ANALISIS KOMPARASI SALURAN PASAR TRADISIONAL DAN

Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 217

31. ANALISIS KOMPARASI SALURAN PASAR TRADISIONAL DAN

MODERN PADA KOMODITAS SAYURAN DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Fitriyani Mir‟ah Aliyatillah 1 , Harianto 2 , dan Anna Fariyanti 3 123 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 1 Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga Wing 4 Lantai 3 Bogor 16680 Email:aliyatillahgmail.com ABSTRAK Pangalengan merupakan sentra produksi sayuran yang ditargetkan berkontribusi dalam peningkatan ekspor sayuran khususnya ke Singapura. Pasar ekspor merupakan bagian darisaluran pasar modern yang mendorong petani untuk menerapkan good agriculture practices dan pelaku pemasaran sayuran unruk melakukan fungsi pemasaran dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas di pasar tersebut. Pasar modern juga menawarkan harga jual sayuran yang stabil berdasarkan kesepakatan kerjasama sedangkan pasar tradisional menghadapi fluktuasi harga sayuran yang memicu tidak terintegrasinya pasar. Penelitian ini bertujuan untuk: 1 menganalisis aktivitas pemasaran komoditas sayuran di Pangalengan; 2 menganalisis integrasi pasar sayuran di Pangalengan; dan 3 menganalisis dampak saluran pasar modern terhadap petani dan saluran pasar tradisional.Sayuran yang diteliti dalam penelitian ini adalah kentang, tomat, kubis, dan wortel.Data primer didapatkan dari 3 desa di Pangalengan dengan 31 responden petani dan 15 responden pedagang.Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di saluran pasar modern terdapat penambahan fungsi pemasaran.Analisis integrasi pasar menunjukkan bahwa secara umum sayuran di pasar tradisional tidak terintegrasi.Hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya informasi pasar antara petani dan pedagang.Dampak saluran pasar modern terhadap saluran pasar tradisional antara lain menurunnya volume perdagangan, bertambahnya fungsi pemasaran, dan semakin pendeknya saluran pemasaran.Adapun dampak saluran pasar modern terhadap petani adalah meningkatnya produktivitas sayuran, meningkatnya keuntungan dan meningkatnya kualitas sayuran yang dihasilkan. Kata kunci: Pasar tradisional, Pasar modern, Saluran Pasar, Sayuran, Integrasi Pasar ABSTRACT Pangalengan is one of vegetables production center in Indonesia which is also targeted to meet the demand of horticultural products export to Singapore.The export market as a part of modern marketing channels push the farmers to apply good agricultural practices to fulfill the requirements of consistent quality and continuous quantity. The aims of this research are to: 1 analyze the marketing activities of vegetables in Pangalengan; 2 analyze the market integration of vegetables in Pangalengan; and 3 analyze the impact of modern market channels to farmers and traditional market channels. Vegetables in this research are potato, tomato, cabbage and carrot. Primary Data obtained from 31 farmers and 15 traders in Pangalengan. Data analysis was done qualitatively and quantitatively. The results showed that market of vegetables between farmers and retailers in Pangalengan were unintegrated. The impact of modern market channels to traditional market channels are declining trading volume of vegetables, adding of marketing functions, and shortening marketing channels. While the impact of modern market channels to farmers are increasing the productivity of the vegetables, increased profits, and increasing the quality of the vegetables. Keywords: Traditional Market, Modern market, Vegetables, Market Integration Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 218 Analisis Komparasi Saluran Pasar Tradisional dan Modern pada Komoditas Sayuran di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Comparative Analysis of Traditional and Modern Market Channels of Vegetables in the District of Pangalengan, Bandung Regency Fitriyani Mir‟ah Aliyatillah 1 ; Harianto 2 ; Anna Fariyanti 3 1 Student at Science in Agribusiness Graduate Programme, Faculty of Economics and Management, Bogor Agricultural University. Email: aliyatillahgmail.com 2, 3 Lecturer at Agribusiness Graduate Programme, Faculty of Economics and Management, Bogor Agricultural University PENDAHULUAN Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang penting untuk dikembangkan karena memiliki permintaan pasar yang tinggi