanaman
pangan lain Melakukan pengawasan dan pembinaan
rutin baik dalam hal usahatani maupun agroindustri
Membina dan mengarahkan agroindustri yang ada untuk menggunakan bahan
baku
tapioka local
kabupaten Trenggalek
Strategi W-T Mensosialisasikan
secara kontinyu
penggunaan bibit
unggul kepada petani singkong Membentuk dan mengaktifkan
kelembagaan penaung Memperbaiki
mutu tapioka
dengan penerapan GMP
SIMPULAN Strategi pengembangan sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek dengan analisis SWOT
teridentifikasi terdapat erdapat 6 faktor kekuatan, 5 faktor kelemahan, 4 faktor peluang dan 5 faktor ancaman. Nilai IFAS sebesar 2,73 dan nilai EFAS sebesar 2,22 sehingga sistem agribisnis singkong di
Kabupaten Trenggalek berada pada posisi
White Area bidang kuat berpeluang, artinya sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek memiliki peluang yang prospektif dan memiliki kompetensi untuk
mengerjakannya. Selain itu sistem agribisnis singkong di Kabupaten Trenggalek berada pada posisipertumbuhan atau stabilisasi. Grand strategi dalam rangka pengembangan sistemagribisnis singkong di
Kabupaten Trenggalek adalah dengan peningkatan produksi singkong lewat intensifikasi dan ekstensifikasi, peningkatan peran pemerintah melalui kebijakan standarisari dan pendampingan pemerintah terhadap
kegiatan usahatani dan agroindustri singkong serta penganekaragaman agroindustri olahan singkong. DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku: Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek. 2013. Kabupaten Trenggalek dalam Angka. Trenggalek: Badan
Pusat Statistik Kementerian Pertanian. 2013.
Pedoman Teknis Pengelolaan Ubi Kayu 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Sianipar. 2003. Teknik-Teknik Analisis Manajemen. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI Yulifianti, Rahmi dkk. 2012. Tepung Kasava Modifikasi Sebagai Bahan Subtitusi Terigu Mendukung
Diversifikasi Pangan. Palawija, 23, 1-12 Sumber tesis:
Hartono, Stefani. 2012. Optimasi Formula dan Proses Pembuatan Muffin Berbasis Substitusi Tepung Komposit Jagung dan Ubi Jalar Kuning.
Skripsi dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
97
15. STRATEGI PENGEMBANGAN SUPPLY CHAIN RUMPUT LAUT DI