Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
81
13. ANALISIS KOMPOSISI KEDELAI IMPOR DAN
LOKALSEBAGAIBAHAN BAKU UTAMA TAHU SUMEDANG Suatu Kasus pada Industri Tahu Sumedang Kota
Zumi Saidah SP., M.Si.,
1
dan Aida Ghaissani, SP
2
1
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unpad ,
2
Alumni Fakultas Pertanian Unpad Fakultas Pertanian, Unpad Jl. Raya Jatinangor Km 21 Bandung 40600
e-mail : zsaidahgmail.com
ABSTRAK Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan tentang komposisi kedelai yang digunakan oleh industri tahu
sumedang yang ada di Sumedang Kota. Dimana selama ini banyak informasi yang menyatakan bahwa kedelai impor lebih baik dari pada kedelai lokal sebagai bahan baku utama dalam pembuatan tahu. Untuk itu
penelitian ini mencoba untuk mengungkapan komposisi pengunaan kedua jenis kedelai tersebut dan alasan penggunaan kedua jenis kedelai tersebut sebagai bahan utama pembuatan tahu sumedang. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif kuantitatif dengan teknik penelitian survei. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis cross tab. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan kedua jenis kedelai tersebut bukan kualitas dan harga kedelai impor yang lebih bagus dan murah akan tetapi lebih kepada kadar kandungan protein yang di miliki oleh kedua jenis
kedelai tersebut. Penggunaan kedelai lokal dalam pembuatan tahu akan menghasilkan rasa yang gurih, aroma wangi, kenyal, agak keras dan tahan lama, sedangkan penggunaan kedelai impor dalam pengolahan
tahu akan menyebabkan tekstur tahu yang lebih empuk dan ukuran yang lebih mengembang. Namun pada dasarnya para perajin tahu tetap lebih memilih kedelai lokal apabila ketersediaannya selalu ada dan
mempunyai persediaan yang banyak. Kata Kunci: Kedelai lokal, kedelai impor, industri tahu, komposisi, tahu.
ABSTRACT This research tries to describe about the composition of soybean used by the industry tofu in Sumedang city.
During which it stated that more information is better than soybean imports in local soybean as the main raw material in the manufacture know . Therefore this study tries to express the composition of the two types of
soy use and the reasons for using both types of soy as a main ingredient manufacturing know sumedang . The study design used is descriptive design with quantitative survey research techniques. Analysis tools used
in this research is descriptive analysis and cross- tab analysis . The results showed that the use of two types of soy are not the quality and price of imported soybeans are better and cheaper but more to the protein
content of which is owned by the two types of soy. Making use of local soybean know will produce a savory flavor , fragrant aroma , chewy , somewhat hard and durable , while the use of soybean imports in
processing know will lead out the softer texture and size expands . But basically the crafters know still prefer local soybean when its availability is always there and has a lot of inventory .
Keywords : local Soybeans , soybean imports beans industry, composition, tofu .
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
82
PENDAHULUAN
Terdapat beberapa komoditas pangan strategis padi, jagung kedelai yang menjadi perhatian pemerintah dikarenakan oleh tingginya permintaan terhadap komoditas-komoditas tersebut. Salah satunya
diantaranya adalah kedelai yang memiliki nilai protein yang cukup tinggi, harganya relatif terjangkau serta ragam kegunaanya yang cukup banyak. Kedelai sebagai pemenuhan protein nabati bagi sebagian besar
penduduk Indonesia membuat semakin meningkatknya pertumbuhan industri-industri yang mengolah kedelai menjadi beberapa variasi produk pangan. Indonesia sendiri merupakan negara produsen kedelai terbesar di
dunia dimana sebanyak 50 dari konsumsi kedelai Indonesia diolah dalam bentuk tempe, sekitar 40 diolah dalam bentuk tahu, dan sisanya 10 lagi diolah dalam bentuk produk lain seperti tauco, kecap, dan lain
sebagainya. Tingginya permintaan kedelai dan ketidakmampuan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri menyebabkan tingginya volume kedelai impor yang masuk ke Indonesia Amang dan
Sawit,1996.