baik di dalam maupun luar negeri. Konsumsi per kapita sayuran di Indonesia dari tahun 2006 sampai 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 36.5 persen sehingga permintaan akan sayuran di dalam negeri pun meningkat BPS 2011. Namun kondisi neraca perdagangan sayuran Indonesia sampai dengan tahun 2009 masih bernilai negatif dengan nilai ekspor sebesar 100 juta USD sedangkan nilai impor mencapai 298 juta USD. Walaupun demikian, potensi ekspor masih besar dan variatif yang terbukti dari trend ekspor dari tahun 2005 sampai dengan 2009 yang bernilai positif 10 persen. Adapun Negara tujuan ekspor sayuran Indonesia antara lain Cina, India, Singapura, Jepang, Malaysia, Filipina, Korea, Taiwan, dan Thailand ACDI-VOCA 2011. Salah satu permintaan ekspor sayuran Indonesia adalah berasal dari Singapura dimana permintaannya pada tahun 2014 mendatang mencapai 30 persen dari total impor buah dan sayuran Indonesia. Permintaan tersebut baru dapat dipenuhi sebesar 6 persennya saja di tahun 2010.Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan pedoman teknis akselerasi peningkatan ekspor hortikultura ke Singapura Kemendag 2012. Pasar ekspor sayuran Indonesia merupakan salah satu contoh pasar terstruktur yang dicirikan oleh adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli baik secara lisan ataupun tertulis terkait dengan harga, kualitas, kuantitas, dan persyaratan lainnya Perdana 2011. Selain pasar ekspor sayuran Indonesia, pasar terstruktur yang pada penelitian ini disebut sebagai pasar modern juga mencakup lingkup domestik seperti ritel modern, agroindustri, dan food service industry seperti restoran. Adapun yang menjadi fokus pasar modern dalam penelitian ini adalah pasar ekspor serta restoran yang secara nasional pertumbuhannya mencapai 2.09 persen di tahun 2011 BPS 2011. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia yang berkontribusi cukup besar terhadap produksi sayuran nasional. Pada tahun 2011, Jawa Barat menjadi penghasil sayuran Nasional seperti kubis sebesar 21.97 persen, tomat 37.19 persen, kentang 25.93 persen, cabe merah 21.98 persen dan bawang merah 11.34 persen Disperta 2012. Selain memasok kebutuhan nasional, Jawa Barat khususnya Pangalengan juga merupakan salah satu wilayah yang ditargetkan dapat berkontribusi dalam pemenuhan ekspor sayuran sesuai dengan yang tercantum dalam pedoman teknis akselerasi peningkatan ekspor hortikultura ke Singapura. Pasar modern menawarkan harga yang stabil sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.Penurunan dan kenaikan harga sayuran di konsumen seharusnya dapat diintegrasikan dengan baik di tingkat petani sehingga mencerminkan efisiensi pemasaran.Namun di saluran pasar tradisional di Pangalengan, harga yang diterima petani tidal selalu mengikuti kenaikan atau penurunan harga di tingkat konsumen.Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.Walaupun efisiensi saluran pasar modern terbukti lebih baik dibanding saluran pasar tradisional Aparna dan Hanumanthaiah 2012, namun tingkat efisiensi dapat berbeda karena dipengaruhi juga oleh kondisi geografis dan karakteristik responden.Oleh karena itu, analisis integrasi pasar sayuran penting dilakukan. Beberapa peneliti mengkaji dampak pasar modern terhadap perekonomian, petani, dan pasar tradisional terutama di Negara berkembang.Beberapa pihak memandang bahwa makin meluasnya pasar modern seperti ritel modern di Indonesia, dengan laju mencapai 31 persen per tahun, pertumbuhan ekonomi Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 219 serta iklim persaingan usaha menjadi lebih baik SMERU 2007. Sementara pihak lainberpendapat bahwa di era globalisasi, pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat praktik usaha yangdilakukan oleh supermarket. Namun penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur, bukan semata-mata karena keberadaan ritel modernSchipmann and Qaim 2011. Gambar 1 Fluktuasi harga sayuran Sumber: Disperta Jawa Barat, 2013 Dampak saluran pasar modern terhadap petani sayuran masih menjadi kontroversi.Terdapat hasil penelitian yang kontras dalam melihat dampak saluran pasar modern terhadap petani hortikultura khususnya di Negara berkembang.Sebagian besar hasil penelitian menyebutkan bahwa saluran pasar modern merugikan petani produk agribisnis terutama petani kecil karena kemungkinan mereka dalam menghasilkan produk yang diinginkan oleh konsumen sangat kecil.Studi empiris ditunjukkan oleh Cartey dan Mesbah 1993 juga mengungkapkan bahwa petani kecil sangat sedikit partisipasinya dalam ekspor buah di Negara Chili. Begitu juga dengan ekspor sayuran di Kenya yang tidak melibatkan petani sehingga saluran pemasaran tersebut sama sekali tidak menguntungkan bagi petani lokal. Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan fakta yang berbeda.Saluran pasar modern justru membantu meningkatkan pendapatan dan aset petani kecil. Hal ini dibuktikan oleh Hernandez et al. 2007 yang mengungkapkan hasil penelitiannya di Guatemala, di mana ribuan petani skala kecil mendapat manfaat dan pendapatan yang lebih tinggi ketika menjadi pemasok dalam saluran pasar modern untuk komoditas jagung. Selain meningkatkan pendapatan, saluran pasar modern juga dapat meningkatkan produktivitas dan akses tenaga kerja lokal yang lebih baik.Hal senada diungkapkan oleh Huang dan Reardon 2008 yang menyebutkan bahwa saluran pasar modern memiliki dampak positif bagi petani yaitu peningkatan pendapatan, teknologi produksi yang semakin membaik dan menciptakan lowongan pekerjaan yang baru bagi masyarakat. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan, tujuan penelitian adalah: 1 menganalisis aktivitas pemasaran komoditas sayuran di Pangalengan; 2 menganalisis integrasi pasar sayuran di Pangalengan; dan 3 menganalisis dampak saluran pasar modern terhadap petani dan saluran pasar tradisional. METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive sampling di tiga desa di Kecamatan Pangalengan yaitu Desa Pangalengan, Desa Margamekar, dan Desa Margamukti.Pemilihan ketiga desa tersebut adalah berdasarkan produksi tertinggi di Kecamatan Pangalengan.Adapun komoditas sayuran yang diteliti adalah kentang, kubis, wortel, dan tomat.Alasan pemilihan keempat komoditas sayuran tersebut adalah karena merupakan sayuran di Jawa Barat dengan produktivitas yang tinggi.Pengambilan data primer dilakukan dari bulan Maret sampai April 2013. 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 H a rg a Rp Kg Data Mingguan April 2012- Maret 2013 Kentang Harga Petani Kentang Harga Pengecer Tomat Harga Petani Tomat Harga Pengecer Kubis Harga Petani Kubis Harga Pengecer Wortel Harga Petani Wortel Harga Pengecer Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 220 Jenis Dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer didapatkan dari petani, pedagang, dan lembaga pemasaran sayuran yang ada di Kecamatan Pangalengan. Jumlah petani dalam penelitian ini adalah 31 orang yaitu 13 petani dari Desa Margamekar, 10 petani dari Desa Pangalengan, dan 8 petani dari Desa Margamukti. Jumlah petani kentang adalah 14 orang untuk pasar tradisional dan 2 orang untuk pasar modern; Petani tomat berjumlah 19 orang untuk pasar tradisional dan 5 orang untuk pasar modern; Petani kubis berjumlah 17 orang untuk pasar tradisional dan 1 orang untuk pasar modern; serta petani wortel berjumlah 10 orang yang keseluruhannya memasok ke pasar tradisional. Jumlah responden tersebut berbeda karena setiap petani mengusahakan sayuran dengan sistem tumpang sari dengan komposisi yang berbeda. Adapun jumlah pedagang yang diwawancara adalah 15 orang yang mana 10 orang di perdagangan kentang, 7 orang di perdagangan tomat, 7 orang di perdagangan kubis, dan 4 orang di perdagangan wortel. Selain itu, data terkait didapatkan dari kantor kecamatan setempat. Penelitian ini juga mengunakan data sekunder berupa data time series harga mingguan sayuran yaitu kentang, tomat, kubis dan wortel di tingkat petani dan ritel di pasar tradisional dari bulan April 2012 sampai dengan Maret 2013 n=49. Data sekunder lainnya didapatkan dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Disperta Jawa Barat, FAO, serta publikasi ilmiah lain yang relevan. Metode Pengolahan Dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui lembaga pemasaran sayuran yang terlibat, aktivitas pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi dan dampak saluran pasar modern terhadap petani serta saluran pasar tradisional.Adapun analisis kuantitatif melalui Microsoft Excel dilakukan untuk menganalisis tingkat keuntungan petani terkait dampak saluran pemasaran modern, serta analisis integrasi pasar melalui Eviews.Data yang dihasilkan dari pengolahan software tersebut kemudian diintrepetasikan secara ekonomi dari sudut pandang agribisnis.Analisis keuntungan dimulai dari merinci