BISNIS SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 137

20. BISNIS SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

PETANI PADI Anne Charina 1 , Rani Andriani 2 , Gema Wibawa Mukti 3 Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran 1 Jl.Raya Jatinangor Km.21 Sumedang anne.sosekgmail.com ABSTRAK Pada Tahun 2011, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta jiwa atau 18,6 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, dan 60 persen diantaranya adalah penduduk yang tinggal di desa BPS, 2012. Dapat dikatakan bahwa 60 persen rakyat miskin adalah petani. Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah dinilai kurang efektif untuk membantu keluarga petani keluar dari jeratan kemiskinan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah model pengentasan kemiskinan melalui program pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi yang dimiliki. Pengembangan model bisnis sosial dipandang mampu menjadi alternatif penyelesaian masalah-masalah sosial dan perbaikan taraf hidup masyarakat, khususnya keluarga petani miskin. Penelitian ini bertujuan untuk: 1 Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga petani padi; 2 serta Merancang model pemberdayaan masyarakat melalui bisnis sosial untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani padi. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, dengan jumlah sampel 50 keluarga petani padi yang diambil secara acak. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa berdasarkan indikator kesejahteraan BKKBN, 68 keluarga petani termasuk dalam kategori keluarga tidak sejahtera. Pemberdayaan masyarakat dengan model bisnis sosial bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif pengentasan kemiskinan bagi petani padi di lokasi penelitian. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki, modal sosial dan kredit mikro, petani akan diberdayakan dengan membangun Kelompok Usaha Bersama yang dikelola secara bersama-sama oleh masyarakat petani, dan difasilitasi serta dibina oleh stakeholder pemerintah, swasta, perguruan tinggi, sehingga petani dapat benar-benar berdaya dan mandiri secara ekonomi. Kata Kunci: Kesejahteraan, Bisnis Sosial, Petani Padi ABSTRACK At 2011, Poor people in Indonesia reached 37.17 million people or 18.6 percent of the population in Indonesia, and 60 percent were people whom living in the village BPS, 2012. We can mention that 60 of poor people was a farmer. The Program to decrease poverty conducted by the government is considered less effective to help far er’s fa ily out of the poverty trap. Therefore, based on the potential of farmer‟s family, it is necessary t o made the model‟s of a poverty alleviation through the community empowerment programme. The development of the social business model is considered to be an alternative solution of social and living standard improvement problem, especially for the poor farmer‟s families. The Aim of this research are : 1 To Analyze the family welfare level of paddy farmers, 2 To Design a community empowerment models through the social business to increase the welfare of the paddy farmers family. The research was conducted at Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, with a total of samples is 50 of farmers family which taken by a cluster random sampling. The results of the study showed that based on BKKBN welfare indicators, 68 of farmer families included in the category of unprosper family. Communities empowerement with social business model can be used as an alternative to reduce a paddy farmers poverty in the study sites. By optimizing the family farmers potential, the social capital and microcredit, The farmers will be empowered by developing a Joint Business Group whom managed by the community farmers, and facilitated and fostered by the stakeholders government, private sector, universities, so that farmers can totally powerless and economically independent. Keyword : welfare, social business, Paddy Farmers Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 138