Pemenuhan kebutuhan konsumsi terhadap kedelai baik secara kualitas maupun kuantitas terus diupayakan oleh pemerintah dengan berbagai cara mulai dari hulu hingga hilir. Bahkan pada tahun 1992
Indonesia pernah mencapai puncak produksi tertinggi yaitu sebesar 1,6 juta ton dan berhasil mencapai swasembada kedelai. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, bahkan dari tahun ke tahun produksi
kedelai terus mengalami penurunan . Hal ini terutama dipicu oleh perubahan kebijakan ataniaga kedelai, yaitu
dengan diberlakukannya pasar bebas yang mengakibatkan persaingan harga pasar antara kedelai impor dengan kedelai lokal. Kondisi ini tentu saja menyebabkan berkurangnya minat petani karena rendahnya nilai
insentif yang diterima petani. Selain itu, dengan adanya persaingan penggunaan lahan dengan jenis palawija lainnya yang lebih menjanjikan menjadi penyebab turunnya areal panen kedelai. Dirjen Tanaman Pangan,
2010.
Peningkatan konsumsi kedelai yang begitu pesat tanpa diimbangi peningkatan produksi kedelai dalam negeri menyebabkan terjadinya kesenjangan. Besarnya permintaan konsumsi terhadap kedelai sampai
saat ini tetap tidak bisa terpenuhi. Tingginya permintaan konsumsi kedelai salah satunya diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah industri pengolahan kedelai sebanyak 282 industri yang tersebar di berbagai
wilayah Kabupaten Sumedang Disperindag Kab. Sumedang, 2011.
Salah satu bentuk olahan kedelai yang sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah tahu yang didapatkan dengan mengolah kedelai melalui proses pengepresan Shurtleff dan Aoyagi,
2001. Tahu terdiri dari berbagai macam jenis, bentuk dan rasa yang berbeda, dimana perbedaan dari berbagai jenis tahu tersebut di dasari oleh jenis kedelai yang digunakan, proses pengolahan serta
penggumpalan yang terjadi. Terdapat pernyataan bahwa sebagian besar industri tahu yang ada di Sumedang Kota lebih senang memanfaatkan kedelai impor sebagai bahan baku utamanya dibandingkan kedelai lokal.
Penyebab utamanya bukan hanya karena harganya yang murah, kualitasnya yang lebih bagus daripada kedelai lokal, melainkan karena kedua jenis kedelai tersebut memang berbeda jenis dan peruntukkannya.
Penelitian ini akan menjelaskan penggunaan kedelai lokal dan impor oleh para industri tahu sumedang, baik dari segi komposisi, alasan penggunaan serta lain sebagainya, sehingga bisa tergambarkan dengan jelas
untuk menjadi bahan pertimbangan kebijakan bagi pengembangan dan peningkatan produksi kedelai lokal. METODE PENELITIAN
Penelitian ini fokus pada industri pengolahan tahu yang ada di Sumedang Kota, yang dipilih karena Sumedang Kota merupakan salah satu sentra terbesar penjualan tahu Sumedang di wilayah Kabupaten
Sumedang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang akan menggambarkan secara detail mengenai maksud penelitian yang di dukung dengan data-data kuantitatif yang dioalah dengan
menggunakan
cross tab tabulation. Adapun jumlah reponden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 12 responden perajin tahu yang tersebar di Sumedang Kota.
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXX
83
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik umum responden merupakan latar belakang yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang gambaran umum responden berserta aktivitas yang ditekuninya. Tingkat keberhasilan usaha industri tahu
sangat ditentukan oleh karakteristik pengrajinnya sebagai pelaku usaha dalam membuat dan mengambil keputusan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karakterisitik responden pada penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, matapencharian, serta pengalaman berusaha.
Tabel 1. Karakteristik Pengrajin Tahu No
Karakteristik Pengrajin Tahu Persentase
1 Usia
27-39 8,33
40-52 33,33
53-65 58,33
2 Pendidikan
SD 17,0
SMP 17,0
SMA 58,0
Perguruan Tinggi 8,0
3 Tanggungan Keluarga
2 – 4
50,0 4
50,0
4 Pekerjaan Sampingan
Bertani 9,0
Pedagang 8,0
Tidak ada 83,0
5 Pengalaman Usaha
7 – 19
25,0 20
– 32 50,0
32 25,0
6. Status Usaha