biaya dan penerimaan petani dengan satuan rupiah per hektar. Keuntungan petani didapatkan dari total penerimaan dikurangi total biaya.Integrasi pasar merupakan analisis seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga lainnya.Analisis keterpaduan pasar dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Ravallion 1986 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS. Adapun persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: P f i = 1+b 1 P f i 1 + b 2 P r iFD + b 3- b 1 P r i 1 + C Dimana: P f i : harga sayuran di tingkat petani pada April Minggu ke-1 2012 sampai Maret Minggu ke-1 2013 P r i : harga sayuran di tingkat ritel pada April Minggu ke-1 2012 sampai Maret Minggu ke-1 2013 P f i 1 : harga sayuran di tingkat petani Maret Minggu ke-4 2012 sampai Februari Minggu ke-4 2013 P r i 1 : harga di tingkat ritel interval Maret Minggu ke-4 2012 sampai Februari Minggu ke-4 2013 C : faktor musim dan faktor lain 1+b 1 : koefisien lag harga sayuran di tingkat petani b 2 : koefisien lag harga sayuran di tingkat ritel b 3 -b 1 : koefisien lag harga sayuran di tingkat ritel antara April Minggu ke-1 2012 sampai Maret Minggu ke-1 2013; dengan MaretMinggu ke-4 2012 sampai Februari Minggu ke-4 2013 FD : First Difference atau perbedaan harga sayuran di tingkat ritel i : Sayuran yang terdiri dari kentang, tomat, kubis, wortel IMC Index of Market Connection atau indeks hubungan pasar merupakan perbandingan antara koefisien pasar lokal pada periode sebelumnya dengan koefisien pasar acuan pada periode sebelumnya. Berikut rumus matematikanya IMC = 1+b 1 b 3 -b 1 atau b 1 b 3. Adapun ketentuan suatu pasar dikatakan terintegrasi dengan kuat atau lemah ditunjukkan pada Tabel 1 Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 221 Tabel 1 Kriteria integrasi pasar Keterangan Jangka Pendek Jangka Panjang Integrasi Kuat IMC mendekati 0 atau IMC 1 b 2 mendekati 1 0.5 Integrasi Lemah IMC 1 b 2 mendekati 0 0.5 Tidak terintegrasi IMC tinggi b 2 sangat mendekati 0 Sumber: Ravallion 1986 AKTIVITAS PEMASARAN SAYURAN DI KECAMATAN PANGALENGAN Lembaga pemasaran pada saluran pasar tradisional di Pangalengan memiliki sedikit perbedaan dengan yang ada pada saluran pasar modern. Adapun lembaga pemasaran pada saluran pasar tradisional antara lain: 1 Pedagang I yang berperan mengumpulkan sayuran dari petani dengan volume perdagangan kurang dari tiga ton per hari; 2 Pedagang II yang berperan sebagai pihak yang mendistribusikan sayuran ke pasar-pasar induk seperti pasar induk Kramat Djati, pasar induk Caringin, dan pasar lainnya dimana volume perdagangannya lebih dari atau sama dengan 7 ton per hari; 3 Grosir di Pasar Tradisional yang berperan sama seperti Pedagang II namun berlokasi khusus di suatu pasar tertentu; dan 4 Pedagang pengecer berperan berperan menyalurkan sayuran kepada konsumen. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pasar modern di Pangalengan antara lain: 1 Pedagang III atau pedagang besar berperan penting sebagai pihak yang mengadakan kerjasama dengan pasar modern dan memiliki volume perdagangan lebih dari 7 ton per hari; 2 Restoran sebagai salah satu pasar modern pada komoditas tomat dan kubis; 3 Eksportir merupakan pasar modern untuk tomat dan kentang di Pangalengan. Secara umum, aktivitas pemasaran antara petani yang memasok ke saluran pasar tradisional sedikit berbeda dibandingkan dengan aktivitas pemasaran petani di saluran pasar modern.Hal yang membedakannya adalah pada komoditas kentang dan tomat, petani pasar modern sudah melakukan fungsi fisik berupa grading sehingga mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi.Pada komoditas kubis, petani pasar modern melakukan tambahan fungsi pemasaran berupa pengepakan dan sortasi sedangkan pada petani di saluran pasar tradisional tidak dilakukan.Biaya pemasaran yang dikeluarkan petani tradisional di keempat komoditas yang dianalisis lebih banyak untuk membayar penyedia jasa perantara Calo sedangkan biaya pemasaran di saluran pasar modern lebih dialokasikan untuk menambah nilai sayuran yang tercermin dari lebih banyak dilakukannya fungsi pemasaran. Keberadaan pasar modern seperti eksportir dan restoran merupakan alternatif pemasaran yang baik bagi petani sayuran di Pangalengan.Walaupun demikian, peranan pasar tradisional tetap vital karena lebih dari 80 persen sayuran yang dihasilkan petani disalurkan ke pasar tradisional.Namun, aktivitas