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pada Tahun 2011, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta jiwa atau 18,6 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, dan 60 persen diantaranya adalah penduduk yang tinggal di desa BPS, 2012. Dapat dikatakan bahwa 60 persen rakyat miskin adalah petani 1 . Tekanan penduduk terhadap lahan yang sempit makin meningkatkan jumlah petani gurem, seperti terlihat dari hasil Sensus Pertanian ST. Semakin terbatasnya lahan usahatani produktif merupakan dampak tingginya konversi lahan pertanian produktif ke penggunaan nonpertanian, sebagai konsekuensi ledakan penduduk dan peningkatan nilai ekonomi akibat tingginya permintaan lahan untuk prasarana industri, perdagangan serta pemukiman Rambe, 2004. Hasil yang diperoleh dari bertani makin hari makin menciut artinya bagi para petani. Hal ini juga terindikasi dari Nilai Tukar Petani NTP yang merupakan salah satu indikator relatif tingkat kesejahteraan petani, sampai saat ini NTP petani di Propinsi Jawa Barat terus mengalami penurunan Tabel 1, hal ini berarti tingkat kesejahteraan petani di Propinsi Jawa Barat juga terus mengalami penurunan. Tabel 1 Nilai Tukar Petani di Pulau Jawa Tahun 2008 - 2011 Propinsi Tahun 2008 2009 2010 2011 Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur 132,6 124,05 133,28 121,24 117,11 91,42 122,73 87,78 113,12 91,89 122,50 89,81 115,48 96,65 126,10 94,39 Sumber : Statistik Nilai Tukar Petani 2008-2011 Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diikuti rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman diri, rumah tangga serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi Rambe 2004. Penelitian ini akan mencoba untuk memetakan model pemberdayaan melalui bisnis sosial, sebagai salah satu solusi untuk mengentaskan masalah kemiskinan pada petani di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Melalui kajian model bisnis sosial yang dirancang secara partisipatif bersama masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai aktor utama, dengan membalik paradigma yang sebelumnya masyarakat dipandang sebagai objek program penanggulangan kemiskinan diharapkan masyarakat dapat keluar dari jeratan kemiskinan dengan kekuatan yang mereka miliki. 1.2. Perumusan Masalah Semakin berkurangnya lahan pertanian terutama di daerah pinggiran perkotaan yang disebabkan oleh terjadinya konversi penggunaan lahan menyebabkan terjadinya perubahan status sebagian petani dari petani pemilik menjadi penggarap, hal ini semakin menambah tekanan ekonomi bagi petani. Di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, tekanan ekonomi yang dialami oleh petani padi sawah diperparah pula dengan ketidakpastian kondisi alam. Beberapa tahun belakangan, pada musim penghujan sebagian wilayah Kecamatan Balelendah berulang kali terkena bencana banjir yang merendam rumah dan lahan persawahan akibat meluapnya sungai Citarum. Hal ini menyebabkan secara ekonomi petani di daerah Kecamatan Baleendah berhadapan dengan ketidakpastian, yang pada akhirnya dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan keluarga, terutama kebutuhan pangan. Kesejahteraan keluarga terkait dengan pemenuhan salah satu kebutuhan pokok yaitu pangan, sehingga kesejahteraan keluarga paralel dengan ketahanan pangan keluarga. Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah dinilai kurang efektif untuk membantu keluarga keluar dari 1 Harian Umum Kompas, tanggal 10 Desember 2011. SBY Belum Ada Prestasi Soal Kemiskinan Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 139 jeratan kemiskinan. Program-program seperti Bantuan Langsung Tunai BLT, Beras untuk rakyat miskin Raskin tidak melihat masalah produktivitas dan partisipasi sosial keluarga miskin dan kurang mendidik masyarakat untuk melakukan usaha produktif. Selanjutnya, pemerintah juga dinilai menempatkan diri sebagai aktor utama penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, permasalahan yang perlu untuk dipecahkan diantaranya: 1. Bagaimanakah tingkat kesejahteraan keluarga petani padi di lokasi penelitian? 2. Bagaimanakah merancang model pemberdayaan masyarakat yang tepat melalui model bisnis sosial untuk mengentaskan permasalahan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani? II.METODE PENELITIAN 2.1 Desain dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus. Akan dilakukan di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa di tempat tersebut kondisi ketahanan pangan petani setempat ada dalam kategori kurang berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rani Andriani, SP.,Msi, berdasarkan hal itu penelitian ini sangat cocok dan dibutuhkan di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, untuk mendapatkan suatu model pengentasan masalah yang tepat dalam mengatasi kritisnya tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya petani.

2.2 Populasi dan Penentuan Sampel

Unit analisis dari penelitian ini adalah keluarga petani padi. Kriteria contoh keluarga petani yang utuh bapak, ibu dan anak. Dari data yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa di Desa Andir Kecamatan Bale Endah Kabupaten Bandung terdapat sekitar 570 keluarga petani dan juga keluarga buruh tani. Penentuan jumlah contoh total, yaitu n menggunakan rumus Slovin. Dari hasil penggunaan rumus di atas, diperoleh nilai n untuk keluarga petani padi sebanyak 45 keluarga, dibulatkan menjadi 50 keluarga. Selanjutnya untuk proses pengambilan sampel, di lokasi penelitian ditentukan masing-masing tiga RW yang memiliki jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani terbanyak. Kerangka sampling diperoleh berdasarkan rekomendasi ketua RW ataupun ketua kelompok tani di RW tersebut, kemudian penentuan sampel akan menggunakan teknik cluster random sampling. 2.3 Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data karakteristik keluarga contoh besar keluarga, usia orang tua, tingkat pendidikan orangtua, pendapatan per kapita, pengeluaran keluarga, kepemilikan asset, dan akses informasi dan dukungan sosial, dan kesejahteraan keluarga. Data skunder meliputi gambaran lokasi penelitian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, data monografi desa dan instansi terkait lainnya. 2.4 Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan statistik untuk meyederhanakan data penelitian menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Tahapan Analisis data yang dilakukan adalah: 1.Analisis Data Kesejahteraan Objektif dan Subjektif Indikator dari BKKBN dijadikan landasan untuk menentukan kriteria kesejahteraan petani di lokasi penelitian objektif. Sedangkan kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan pandanganpersepsi sample terhadap indikator indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan. 2.Rancang Bangun Model Pemberdayaan Masyarakat melalui Bisnis Sosial untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Keluarga Petani Untuk menciptakan model bisnis sosial yang tepat bagi petani miskin di wilayah penelitian akan dikembangkan pemodelan yang dilakukan didasarkan pada kerangka normatif teori yang menjadi rujukan, tapi kemudian di konfirmasi dan didiskusikan dengan para pelaku melalui pendekatan PRA Paticipatory Rural Appraisal dan ZOPP di beberapa tempat. Output yang dihasilkan dari tahap ini berupa model bisnis sosial berbasiskan pemberdayaan masyarakat yang digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX 140 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakteristik Keluarga Petani Padi di Wilayah Penelitian