pemasaran yang dilakukan di saluran pasar tradisional dapat ditingkatkan terutama dengan dilakukannya fungsi pemasaran untuk menambah nilai guna sayuran yang dihasilkan sehingga harga jual yang didapat petani juga lebih baik.Hal ini dapat ditempuh dengan meminimalisir peran jasa perantara dan memperkuat hubungan petani dengan pedagang melalui kemitraan. INTEGRASI PASAR SAYURAN DI PANGALENGAN Integrasi pasar vertikal merupakan pengukuran seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditi pada satu tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga lainnya.Secara sederhana adalah bagaimana harga di pasar lokal dipengaruhi oleh harga di pasar acuan dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dengan harga yang terjadi pada saat ini.Perubahan harga pada pasar lokal dapat disebabkan oleh adanya perubahan marjin pada pasar lokal dan pasar acuan pada waktu yang sebelumnya lag-time.Analisis integrasi pasar vertikal yang dianalisis yaitu integrasi jangka pendek dan integrasi jangka panjang.Analisis integrasi pasar sayuran baik kentang, tomat, kubis, maupun wortel pada jangka pendek dianalisis dengan menggunakan Index of Market Connection IMC.Adapun analisis integrasi jangka panjang dapat dilihat pada nilai b 2 .Integrasi pasar yang dilakukan pada penelitian ini adalah antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang eceran.Secara ringkas hasil integrasi pasar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Integrasi pasar komoditas sayuran Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 222 Komoditas Koefisien Output IMC Integrasi b 1 b 2 b 3 Jangka Pendek Jangka Panjang Kentang 0.779 0.112 -0.059 13.201 Tidak Terintegrasi Lemah Tomat 0.372 0.660 0.503 0.739 Kuat Kuat Kubis 0.699 0.258 0.208 3.359 Lemah Lemah Wortel 0.727 0.349 0.165 4.403 Lemah Lemah Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komoditi kentang, harga di tingkat petani tidak memiliki integrasi dengan harga di tingkat pedagang eceran dalam jangka pendek.Hal ini ditunjukkan dengan nilai IMC yang tinggi.Artinya, perubahan harga kentang di tingkat ritel pada waktu sebelumnya tidak memengaruhi harga kentang di tingkat petani pada saat ini.Adapun pada komoditas kubis dan wortel, nilai IMC adalah lebih besar dari satu namun tidak terlalu tinggi.Hal ini menujukkan bahwa dalam jangka pendek integrasi yang terjadi antara petani dan pedagang pengecer bersifat lemah. Dengan kata lain, harga kubis dan wortel ditingkat petani saat ini dipengaruhi oleh harga kubis ditingkat ritel pada waktu sebelumnya meskipun memiliki hubungan yang lemah. Adapun pada tomat, nilai IMC lebih besar dari 0.5 dan kurang dari 1, yaitu 0.739. Hal ini berarti integrasi jangka pendek yang terjadi bersifat kuat atau perubahan harga tomat di tingkat ritel pada waktu sebelumnya sangat memengaruhi harga tomat di tingkat petani pada saat ini. Hubungan jangka panjang antara petani dengan ritel dapat dilihat dari nilai koefisien b 2 .Nilai b 2 yang kurang dari 0.5 pada komoditas kentang, kubis, dan wortel menunjukkan bahwa dalam jangka panjang petani memiliki integrasi pasar yang lemah dengan pedagang eceran.Hal yang berbeda terjadi pada komoditi tomat di mana hubungan antara petani dengan ritel dalam jangka panjang bersifat kuat yang ditunjukkan oleh nilai b 2 lebih besar dari 0.5.Berdasarkan hasil analisis terkait integrasi pasar sayuran di Pangalengan, dapat diketahui bahwa secara umum sayuran di pasar tradisional belum terintegrasi dengan baik.Hal ini terjadi karena petani di Pangalengan umumnya mendapatkan informasi dari para pedagang besar dengan selang beberapa waktu. DAMPAK SALURAN PASAR MODERN TERHADAP PETANI Hadirnya saluran pasar modern menyebabkan terjadinya beberapa perubahan baik pada aktivitas budidaya yang dilakukan petani maupun aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh petani sayuran di Kecamatan Pangalengan. Terdapat beberapa indikator yang akan menjadi pembahasan dalam mengkaji dampak saluran pasar modern pada petani di Kecamatan Pangalengan. Produktivitas Sayuran Petani Menjadi Meningkat Secara umum, produktivitas sayuran di saluran pasar modern lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas sayuran di saluran pasar tradisional.Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa saluran pasar modern memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas sayuran yang diusahakan petani.Petani di saluran pasar modern lebih aware terhadap budidaya sayuran yang baik dalam upaya menghasilkan sayuran berkualitas karena termotivasi dengan harga jual yang tinggi.Adapun untuk wortel, karena tidak memasuki pasar modern, produktivitasnya hanya disajikan untuk saluran pasar tradisional.Produktivitas sayuran di saluran pasar tradisional dan modern di Pangalengan ditunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 3 Produktivitas Sayuran di Saluran Pasar Tradisional dan Modern di Kecamatan Pangalengan Saluran Pasar Produktivitas per Hektar Kg Kentang Tomat Kubis Wortel Tradisional 19,509.89 29,842.11 27,385.04 25,525.00 Modern 20,000.00 36,000.00 31,250.00 - Perbedaan 490.11 6,157.89 3,864.96 - Meningkatnya Kualitas Sayuran Yang Dihasilkan Petani Pada saluran pasar tradisional, biasanya kentang yang diperjualbelikan petani adalah kualitas ABC yang tercampur tanpa differensiasi harga.Berbeda dengan pasar modern yang menetapkan harga berbeda sesuai dengan grade kentang yang dihasilkan.Begitu juga dengan komoditi tomat.Kualitas kentang dan tomat yang baik dan digolongkan berdasarkan grade tertentu menghasilkan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan saat panen yang dijual secara abress.Kentang yang dihasilkan oleh petani pasar modern terdiri dari kualitas SuperXL, Medium ABC, DN, TO dan Baby, sedangkan tomat terdiri dari kualitas super, A, B, dan Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 223 200000 400000 600000 800000 Kentang Tomat Kubis 624 775 467500 526 500 160000 180 600 2 500 V o lu m e Pe rda ga n ga n K g Komoditas volume ke Pasar Tradisional TO.Kentang dan tomat dengan ukuran paling kecil di pasar modern bahkan dihargai lebih tinggi dari kentang atau tomat abress.Harga kentang dan tomat di pasar modern ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 4 Differensiasi harga kentang di pasar modern pada periode Januari sampai April 2013 Grade Kentang Spesifikasi BuahKg Harga dari eksportir Grade Tomat Spesifikasi BuahKg Harga dari restoran RpKg Super 10-15 6 500 Super 8-10 8 200 Medium ABC 16-20 6 000 A 11-15 7 700 Mini TO 21-30 4 500 B 16-20 7 000 DN Baby 30 4 500 TO 20 5 000 Pada komoditi kubis, hadirnya saluran pasar modern dalam hal ini restoran cukup berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kubis yang dihasilkan petani.Terdapat tindakan pasca panen yang dilakukan petanidiantaranya sortasi, pengelupasan lapisan luar kubis yang kotor, pelapisan bonggol kubis, dan pengemasan dengan dibungkus koran. Adapun pada komoditi wortel, kualitas yang dihasilkan pada pasar tradisional sudah cukup baik.Selanjutnya adalah perlunya negosiasi kerjasama dengan pasar modern.Secara umum, dapat disimpulkan bahwa dengan hadirnya pasar modern dan saluran pasar yang mengikutinya, petani dapat meningkatkan kualitas sayuran yang dihasilkan.Walaupun biaya yang dikeluarkan lebih tinggi, namun keuntungan petani yang memasok ke pasar modern tetap lebih tinggi karena harga yang berlaku di pasar modern pun lebih tinggi dari pasar tradisional. Keuntungan Petani Menjadi Meningkat Keuntungan petani yang memasok ke saluran pasar modern dari ketiga komoditas yang dipasarkan yaitu kentang, tomat dan kubis terbukti lebih tinggi dibandingkan keuntungan petani yang memasok ke pasar tradisional.Hal ini dicapai karena petani melakukan sistem budidaya dan aktivitas pemasaran yang lebih baik sehingga menghasilkan produktivitas dan kualitas sayuran yang lebih baik juga.Akhirnya, petani mendapat keuntungan yang juga lebih besar dibandingkan petani di saluran pasar tradisional yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan Pengusahaan Sayuran di Pangalengan Indikator per hektar Saluran Pasar per Komodtitas Rp 000 Kentang Tomat Kubis Wortel Tradisional Modern Tradisional Modern Tradisional Modern Tradisional Biaya TC 62 103 63 955 60755 97 366 33 304 40625 19 505 Penerimaan TR 93 914 100 600 125 979 180202 56259 72265 40 441 Keuntungan π 31 811 36645 65224 82836 22954 31640 20 937 Rasio πTC 0.51 0.57 1.07 0.85 0.69 0.78 1.07 DAMPAK SALURAN PASAR MODERN TERHADAP SALURAN PASAR TRADISIONAL Menurunnya Volume Sayuran Di Pasar Tradisional Volume produksi pada saluran pasar tradisional dengan hadirnya saluran pasar modern adalah lebih kecil karena alokasi produk sayuran di lokasi penelitian terbagi ke pasar modern baik itu eksportir maupun restoran. Volume perdagangan pada saluran pasar tradisional menjadi menurun di ketiga komoditas yang dianalisis yaitu kentang sebesar 20.39 persen, tomat sebesar 23.34 persen, dan kubis sebesar 0.47 persen. Gambar 2 menunjukkan alokasi volume sayuran setelah adanya pasar modern. Gambar 2 Alokasi volume sayuran setelah adanya saluran pasar modern Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 224 Bertambahnya Fungsi Pemasaran Saluran Pasar Tradisional Indikator kedua adalah fungsi pemasaran yang tumbuh ketika pasar modern menjadi tujuan pemasaran.Berdasarkan pembahasan di bagian sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat fungsi pemasaran yang bertambah akibat dari keberadaan pasar modern.Bertambahnya fungsi pemasaran karena pengaruh pasar modern dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Fungsi pemasaran yang tumbuh karena hadirnya pasar modern Komoditas dan Lembaga Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran Pertukaran Fisik Fasilitas Jual Beli Angkut Simpan Sortasi Risiko Biaya Informasi Pasar Petani dan Pedagang III Kentang Sebelum √ √ √ √ - √ √ √ Sesudah √ √ √ √ √ √ √ √ Petani Kubis Sebelum √ - - - - √ √ √ Sesudah √ - √ - √ √ √ √ Bertambahnya fungsi pemasaran dapat dilihat pada komoditi kentang dimana petani dan pedagang III melakukan penambahan fungsi fasilitas berupa sortasi dan grading.Penambahan fungsi juga terjadi pada komoditi kubis yang dilakukan oleh petani dimana terdapat penambahan fungsi fasilitas berupa sortasi dan fungsi fisik berupa pengangkutan.Berdasarkan kedua kasus empiris tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya saluran pasar modern, fungsi pemasaran menjadi bertambah. Saluran Pasar Tradisional Menjadi Lebih Pendek Indikator ketiga yang dilihat untuk menganalisis dampak saluran pasar modern adalah memanjang atau memendeknya saluran pemasaran.Hal ini dapat dilihat pada komoditi kentang dan tomat. Pada kedua komoditas tersebut, peran pedagang I sama dengan pedagang II atau pedagang III. Dengan demikian, petani akan menjual langsung sayurannya ke pedagang besar. Dengan demikian, saluran pemasaran menjadi lebih pendek.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pasar modern, saluran pasar menjadi lebih pendek yang berindikasi pada semakin efisiennya pemasaran.Dalam pasar modern, informasi terbuka seluas-luasnya sehingga tidak ditemukan adanya penyedia jasa perantara calo antara petani dan pedagang. KESIMPULAN Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di saluran pasar modern dan tradisional terdapat perbedaan.Hal tersebut dicirikan oleh fungsi pemasaran yang dilakukan. Pada pasar tradisional, fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan lembaga pemasaran sayuran yang memasok umumnya terdiri dari: 1 fungsi fasilitas berupa sortasi, risiko, biaya, dan informasi; 2 fungsi fisik berupa pengangkutan dan penyimpanan; serta 3 fungsi pertukaran berupa penjualan dan pembelian. Namun pada beberapa saluran pasar tradisional, petani tidak melakukan fungsi sortasi dan pengangkutan.Hal tersebut yang membedakannya dengan saluran pasar modern dimana petani melakukan fungsi fasilitas berupa sortasi dan fungsi fisik berupa pengangkutan.Pada komoditas kentang dan tomat bahkan petani di saluran pasar modern sudah melakukan fungsi grading yang menambah nilai sayuran.Umumnya komoditas sayuran yang dianalisis belum terintegrasi dengan baik karena informasi pasar yang datang ke petani lebih lambat dibandingkan pedagang perantara.Adapun pada komoditi tomat, terintegrasi kuat karena informasi kepada petani lebih terbuka dan disalurkan dengan cepat karena permintaan tomat pada saat penelitian sedang tinggi.Dampak saluran pasar modern terhadap petani adalah meningkatnya produktivitas sayuran yang dihasilkan, meningkatnya keuntungan, dan meningkatnya kualitas sayuran yang dipasarkan. Adapun dampak saluran pasar modern terhadap saluran pasar tradisional antara lain berkurangnya volume perdagangan sayuran di pasar tradisional, bertambahnya fungsi pemasaran, serta saluran pemasaran tradisional menjadi lebih pendek. IMPLIKASI KEBIJAKAN Terbukanya jendela pasar regional dan internasional memberi peluang besar bagi Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam perdagangan internasional.Selain itu, pertumbuhan pasar modern menuntut produk Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 225 pertanian Indonesia khususnya sayuran untuk secara kontinyu dapat memasuki pasar tersebut dengan kualitas yang unggul.Tingginya permintaan sayuran di pasar Internasional dan domestik perlu ditindaklanjuti oleh para pelaku agribisnis sayuran terutama petani.Tidak hanya produktivitas tanaman yang perlu ditingkatkan tetapi juga manajemen pemasaran yang harus diintegrasikan.Langkah yang dapat dilakukan untuk mendukung terlaksananya hal tersebut adalah dengan penyediaan akses informasi.Akses informasi ini ditujukan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam sistem agribisnis khususnya sayuran.Oleh karena itu, dengan informasi yang tersebar merata, diharapkan setiap pelaku tersebut dapat menjalankan pasar yang adil.Terkait saluran pasar tradisional, pemerintah dapat menempuh langkah yang baik dengan menciptakan iklim investasi di pasar tradisional.Tidak hanya menyediakan fasilitas atau infrastruktur di pasar tersebut, tetapi juga menciptakan sistem pemasaran yang baik dengan mengintegrasikan seluruh lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pasar tradisional. DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:[BPS] Badan Pusat Statistika. 2011. Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi Indonesia. Jakarta ID: BPS. - Carter, M. R., Mesbah, D. 1993. Can land market reform mitigate the exclusionary aspects of rapid agro ‐export growth? World Development, 217: 1085–1100. - [Disperta Jabar] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat. 2012. Kontribusi produksi sayuran Jawa Barat terhadap Nasional tahun 2011. Bandung ID: Disperta Jabar. - [Disperta Jabar] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat.2012. Pelayanan Informasi Pasar Unit Sentra Pangalengan. Bandung ID: Disperta Jabar. - [Dirjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Perkembangan PDB subsektor hortikultura tahun 2006-2010. Jakarta ID: Dirjen Hortikultura. - ___________________________________________. 2012. Nilai ekspor hortikultura tahun 2007- 2011. Jakarta ID: Dirjen Hortikultura. - [Kemendag] Kementrian Perdagangan. 2012. Indonesia Perluas Pasar Produk Hortikultura ke Eropa. Jakarta ID: Kemendag. S umber jurnal: - [ACDIVOCA] Agricultural Cooperative Development International and Volunteers in Overseas Cooperative Assistance. 2011. Indonesia: Export and Import Replacement Potential for Selected Horticultural Products, A Market Window Analysis. Washington DC US. - Aparna, B., Hanumanthaiah, C. V. 2012. Are supermarket more efficient than traditional market channels?. Agricultural Economics Research Review IN. 252:309-316. - Cadilhon, J. J., Moustier, P., Poole, N. D., Tam, P. T. G., Fearne, A.P. 2006. Traditional vs. Modern Food Systems?Insights from Vegetable Supply Chains to Ho Chi Minh City VN.Development Policy Review, 24 1: 31-49. - Hernández, R., Reardon, T., Berdegué, J. A. 2007.Supermarkets, Wholesalers, and Tomato Growers in Guatemala.Agricultural Economics, 363: 281 ‐290. - Huang, J., Reardon, T. 2008. Patterns in and Determinants and Effects of farmers‟ Marketing strategies in Developing Countries.Synthesis Report – Micro Study.Regoverning Markets-Small-scale producers in modern agrifood markets.Sustainable Markets Group. London GB: International Institute for Environment and Development IIED. - Perdana, T., Kusnandar. 2012. The Triple Helix Model for Fruits and Vegetables Supply Chain Management Development Involving Small Farmers in Order to Fulfill the Global Market Demand: a Case Study in “Value Chain Center VCC Universitas Padjadjaran. Procedia-Social and Behavioral, 5209:80-89 - Ravallion, M. 1986. Testing Market Integration.American Journal of Agricultural Economics US. 681: 102-109. Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 226 - Schipmann, C., Qaim, M. 2011. Modern food retailers and traditional markets in developing countries: Comparing quality, prices, and competition strategies in Thailand. Applied economic Perspective and Policy, 3303:345-354 Sumber Seminar: - SMERU. 2007. Traditional Markets in The Era of Global Competition. Jakarta ID: Newsletter April- Juni. Sumber Internet: - Suryadarma, D., Poesoro, A., Budiyati, S., Akhmadi, Rosfadhila, M., 2008.Impact of Supermarkets on Traditional Markets and Retailers in Indonesia‟s Urban Centers. Jakarta ID: Lembaga Penelitian SMERU.http:www.smeru.or.idreportresearchsupermarketsupermarket_eng.pdf Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 227

32. KERAGAAN STRUKTUR PASAR INPUT, INTERMEDIET DAN